Lompat ke isi

Paus Yohana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
REX (bicara | kontrib)
k Halaman baru: {{terjemah|Inggris}} frame|''Papesse'', salah satu dari kartu [[tarot Marseilles dari abad kedelapan belas, yang menggambarkan seorang Paus berjenis kelamin...
 
REX (bicara | kontrib)
k +terjemahan
Baris 1: Baris 1:
{{terjemah|Inggris}}
{{terjemah|Inggris}}


[[Image:2-II-Papesse.jpg|frame|''Papesse'', salah satu dari kartu [[tarot]] Marseilles dari abad kedelapan belas, yang menggambarkan seorang Paus berjenis kelamin wanita. Tidak diketahui apakah gambar di kartu tersebut merupakan gambaran dari Paus Yohana.]]
[[Image:2-II-Papesse.jpg|frame|''Papesse'', salah satu dari kartu [[tarot]] Marseilles dari abad kedelapan belas, yang menggambarkan seorang Paus berjenis kelamin perempuan. Tidak diketahui apakah gambar di kartu tersebut merupakan gambaran dari Paus Yohana.]]


'''Paus Yohana''' adalah nama dari seorang [[Paus (Katolik Roma)|paus]] [[wanita]] yang diduga menjabat sejak tahun [[853]] hingga [[855]], yang berdasarkan sebuah legenda yang tersebar pada [[Abad Pertengahan]]. Paus Yohana menurut kebanyakan sejarawan adalah tokoh fiktif, yang mungkin lahir sebagai sebuah [[satir]] anti kepausan.
'''Paus Yohana''' adalah nama dari seorang [[Paus (Katolik Roma)|paus]] [[perempuan]] yang diduga menjabat sejak tahun [[853]] hingga [[855]], yang berdasarkan sebuah legenda yang tersebar pada [[Abad Pertengahan]]. Paus Yohana menurut kebanyakan sejarawan adalah tokoh fiktif, yang mungkin lahir sebagai sebuah [[satir]] anti kepausan.


==Legenda==
==Legenda==
Kisah Paus Yohana dikenal terutama berasal dari seorang penulis kronik [[Polandia]] pada [[abad ke-13]] [[Martin dari Opava]] (Jerman: ''Martin von Troppau'', juga gikenal sebagai ''Martin Polonus'', "Martin si Galah"). Dalam karyanya, ''Chronicon Pontificum et Imperatum'', ia menulis:
Kisah Paus Yohana dikenal terutama berasal dari seorang penulis kronik [[Polandia]] pada [[abad ke-13]] [[Martin dari Opava]] (Jerman: ''Martin von Troppau'', juga gikenal sebagai ''Martin Polonus'', "Martin si Galah"). Dalam karyanya, ''Chronicon Pontificum et Imperatum'', ia menulis:


:"John Anglicus, kelahiran [[Mainz]], adalah paus selama dua tahun, tujuh bulan, dan empat hari, dan meninggal di [[Roma]], yang setelahnya jabatan [[kepausan]] lowong selama satu bulan. Dinyatakan bahwa John ini adalah seorang wanita, yang sebagai seorang gadis dibawa ke [[Athena]] dengan berpakaian laki-laki oleh seorang kekasihnya. Di sana ia mempelajari beragam cabang pengetahuan, hingga kepintarannya tidak ada yang dapat menandingi, dan setelahnya di [[Roma]], ia mengajar kesenian bebas dan di antara para murid dan pendengarnya adalah termasuk para seniman besar. Hidup dan ajarannya sangat dihargai di kota itu, dan ia terpilih sebagai paus. Akan tetapi, ketika menjabat, ia hamil. Tanpa menyadari kapan waktu tepatnya kelahiran akan terjadi, ia melahirkan ketika sedang dalam sebuah prosesi dari [[Basilika Santo Petrus]] menuju [[Lateran]], di sebuah jalan kecil yang sempit di antara [[Colosseum]] dan gereja [[St Clement]]. Setelah kematiannya, ia dimakamkan di tempat yang sama. Para Paus setelahnya tidak pernah melalui jalan itu lagi dan dipercaya bahwa hal ini disebabkan oleh karena kejadian itu. Namanya pun tidak dimasukkan dalam daftar para Paus yang kudus, dikarenakan ia adalah seorang wanita dan karena kekacauan itu." (Martin of Opava, ''Chronicon Pontificum et Imperatum'').
:"John Anglicus, kelahiran [[Mainz]], adalah paus selama dua tahun, tujuh bulan, dan empat hari, dan meninggal di [[Roma]], yang setelahnya jabatan [[kepausan]] lowong selama satu bulan. Dinyatakan bahwa John ini adalah seorang perempuan, yang sebagai seorang gadis dibawa ke [[Athena]] dengan berpakaian laki-laki oleh seorang kekasihnya. Di sana ia mempelajari beragam cabang pengetahuan, hingga kepintarannya tidak ada yang dapat menandingi, dan setelahnya di [[Roma]], ia mengajar kesenian bebas dan di antara para murid dan pendengarnya adalah termasuk para seniman besar. Hidup dan ajarannya sangat dihargai di kota itu, dan ia terpilih sebagai paus. Akan tetapi, ketika menjabat, ia hamil. Tanpa menyadari kapan waktu tepatnya kelahiran akan terjadi, ia melahirkan ketika sedang dalam sebuah prosesi dari [[Basilika Santo Petrus]] menuju [[Lateran]], di sebuah jalan kecil yang sempit di antara [[Colosseum]] dan gereja [[St Clement]]. Setelah kematiannya, ia dimakamkan di tempat yang sama. Para Paus setelahnya tidak pernah melalui jalan itu lagi dan dipercaya bahwa hal ini disebabkan oleh karena kejadian itu. Namanya pun tidak dimasukkan dalam daftar para Paus yang kudus, dikarenakan ia adalah seorang perempuan dan karena kekacauan itu." (Martin of Opava, ''Chronicon Pontificum et Imperatum'').


