Lompat ke isi

Sang Sapurba: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
VoteITP (bicara | kontrib)
merapikan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: simple:Sang Sapurba
Baris 15: Baris 15:
[[Kategori:Minangkabau]]
[[Kategori:Minangkabau]]
[[Kategori:Sastra Melayu]]
[[Kategori:Sastra Melayu]]

[[simple:Sang Sapurba]]

Revisi per 5 Desember 2011 14.51

Sang Sapurba adalah tokoh mitos legenda di Bumi Melayu, keturunan dari Iskandar Zulkarnain.

Dalam Sulalatus Salatin, disebutkan dari tokoh ini semua raja-raja Melayu diturunkan. Sementara dalam Tambo Minangkabau, tokoh ini disamakan dengan Maharajadiraja pendiri Alam Minangkabau.[1]

Biografi

Sang Sapurba menikah dengan Wan Sundaria, putri Demang Lebar Daun, penguasa Palembang, dan dari pernikahan tersebut memiliki 4 orang anak, 2 orang putri, Putri Sri Dewi dan Putri Chandra Dewi, kemudian 2 orang putra, Sang Mutiara dan Sang Nila Utama.[2]

Sebagai pewaris kekuasan Iskandar Zulkarnain dan salah satu dari tiga ahli waris kekuatan besar di dunia bersama dengan Tiongkok (Kaisar Cina) dan Romawi (Kekhalifahan di Turki) waktu itu. Sang Sapurba punya ambisi memelihara kebesaran kerajaannya, kemudian menjelajahi semua kawasan Melayu. Ia melakukan perjalanan mulai dari Palembang, Tanjungpura sampai ke Lingga dan Bintan, lalu masuk Batang Kuantan sampai ke Minangkabau. Dari setiap kawasan yang dilaluinya menyatakan sembah setia sebagai rakyatnya.[2] Dalam Tambo Minangkabau, kedatangan Maharajadiraja bersama pembantunya Ceti Bilang Pandai dan diiringi oleh 4 orang yang dikiaskan dengan Harimau Campo, Kucing Siam, Kambing Hutan dan Anjing Mu'alim.[1]

Di Minangkabau, Sang Sapurba dinobatkan menjadi raja, setelah sebelumnya diuji oleh masyarakatnya untuk mengalahkan Ular Sakti Mona, seekor ular besar yang telah merusak perhumaan dikawasan tersebut.[2]

Rujukan

  1. ^ a b Datuk Batuah, A., Datukt Madjoindo, A., (1957), Tambo Minangkabau, Jakarta: Balai Pustaka.
  2. ^ a b c Raffles, T. S., (1821), Malay annals (trans. John Leyden), Longman, Hurst, Rees, Orme, and Brown