Doa yang Mengancam: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 38: | Baris 38: | ||
Lagi-lagi Madrim mengalami koma. Setelah siuman, ia bukannya kehilangan kemampuan, tapi kemampuannya justru bertambah. Ia bukan saja bisa melihat gambaran seseorang saat ini, tapi juga gambaran di masa mendatang! Dalam tempo singkat kekayaan Madrim meningkat. Tapi ia tak kunjung bahagia karena ia justru tak mampu melacak keberadaan istrinya sendiri. Ia pun memohon pada Tuhan agar dipertemukan dengan istrinya. |
Lagi-lagi Madrim mengalami koma. Setelah siuman, ia bukannya kehilangan kemampuan, tapi kemampuannya justru bertambah. Ia bukan saja bisa melihat gambaran seseorang saat ini, tapi juga gambaran di masa mendatang! Dalam tempo singkat kekayaan Madrim meningkat. Tapi ia tak kunjung bahagia karena ia justru tak mampu melacak keberadaan istrinya sendiri. Ia pun memohon pada Tuhan agar dipertemukan dengan istrinya. |
||
== Prestasi == |
|||
Nominasi Piala Citra FFI 2008 - Pemeran Utama Pria (Aming) |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 22 Desember 2011 15.26
Doa yang Mengancam | |
---|---|
Berkas:Doa Yang Mengancam.jpg | |
Sutradara | Hanung Bramantyo |
Produser | Leo Sutanto Mitzy Christina |
Ditulis oleh | Jujur Prananto |
Pemeran | Aming Titi Kamal Ramzi Deddy Sutomo Nani Widjaja Jojon Zaskia Adya Mecca Cahya Kamila Cici Tegal |
Distributor | Sinemart |
Tanggal rilis | 2008 |
Durasi | ... menit |
Negara | Indonesia |
Doa yang Mengancam merupakan film Indonesia yang dirilis pada tahun 2008 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini dibintangi antara lain oleh Aming, Titi Kamal, Ramzi, Deddy Sutomo, Nani Widjaja, Jojon, Zaskia Adya Mecca, Cahya Kamila, Cici Tegal, Rini Yulianti, dan Asrul Dahlan.
Sinopsis
Madrim, seorang kuli angkut, merasa dirinya bernasib paling malang di dunia. Kawannya, Kadir, seorang penjaga mushola menyarankan agar Madrim rajin salat. Madrim mengikuti nasihat ini tapi nasibnya tak kunjung berubah. Sebuah peristiwa perampokan mengilhami Madrim. Dalam doanya ia mengancam Tuhan dan memberi tenggat waktu tiga hari. Jika doanya tidak terkabul, ia akan berpaling ke setan.
Pada hari ketiga, petir menyambar Madrim dan ia jatuh pingsan. Ia ditolong penduduk desa. Setelah sadar, tiba-tiba Madrim memiliki kemampuan yang dapat mengetahui keberadaan seseorang hanya dengan melihat fotonya. “Kemampuan melihat” ini dimanfaatkan polisi untuk melacak keberadaan para buron. Puluhan buron berhasil ditangkap polisi atas “petunjuk” Madrim.
Hal ini meresahkan Tantra, seorang “buron kerah putih” yang kaya raya. Ia menculik Madrim dan menahan di apartemennya dengan memberinya gaji buta dan pengawalan ketat. Madrim pun seketika hidup berkecukupan. Madrim lagi-lagi mengancam Tuhan agar ia dibebaskan dari “kemampuan lebih”-nya yang ternyata justru menyiksa dirinya. Kadir menduga, jangan-jangan “kemampuan lebih” itu bukan pemberian Tuhan, tapi pemberian setan. Maka Madrim pun “menggugat setan”.
Lagi-lagi Madrim mengalami koma. Setelah siuman, ia bukannya kehilangan kemampuan, tapi kemampuannya justru bertambah. Ia bukan saja bisa melihat gambaran seseorang saat ini, tapi juga gambaran di masa mendatang! Dalam tempo singkat kekayaan Madrim meningkat. Tapi ia tak kunjung bahagia karena ia justru tak mampu melacak keberadaan istrinya sendiri. Ia pun memohon pada Tuhan agar dipertemukan dengan istrinya.
Prestasi
Nominasi Piala Citra FFI 2008 - Pemeran Utama Pria (Aming)