Peristiwa Paus Yohana diperkirakan terjadi di antara masa kepausan [[Paus Benediktus III]] dan [[Paus Nikolas I]] pada tahun [[850-an]]. Berbagai versi kisahnya muncul di sumber-sumber yang lebih dahulu dari Martin; di antaranya yang paling umum disebut adalah [[Anastasius Bibliothecarius]] (meninggal [[886]] penyusun ''[[Liber Ponfificalis]]'', yang kemungkinan sejaman dengan sang Paus wanita. Namun demikian, kisah ini tidak ditemukan di manuskrip asli dari Anastasius melainkan di sebuah salinannya. Faktanya, hanya satu manuskrip Anastasius ''Liber Pontificalis'' yang memiliki referensi mengenai sang Paus wanita. Manuskrip ini, terletak di [[Perpustakaan Vatikan]], berisikan sebuah bagian yang disisipkan sebagai sebuah catatan kaki di salah satu halaman, tidak berurutan, dengan tulisan tangan yang berbeda, catatan kaki yang pasti bertanggalkan dari masa setelah Martin von Trappau. Dengan kata lain, "saksi" akan sang Paus wanita ini menulis dengan dasar cerita Martin, dan pastinya bukan sumber utama bagi Martin. Hal yang sama juga berlaku dalam karya [[Marianus Scotus]] ''Chronicle of the Popes'' (Kisah Para Paus), sebuah naskah yang ditulis pada [[abad ke-11]]. Naskah-naskahnya menyebutkan secara isngkat mengenai seorang Paus wanita bernama ''Joanna'' (sumber paling kuno yang menyebutkan nama ini), tapi semua naskah ini, sekali lagi, merupakan karya-karya yang lebih baru ketimbang karya Martin. Naskah-naskah yang lebih kuno tidak menyebutkan legenda itu.
Peristiwa Paus Yohana diperkirakan terjadi di antara masa kepausan [[Paus Benediktus III]] dan [[Paus Nikolas I]] pada tahun [[850-an]]. Berbagai versi kisahnya muncul di sumber-sumber yang lebih dahulu dari Martin; di antaranya yang paling umum disebut adalah [[Anastasius Bibliothecarius]] (meninggal [[886]] penyusun ''[[Liber Ponfificalis]]'', yang kemungkinan sejaman dengan sang Paus perempuan. Namun demikian, kisah ini tidak ditemukan di manuskrip asli dari Anastasius melainkan di sebuah salinannya. Faktanya, hanya satu manuskrip Anastasius ''Liber Pontificalis'' yang memiliki referensi mengenai sang Paus perempuan. Manuskrip ini, terletak di [[Perpustakaan Vatikan]], berisikan sebuah bagian yang disisipkan sebagai sebuah catatan kaki di salah satu halaman, tidak berurutan, dengan tulisan tangan yang berbeda, catatan kaki yang pasti bertanggalkan dari masa setelah Martin von Trappau. Dengan kata lain, "saksi" akan sang Paus perempuan ini menulis dengan dasar cerita Martin, dan pastinya bukan sumber utama bagi Martin. Hal yang sama juga berlaku dalam karya [[Marianus Scotus]] ''Chronicle of the Popes'' (Kisah Para Paus), sebuah naskah yang ditulis pada [[abad ke-11]]. Naskah-naskahnya menyebutkan secara isngkat mengenai seorang Paus perempuan bernama ''Joanna'' (sumber paling kuno yang menyebutkan nama ini), tapi semua naskah ini, sekali lagi, merupakan karya-karya yang lebih baru ketimbang karya Martin. Naskah-naskah yang lebih kuno tidak menyebutkan legenda itu.


Legenda ini juga disebutkan dalam buku ''[[Sign of the Cross]]'' yang ditulis [[Chris Kuzneski]]. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Paus Yohana meninggal saat melahirkan di jalan kota Roma.
<!-- BELUM SELESAI DITERJEMAHKAN ---------------------
The legend was also propagated in the book [[Sign of the Cross]] by [[Chris Kuzneski]]. In it Pope Joan is said to have died giving birth on the Roman streets.


There is only one source for a female Pope which certainly antedates Martin of Opava, and this is [[Jean de Mailly]], who wrote slightly earlier in the 13th century. In his chronicle of [[Metz]], ''Chronica Universalis Mettensis'', he dates the scandal not to the 850s but to [[1099]], and writes:
Hanya ada satu sumber mengenai Paus perempuan yang mendahului karya Martin of Opava, yakni dalam tulisan [[Jean de Mailly]], yang menulis sedikit lebih awal pada abad ke-13. Dalam kisah-kisah mengenai [[Metz]], ''Chronica Universalis Mettensis'', ia menyebutkan bahwa skandal itu terjadi bukan pada tahun 850-an, tapi pada [[1099]]:


:"Query. Concerning a certain pope or rather female pope, who is not set down in the list of popes or bishops of Rome, because she was a woman who disguised herself as a man and became, by her character and talents, a curial secretary, then a [[Cardinal (Catholicism)|cardinal]] and finally pope. One day, while mounting a horse, she gave birth to a child. Immediately, by Roman justice, she was bound by the feet to a [[horse]]'s tail and dragged and stoned by the people for half a league. And where she died, there she was buried, and at the place is written: "Petre, Pater Patrum, Papisse Prodito Partum" [O [[Saint Peter|Peter]], Father of Fathers, Betray the childbearing of the woman pope]. At the same time, the four-day fast called the "fast of the female pope" was first established." (Jean de Mailly, ''Chronica Universalis Mettensis'').
:"Pertanyaan. Mengenai seorang Paus perempuan, yang tidak termasuk dalam daftar para Paus atau Uskup Roma karena ia adalah seorang perempuan yang menyamarkan dirinya sebagai seorang lelaki dan menjadi, berkat karakter dan bakatnya, seorang pejabat Kuria, kemudian menjadi seorang [[Kardinal]], dan akhirnya menjadi Paus. Suatu hari, ketika sedang menunggangi seekor kuda, ia melahirkan seorang anak. Segera, atas hukum Roma, ia diikatkan ke seekor kuda, diseret dan dirajam oleh sekelompok orang. Ia kemudian dikuburkan di tempat ia tewas, dan di tempat itu dituliskan: "''Petre, Pater Patrum, Papisse Prodito Partum''" (Oh [[Santo Petrus|Petrus]], Bapa di atas para Bapa, Menyingkapkan paus perempuan yang melahirkan itu). Pada saat yang sama, puasa empat hari yang disebut juga "puasa paus perempuan" untuk pertama kalinya diadakan." (Jean de Mailly, ''Chronica Universalis Mettensis'').


From the mid-13th century onwards, then, the legend was widely disseminated and believed. [[Bartolomeo Platina]], the scholar who was prefect of the Vatican Library, wrote his ''Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX'' in [[1479]] at the behest of his patron, [[Pope Sixtus IV]]. The book contains the following account of the female Pope:
Dimulai sejak pertengahan abad ke-13, legenda itu tersebar dan dipercaya secara meluas. [[Bartolomeo Platina]], seorang sarjana yang menjadi prefek Perpustakaan Vatikan, menuliskan buku ''Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX'' pada tahun [[1479]] di bawah otoritas pelindungnya, [[Paus Siktus IV]]. Buku itu berisikan sebuah catatan mengenai sang Paus perempuan, sebagai berikut:


:"Pope John VIII: John, of English extraction, was born at Mentz [ [[Mainz]] ] and is said to have arrived at Popedom by evil art; for disguising herself like a man, whereas she was a woman, she went when young with her paramour, a learned man, to [[Athens, Greece|Athens]], and made such progress in learning under the professors there that, coming to Rome, she met with few that could equal, much less go beyond her, even in the knowledge of the scriptures; and by her learned and ingenious readings and disputations, she acquired so great respect and authority that upon the death of [Pope] Leo [IV] (as Martin says) by common consent she was chosen Pope in his room. As she was going to the Lateran Church between the [[Colosseum|Colossean Theatre]] (so called from [[Nero]]'s Colossus) and St. Clement's her travail came upon her, and she died upon the place, having sat two years, one month, and four days, and was buried there without any pomp. This story is vulgarly told, but by very uncertain and obscure authors, and therefore I have related it barely and in short, lest I should seem obstinate and pertinacious if I had admitted what is so generally talked; I had better mistake with the rest of the world; though it be certain, that what I have related may be thought not altogether incredible." ([[Bartolomeo Platina]], ''Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX'' )
:"Paus Yohanes VIII: John, seorang keturunan Inggris, lahir di Mentz ([[Mainz]]) dan diceritakan datang di Kepausan dengan niat jahat; dengan menyamarkan dirinya menjadi seorang laki-laki, padahal ia adalah seorang perempuan, ia pergi ketika muda bersama kekasihnya, seorang lelaki terpelajar, ke [[Kota Athena|Athena]], dan mengalami kemajuan dalam pelajarannya di bawah para cendekia di sana, kemudian pergi ke Roma, di mana tidak banyak yang sepandai dirinya, hanya sedikit yang melampaui dirinya, bahkan dalam pengetahuan akan Kitab Suci; dan karena bakatnya dalam bacaan dan perdebatan, ia mendapatkan respek yang besar dan otoritas, sehingga pada waktu kematian [Paus] Leo [IV] (sebagaimana menurut Martin) ia terpilih sebagai Paus oleh suara [rakyat] banyak. Ketika ia sedang dalam perjalanan menuju Gereja Lateran di antara [[Colosseum|Panggung Colossean]] dan St. Clement, ia mengalami kesakitan hebat, dan ia meninggal di tempat itu, setelah bertahta selama dua tahun, satu bulan, dan empat hari, dan dikuburkan di sana tanpa kemegahan. Kisah ini dikisahkan secara vulgair, tapi oleh para pengarang yang meragukan dan tak jelas, dan karenanya saya telah menceritakannya secara singkat saja, ketimbang saya sekedar mengakui apa yang telah dibicarakan secara meluas; saya malah bersalah terhadap seluruh dunia; walaupun sudah pasti, apa yang saya ceritakan ini sudah bukan sesuatu yang luar biasa lagi." ([[Bartolomeo Platina]], ''Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX'')


References to the female pope abound in the later [[Middle Ages]] and [[Renaissance]]. In the 14th century [[Giovanni Boccaccio]] wrote about her in ''[[De mulieribus claris]]''. The ''Chronicon'' of [[Adam of Usk]] ([[1404]]) gives her a name, Agnes, and furthermore mentions a statue in Rome which is said to be of her. This statue had never been mentioned by any earlier writer anywhere; presumably it was an actual statue that came to be taken to be of the female Pope. A late 14th century edition of the ''Mirabilia Urbis Romae'', a guidebook for pilgrims to Rome, tells readers that the female Pope's remains are buried at St. Peter's. It was around this time when a long series of busts of past Popes was made for the [[Duomo di Siena|Duomo of Siena]], which included one of the female Pope, named as "Johannes VIII, Foemina de Anglia" and included between Leo IV and Benedict III. At his trial in [[1415]], [[Jan Hus]] argued that the Church does not necessarily need a Pope, because during the pontificate of "Pope Agnes" (as he also called her), it got on quite well. Hus' opponents at this trial insisted that his argument proved no such thing about the independence of the Church, but they did not dispute that there had been a female Pope at all.
Referensi mengenai sang paus perempuan diceritakan secara meluas pada akhir [[abad pertengahan]] dan masa [[Renaissance]]. Pada abad ke-14 [[Giovanni Boccaccio]] menuliskan tentang sang Paus dalam ''[[De mulieribus claris]]''. ''Chronicon'' karangan [[Adam dari Usk]] ([[1404]]) menyebutkan sang Paus dengan nama Agnes, dan lebih jauh menyebutkan sebuah patung di Roma yang merupakan gambaran sang Paus. Mengenai patung ini tidak pernah dibicarakan penulis mana pun sebelumnya, dan mungkin hanya sekedar asumsi saja. Sebuah buku pedoman bagi para peziarah ke Roma, ''Mirabilia Urbis Romae'' edisi akhir abad ke-14, menuliskan bahwa jenazah sang Paus perempuan telah dikuburkan di Basilika Santo Petrus. Pada masa yang sama, serangkaian patung dada para Paus yang telah meninggal dibuat untuk [[Duomo di Siena]]. Di antara patung-patung itu terdapat patung sang Paus perempuan, yang dilabeli "Johannes VIII, Foemina de Anglia" dan diletakkan di antara Leo IV dan Benediktus III. Dalam pengadilan pada tahun [[1415]], [[Jan Hus]] berargumen bahwa Gereja sebetulnya tidak memerlukan seorang Paus, apalagi dalam masa "Paus Agnes" (demikian Hus menyebut namanya), Gereja berjalan dengan cukup baik. Para penentang Hus dalam pengadilan ini bersikeras bahwa argumen Hus tidak membuktikan apa pun mengenai independensi Gereja, tapi mereka tidak membantah sama sekali bahwa pernah ada seorang Paus perempuan.


The [[Tarot (disambiguation)|Tarot]], which surfaced in the mid-[[15th century]], includes a ''Papesse'' with its ''Pape'' (since the late [[19th century]] called the High Priestess and the [[Hierophant]] in English). It is often suggested, with some plausibility although no real proof, that this image was inspired by the legend of the female Pope.
Dalam seri [[Kartu Tarot]] yang muncul pada pertengahan [[abad ke-15]], terdapat kartu ''Papesse'' (paus perempuan) yang berpasangan dengan ''Pape'' (paus laki-laki). Sejak akhir [[abad ke-19]], keduanya disebut sebagai ''High Priestess'' (Pendeta Tinggi Perempuan) dan ''[[Hierophant]] dalam [[bahasa Inggris]]). Sering disebutkan, walau tanpa bukti nyata, bahwa gambaran ''Papesse'' ini diinspirasikan oleh legenda sang Paus perempuan.


Ada beberapa legenda yang dikaitkan dengan legenda Paus perempuan ini. Pada tahun [[1290-an]], [[Robert dari Uzès]] seorang dari [[Ordo Dominikan]], menceritakan sebuah penglihatan di mana ia melihat sebuah kursi "di mana, dinyatakan, sang Paus terbukti adalah seorang laki-laki". Pada abad ke-14, dipercaya bahwa dua kursi marmer kuno, yang disebut ''sedia stercoraria'', yang digunakan dalam pentahtaan para Paus baru di [[Basilika Yohanes Lateran]] memiliki lubang di masing-masing kursinya yang digunakan untuk memastikan jenis kelamin Paus yang baru terpilih. Diceritakan bahwa Paus harus duduk di salah satu kursi tersebut telanjang, dan sekelompok [[Kardinal]] harus memastikan ke lubang itu melalui bawah kursi, dan setelahnya menyatakan, "''Testiculos habet et bene pendentes''" &mdash; "Ia memiliki [[testikel]], yang bergantung dengan baik." Praktek yang aneh ini dilakukan hingga akhir abad ke-15, yang diadakan sebagai respon terhadap skandal Paus perempuan pada abad ke-9.
There were associated legends as well. In the [[1290s]] the [[Dominican order|Dominican]] [[Robert of Uzès]] recounted a vision in which he saw the seat "where, it is said, the Pope is proved to be a man". By the 14th century, it was believed that two ancient marble seats, called the ''sedia stercoraria'', which were used for enthroning new Popes in the [[Basilica di San Giovanni in Laterano|Basilica of St. John Lateran]] had holes in the seats that were used for determining the gender of the new Pope. It was said that the Pope would have to sit on one of the seats naked, while a committee of [[cardinal (Catholicism)|cardinals]] peered through the hole from beneath, before declaring, "''Testiculos habet et bene pendentes''" &mdash; "He has [[testicles]], and they dangle nicely." Not until the late 15th century, however, was it said that this peculiar practice was instituted in response to the scandal of the 9th century female Pope.


According to other research what was said is as follows, "Mas nobis nominus est"- "Our nominee is a man"
Dalam penelitian yang lain, pernyataan ini adalah "''Mas nobis nominus est''" &mdash; "sang calon adalah seorang laki-laki".


In [[1601]], [[Pope Clement VIII]] declared the legend of the female Pope to be untrue. The famous bust of her, inscribed ''Johannes VIII, femina ex Anglia'', which had been carved for the series of papal figures in the [[Duomo di Siena|Duomo of Siena]] about 1400 and was noted by travellers, was either destroyed or recarved and relabeled, replaced by a male figure, of [[Pope Zachary]] (Stanford 1999; J.N.D. Kelly, ''Oxford Dictionary of Popes'').
Pada tahun [[1601]], [[Paus Klemens VIII]] mengumumkan bahwa legenda Paus perempuan itu adalah cerita bohong. Patung dada sang Paus perempuan di [[Duomo di Siena]] yang telah ada sejak tahun 1400-an dan dicatat oleh para pengunjung, telah dihancurkan atau dipahat dan dilabel ulang, digantikan dengan sebuah patung [[Paus Zakarias]] (Stanford 1999; J.N.D. Kelly, ''Oxford Dictionary of Popes'').


Sebuah legenda lain menyatakan bahwa Yohana adalah seorang putri dari salah satu Paus pendahulunya dan mendapatkan penglihatan dari Tuhan bahwa ia harus mengikuti jejak ayahnya dan menjadi seorang Paus. Legenda lainnya mengatakan bahwa salah satu jalan di Italia dinamai menurut namanya dan jenazahnya dikuburkan di sana. Dalam beberapa legenda, Paus Yohana tidak dibunuh setelah ditemukan sebagai perempuan. Ia diberhentikan, dan menghabiskan hidupnya dalam sebuah biara, dan putranya dijadikan sebagai [[Uskup Ostia]].
One legend says that Joan was the illegitimate daughter of a former Pope and had a vision from God that she should succeed her father and become Pope. Another legend says that a street in Italy is named after her and her body is buried beneath it. In some legends, Pope Joan is not murdered after being revealed as a woman. Instead she is deposed, lives the rest of her life in a convent and her son is made [[Bishop of Ostia|Bishop of Hostia]]. Here is a passage from a [[Berlin]] manuscript:


Sejak abad ke-14, figur Paus Yohana telah dianggap sebagai semacam figur "Santo/Santa". Muncul berbagai cerita mengenai kemunculan dirinya di beberapa tempat dan melakukan keajaiban. Franceso Petrarch (1304-1374) menulis dalam ''Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani'' bahwa setelah Paus Yohana ditemukan sebagai seorang perempuan:
“She was deposed for her incontinence, and taking up the religious habit, lived in penitence for such a long time that she saw her son made Bishop of Hostia [ [[Bishop of Ostia|Ostia]], near Rome]. When, in her final days, she perceived her death approaching, she instructed that her burial should be in that place where she had given birth, which nevertheless her son would not permit. Having removed her body to Hostia, he buried her with honour in the Cathedral. On account of which, God has worked many miracles right up to the present day.” (Berlin Manuscript{{fact}})


:"...di Brescia turunlah hujan darah selama tiga hari dan tiga malam. Di [[Perancis]] muncullah belalang-belalang yang mengagumkan dengan enam sayapp dan gigi yang sangat kuat. Mereka terbang dengan ajaib di udara, dan semuanya menghilang di Lautan Inggris. Tubuh keemasan mereka ditolak oleh gelombang laut dan merusak udara, sehingga banyak orang tewas." ([[Francesco Petrarch]] ''Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani'').
Since the 14th century, the figure of Pope Joan has taken on a somewhat "Saintly" figure. There are stories of her figure appearing and performing miracles. Franceso Petrarch (1304-74) wrote in his ''Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani'' that after Pope Joan had been revealed as a woman:


Pada tahun 1675, sebuah buku dalam bahasa Inggris terbit dengan judul ''Hadiah bagi seorang Paus: atau Kehidupan dan Kematian Paus Yohana''. Buku ini menggambarkan di antaranya kisah di mana Paus Yohana melahirkan seorang anak laki-laki di tengah-tengah kerumunan khalayak, yang disertai dengan sebuah lukisan yang menggambarkan seorang bayi yang tampak keheranan keluar dari jubah sang Paus. Dalam buku itu juga dinyatakan "Oleh seorang yang MENCINTAI KEBENARAN, Menolak Infabilitas Manusia." Dalam kata pengantarnya dinyatakan bahwa penulis buku itu telah bertahun-tahun meninggal pada waktu buku itu terbit.
:"...in Brescia it rained blood for three days and nights. In [[France]] there appeared marvellous locusts which had six wings and very powerful teeth. They flew miraculously through the air, and all drowned in the British Sea. The golden bodies were rejected by the waves of the sea and corrupted the air, so that a great many people died." ([[Francesco Petrarch]] ''Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani'').

In 1675 a book appeared in English entitled ''A Present for a Papist: or the Life and Death of Pope Joan, Plainly Proving Out of the Printed Copies, and Manscriptes of Popish Writers and Others, that a Woman called JOAN, was really POPE of ROME, and was there Deliver'd of a Bastard Son in the open Street as She went in Solemn Procession''. The book describes among other stories, an account of the proported Pope Joan giving birth to a son in plain view of all those around, accompanied by a detailed engraving showing a rather surprised looking baby peeking out from under the pope's robes. The book was penned "By a LOVER of TRUTH, Denying Human Infallibility." According to the preface the author had been "many years since deceased" and was "highly prefered in the Church of Rome"


<!-- BELUM SELESAI DITERJEMAHKAN ---------------------
==Analysis==
==Analysis==
Most scholars dismiss Pope Joan as the medieval equivalent of an [[urban legend]].<ref>''[[U.S. News & World Report]]'': "[http://www.usnews.com/usnews/doubleissue/mysteries/pope.htm The lady was a pope]", [[24 July]] [[2000]]).</ref> The ''Oxford Dictionary of Popes'' <ref>''Oxford Dictionary of Popes'', 1988, page 329, ISBN 0-19-282085-0</ref> acknowledges that this legend was widely believed for centuries, even among Catholic circles, but declares that there is "no contemporary evidence for a female pope at any of the dates suggested for her reign," and goes on to say that "the known facts of the respective periods make it impossible to fit [a female pope] in."
Most scholars dismiss Pope Joan as the medieval equivalent of an [[urban legend]].<ref>''[[U.S. News & World Report]]'': "[http://www.usnews.com/usnews/doubleissue/mysteries/pope.htm The lady was a pope]", [[24 July]] [[2000]]).</ref> The ''Oxford Dictionary of Popes'' <ref>''Oxford Dictionary of Popes'', 1988, page 329, ISBN 0-19-282085-0</ref> acknowledges that this legend was widely believed for centuries, even among Catholic circles, but declares that there is "no contemporary evidence for a female pope at any of the dates suggested for her reign," and goes on to say that "the known facts of the respective periods make it impossible to fit [a female pope] in."
Baris 116: Baris 114:
Clement Wood, The Woman Who Was Pope, Wm Faro, Inc. NYC 1931
Clement Wood, The Woman Who Was Pope, Wm Faro, Inc. NYC 1931


==External links==
* [http://www.newadvent.org/cathen/08407a.htm Catholic Encyclopedia: Pope Joan]
* [http://www.users.globalnet.co.uk/~pardos/PopeJoanHome.html ''The Female Pope: The Mystery of Pope Joan'' by Rosemary and Darroll Pardoe]
* [http://www.straightdope.com/classics/a2_139.html Article from The Straight Dope]
-->
-->
==Pranala luar==
* {{en}} [http://www.newadvent.org/cathen/08407a.htm ''Catholic Encyclopedia: Pope Joan'']
* {{en}} [http://www.users.globalnet.co.uk/~pardos/PopeJoanHome.html ''The Female Pope: The Mystery of Pope Joan'' oleh Rosemary dan Darroll Pardoe]
* {{en}} [http://www.straightdope.com/classics/a2_139.html Artikel dari ''The Straight Dope'']

[[Kategori:Kematian 858|Yohana]]
[[Kategori:Kematian 858|Yohana]]
[[Kategori:Legenda Kristen|Yohana]]
[[Kategori:Legenda Kristen|Yohana]]

Revisi per 6 Februari 2007 18.16

Berkas:2-II-Papesse.jpg
Papesse, salah satu dari kartu tarot Marseilles dari abad kedelapan belas, yang menggambarkan seorang Paus berjenis kelamin perempuan. Tidak diketahui apakah gambar di kartu tersebut merupakan gambaran dari Paus Yohana.

Paus Yohana adalah nama dari seorang paus perempuan yang diduga menjabat sejak tahun 853 hingga 855, yang berdasarkan sebuah legenda yang tersebar pada Abad Pertengahan. Paus Yohana menurut kebanyakan sejarawan adalah tokoh fiktif, yang mungkin lahir sebagai sebuah satir anti kepausan.

Legenda

Kisah Paus Yohana dikenal terutama berasal dari seorang penulis kronik Polandia pada abad ke-13 Martin dari Opava (Jerman: Martin von Troppau, juga gikenal sebagai Martin Polonus, "Martin si Galah"). Dalam karyanya, Chronicon Pontificum et Imperatum, ia menulis:

"John Anglicus, kelahiran Mainz, adalah paus selama dua tahun, tujuh bulan, dan empat hari, dan meninggal di Roma, yang setelahnya jabatan kepausan lowong selama satu bulan. Dinyatakan bahwa John ini adalah seorang perempuan, yang sebagai seorang gadis dibawa ke Athena dengan berpakaian laki-laki oleh seorang kekasihnya. Di sana ia mempelajari beragam cabang pengetahuan, hingga kepintarannya tidak ada yang dapat menandingi, dan setelahnya di Roma, ia mengajar kesenian bebas dan di antara para murid dan pendengarnya adalah termasuk para seniman besar. Hidup dan ajarannya sangat dihargai di kota itu, dan ia terpilih sebagai paus. Akan tetapi, ketika menjabat, ia hamil. Tanpa menyadari kapan waktu tepatnya kelahiran akan terjadi, ia melahirkan ketika sedang dalam sebuah prosesi dari Basilika Santo Petrus menuju Lateran, di sebuah jalan kecil yang sempit di antara Colosseum dan gereja St Clement. Setelah kematiannya, ia dimakamkan di tempat yang sama. Para Paus setelahnya tidak pernah melalui jalan itu lagi dan dipercaya bahwa hal ini disebabkan oleh karena kejadian itu. Namanya pun tidak dimasukkan dalam daftar para Paus yang kudus, dikarenakan ia adalah seorang perempuan dan karena kekacauan itu." (Martin of Opava, Chronicon Pontificum et Imperatum).

Peristiwa Paus Yohana diperkirakan terjadi di antara masa kepausan Paus Benediktus III dan Paus Nikolas I pada tahun 850-an. Berbagai versi kisahnya muncul di sumber-sumber yang lebih dahulu dari Martin; di antaranya yang paling umum disebut adalah Anastasius Bibliothecarius (meninggal 886 penyusun Liber Ponfificalis, yang kemungkinan sejaman dengan sang Paus perempuan. Namun demikian, kisah ini tidak ditemukan di manuskrip asli dari Anastasius melainkan di sebuah salinannya. Faktanya, hanya satu manuskrip Anastasius Liber Pontificalis yang memiliki referensi mengenai sang Paus perempuan. Manuskrip ini, terletak di Perpustakaan Vatikan, berisikan sebuah bagian yang disisipkan sebagai sebuah catatan kaki di salah satu halaman, tidak berurutan, dengan tulisan tangan yang berbeda, catatan kaki yang pasti bertanggalkan dari masa setelah Martin von Trappau. Dengan kata lain, "saksi" akan sang Paus perempuan ini menulis dengan dasar cerita Martin, dan pastinya bukan sumber utama bagi Martin. Hal yang sama juga berlaku dalam karya Marianus Scotus Chronicle of the Popes (Kisah Para Paus), sebuah naskah yang ditulis pada abad ke-11. Naskah-naskahnya menyebutkan secara isngkat mengenai seorang Paus perempuan bernama Joanna (sumber paling kuno yang menyebutkan nama ini), tapi semua naskah ini, sekali lagi, merupakan karya-karya yang lebih baru ketimbang karya Martin. Naskah-naskah yang lebih kuno tidak menyebutkan legenda itu.

Legenda ini juga disebutkan dalam buku Sign of the Cross yang ditulis Chris Kuzneski. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Paus Yohana meninggal saat melahirkan di jalan kota Roma.

Hanya ada satu sumber mengenai Paus perempuan yang mendahului karya Martin of Opava, yakni dalam tulisan Jean de Mailly, yang menulis sedikit lebih awal pada abad ke-13. Dalam kisah-kisah mengenai Metz, Chronica Universalis Mettensis, ia menyebutkan bahwa skandal itu terjadi bukan pada tahun 850-an, tapi pada 1099:

"Pertanyaan. Mengenai seorang Paus perempuan, yang tidak termasuk dalam daftar para Paus atau Uskup Roma karena ia adalah seorang perempuan yang menyamarkan dirinya sebagai seorang lelaki dan menjadi, berkat karakter dan bakatnya, seorang pejabat Kuria, kemudian menjadi seorang Kardinal, dan akhirnya menjadi Paus. Suatu hari, ketika sedang menunggangi seekor kuda, ia melahirkan seorang anak. Segera, atas hukum Roma, ia diikatkan ke seekor kuda, diseret dan dirajam oleh sekelompok orang. Ia kemudian dikuburkan di tempat ia tewas, dan di tempat itu dituliskan: "Petre, Pater Patrum, Papisse Prodito Partum" (Oh Petrus, Bapa di atas para Bapa, Menyingkapkan paus perempuan yang melahirkan itu). Pada saat yang sama, puasa empat hari yang disebut juga "puasa paus perempuan" untuk pertama kalinya diadakan." (Jean de Mailly, Chronica Universalis Mettensis).

Dimulai sejak pertengahan abad ke-13, legenda itu tersebar dan dipercaya secara meluas. Bartolomeo Platina, seorang sarjana yang menjadi prefek Perpustakaan Vatikan, menuliskan buku Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX pada tahun 1479 di bawah otoritas pelindungnya, Paus Siktus IV. Buku itu berisikan sebuah catatan mengenai sang Paus perempuan, sebagai berikut:

"Paus Yohanes VIII: John, seorang keturunan Inggris, lahir di Mentz (Mainz) dan diceritakan datang di Kepausan dengan niat jahat; dengan menyamarkan dirinya menjadi seorang laki-laki, padahal ia adalah seorang perempuan, ia pergi ketika muda bersama kekasihnya, seorang lelaki terpelajar, ke Athena, dan mengalami kemajuan dalam pelajarannya di bawah para cendekia di sana, kemudian pergi ke Roma, di mana tidak banyak yang sepandai dirinya, hanya sedikit yang melampaui dirinya, bahkan dalam pengetahuan akan Kitab Suci; dan karena bakatnya dalam bacaan dan perdebatan, ia mendapatkan respek yang besar dan otoritas, sehingga pada waktu kematian [Paus] Leo [IV] (sebagaimana menurut Martin) ia terpilih sebagai Paus oleh suara [rakyat] banyak. Ketika ia sedang dalam perjalanan menuju Gereja Lateran di antara Panggung Colossean dan St. Clement, ia mengalami kesakitan hebat, dan ia meninggal di tempat itu, setelah bertahta selama dua tahun, satu bulan, dan empat hari, dan dikuburkan di sana tanpa kemegahan. Kisah ini dikisahkan secara vulgair, tapi oleh para pengarang yang meragukan dan tak jelas, dan karenanya saya telah menceritakannya secara singkat saja, ketimbang saya sekedar mengakui apa yang telah dibicarakan secara meluas; saya malah bersalah terhadap seluruh dunia; walaupun sudah pasti, apa yang saya ceritakan ini sudah bukan sesuatu yang luar biasa lagi." (Bartolomeo Platina, Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX)

Referensi mengenai sang paus perempuan diceritakan secara meluas pada akhir abad pertengahan dan masa Renaissance. Pada abad ke-14 Giovanni Boccaccio menuliskan tentang sang Paus dalam De mulieribus claris. Chronicon karangan Adam dari Usk (1404) menyebutkan sang Paus dengan nama Agnes, dan lebih jauh menyebutkan sebuah patung di Roma yang merupakan gambaran sang Paus. Mengenai patung ini tidak pernah dibicarakan penulis mana pun sebelumnya, dan mungkin hanya sekedar asumsi saja. Sebuah buku pedoman bagi para peziarah ke Roma, Mirabilia Urbis Romae edisi akhir abad ke-14, menuliskan bahwa jenazah sang Paus perempuan telah dikuburkan di Basilika Santo Petrus. Pada masa yang sama, serangkaian patung dada para Paus yang telah meninggal dibuat untuk Duomo di Siena. Di antara patung-patung itu terdapat patung sang Paus perempuan, yang dilabeli "Johannes VIII, Foemina de Anglia" dan diletakkan di antara Leo IV dan Benediktus III. Dalam pengadilan pada tahun 1415, Jan Hus berargumen bahwa Gereja sebetulnya tidak memerlukan seorang Paus, apalagi dalam masa "Paus Agnes" (demikian Hus menyebut namanya), Gereja berjalan dengan cukup baik. Para penentang Hus dalam pengadilan ini bersikeras bahwa argumen Hus tidak membuktikan apa pun mengenai independensi Gereja, tapi mereka tidak membantah sama sekali bahwa pernah ada seorang Paus perempuan.

Dalam seri Kartu Tarot yang muncul pada pertengahan abad ke-15, terdapat kartu Papesse (paus perempuan) yang berpasangan dengan Pape (paus laki-laki). Sejak akhir abad ke-19, keduanya disebut sebagai High Priestess (Pendeta Tinggi Perempuan) dan Hierophant dalam bahasa Inggris). Sering disebutkan, walau tanpa bukti nyata, bahwa gambaran Papesse ini diinspirasikan oleh legenda sang Paus perempuan.

Ada beberapa legenda yang dikaitkan dengan legenda Paus perempuan ini. Pada tahun 1290-an, Robert dari Uzès seorang dari Ordo Dominikan, menceritakan sebuah penglihatan di mana ia melihat sebuah kursi "di mana, dinyatakan, sang Paus terbukti adalah seorang laki-laki". Pada abad ke-14, dipercaya bahwa dua kursi marmer kuno, yang disebut sedia stercoraria, yang digunakan dalam pentahtaan para Paus baru di Basilika Yohanes Lateran memiliki lubang di masing-masing kursinya yang digunakan untuk memastikan jenis kelamin Paus yang baru terpilih. Diceritakan bahwa Paus harus duduk di salah satu kursi tersebut telanjang, dan sekelompok Kardinal harus memastikan ke lubang itu melalui bawah kursi, dan setelahnya menyatakan, "Testiculos habet et bene pendentes" — "Ia memiliki testikel, yang bergantung dengan baik." Praktek yang aneh ini dilakukan hingga akhir abad ke-15, yang diadakan sebagai respon terhadap skandal Paus perempuan pada abad ke-9.

Dalam penelitian yang lain, pernyataan ini adalah "Mas nobis nominus est" — "sang calon adalah seorang laki-laki".

Pada tahun 1601, Paus Klemens VIII mengumumkan bahwa legenda Paus perempuan itu adalah cerita bohong. Patung dada sang Paus perempuan di Duomo di Siena yang telah ada sejak tahun 1400-an dan dicatat oleh para pengunjung, telah dihancurkan atau dipahat dan dilabel ulang, digantikan dengan sebuah patung Paus Zakarias (Stanford 1999; J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes).

Sebuah legenda lain menyatakan bahwa Yohana adalah seorang putri dari salah satu Paus pendahulunya dan mendapatkan penglihatan dari Tuhan bahwa ia harus mengikuti jejak ayahnya dan menjadi seorang Paus. Legenda lainnya mengatakan bahwa salah satu jalan di Italia dinamai menurut namanya dan jenazahnya dikuburkan di sana. Dalam beberapa legenda, Paus Yohana tidak dibunuh setelah ditemukan sebagai perempuan. Ia diberhentikan, dan menghabiskan hidupnya dalam sebuah biara, dan putranya dijadikan sebagai Uskup Ostia.

Sejak abad ke-14, figur Paus Yohana telah dianggap sebagai semacam figur "Santo/Santa". Muncul berbagai cerita mengenai kemunculan dirinya di beberapa tempat dan melakukan keajaiban. Franceso Petrarch (1304-1374) menulis dalam Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani bahwa setelah Paus Yohana ditemukan sebagai seorang perempuan:

"...di Brescia turunlah hujan darah selama tiga hari dan tiga malam. Di Perancis muncullah belalang-belalang yang mengagumkan dengan enam sayapp dan gigi yang sangat kuat. Mereka terbang dengan ajaib di udara, dan semuanya menghilang di Lautan Inggris. Tubuh keemasan mereka ditolak oleh gelombang laut dan merusak udara, sehingga banyak orang tewas." (Francesco Petrarch Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani).

Pada tahun 1675, sebuah buku dalam bahasa Inggris terbit dengan judul Hadiah bagi seorang Paus: atau Kehidupan dan Kematian Paus Yohana. Buku ini menggambarkan di antaranya kisah di mana Paus Yohana melahirkan seorang anak laki-laki di tengah-tengah kerumunan khalayak, yang disertai dengan sebuah lukisan yang menggambarkan seorang bayi yang tampak keheranan keluar dari jubah sang Paus. Dalam buku itu juga dinyatakan "Oleh seorang yang MENCINTAI KEBENARAN, Menolak Infabilitas Manusia." Dalam kata pengantarnya dinyatakan bahwa penulis buku itu telah bertahun-tahun meninggal pada waktu buku itu terbit.

Pranala luar