Muntilan, Magelang: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 19: | Baris 19: | ||
== Geografi == |
== Geografi == |
||
Kecamatan Muntilan berbatasan dengan [[Kota Mungkid]] dan kecamatan [[Mungkid]] di Utara, kecamatan [[Srumbung]] di Timur, kecamatan [[Ngluwar]] di Barat, serta kecamatan [[Salam]] di Selatan. |
Kecamatan Muntilan berbatasan dengan [[Kota Mungkid]] dan kecamatan [[Mungkid]] di Utara, kecamatan [[Srumbung]] di Timur, kecamatan [[Ngluwar]] di Barat, serta kecamatan [[Salam]] di Selatan. |
||
Sejarah |
|||
Kota Muntilan sudah ada sejak peralihan kekuasaan atas Karesidenan Kedu dari Kesultanan Yogyakarta kepada pemerintah Inggris pada tahun 1812. Pada awal keberadaannya, kota ini merupakan tempat pemukiman orang Tionghoa. Di masa perang Diponegoro, laporan Belanda menyebutkan bahwa salah satu benteng dari proyek benteng stelsel Jenderal De Kock dibangun dikota ini. |
|||
Setelah Perang Diponegoro selesai dan Kultuurstelsel diberlakukan di Jawa termasuk diKaresidenan Kedu, Muntilan tumbuh menjadi kota. Namun demikian wilayah ini diperintah oleh seorang wedana yang berkedudukan di Probolinggo (Bolinggo), satu kilometer di sebelah timur Muntilan ke arah Yogya. Baru pada saat pemerintah kolonial mengadakan reorganisasi pemerintahan pada tahun 1900, Muntilan menerima status sebagai kawedanan sekaligus distrik. Dengan perubahan status ini, sejak itu kedudukan wedana dipindahkan dari Probolinggo ke Muntilan sementara di kota ini juga ditempatkan seorang pejabat Belanda berpangkat Kontrolir yang tunduk kepada asisten residen diMagelang. |
|||
Peristiwa sejarah penting di Muntilan di antaranya adalah kedatangan PasturF. van Lith pada tahun 1894 yang memulai penyiaran agama Katolik di antara masyarakat Jawa.Dalam waktu sepuluh tahun van Lith telah berhasil membangun suatu komunitas umat Katolik Jawa yang mencakup daerah pelayanan hingga Sendangsono di Kulon Progo, Sumber di utara, Salam di timur dan Tumpang di arah Barat sementara wilayah Borobudur dilayani oleh rekannya, Pastur Hoevenaar. Van Lith bukan hanya membangun komunitas Katolik namun juga kompleks pendidikan sekolah Katolik yang sampai sekarang masih berfungsi. termasuk asrama dan rumahsakit, yang diresmikan pada tahun 1902. |
|||
Peristiwa sejarah lain yang mempengaruhi tata ruang kota Muntilan selain kemunculan kompleks bangunan Katolik ini adalah pembukaan rel kereta api oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschapij (NISM) pada tahun 1892 yang menghubungkan Yogyakarta dan Magelang. Kota Muntilan dilewati jalur ini dan sebagai teknisinya adalah Ir. The Tjien Ing, yang dipindahkan dari Secang oleh direksi NISM ke Muntilan pada tahun 1892. The Tjien Ing kemudian diangkat menjadi kepala kampung Cina (Chineezen Wijk) pada tahun 1903 dan pada tahun 1912 dilantik di klenteng Muntilan sebagai letnan Cina (het leiutenant voor Chineezen) oleh Kontrolir Muntilan.Rumah The Tjien Ing yang sekarang berada dijl.Dr. Sutomo, merupakan tempat tinggalsementara Pastur van lith ketika tiba di Muntilan pada tahun 1893, dan baru pindah ke kompleks Perikanan Muntilan sekarang pada tahunn 1894. |
|||
== Tempat Menarik == |
== Tempat Menarik == |
Revisi per 18 Juni 2012 08.31
Muntilan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Magelang | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 33.08.08 | ||||
Kode BPS | 3308070 | ||||
Luas | - km² | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | - | ||||
|
Muntilan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Muntilan terletak sekitar 10 Km dari Kota Mungkid, 20 Km dari Kota Magelang dan 15 Km dari Yogyakarta. Muntilan telah lama menjadi pusat perdagangan di sekitar Lereng Barat Gunung Merapi dan berada di jalur propinsi yang menghubungkan Semarang, Kota Magelang dan Yogyakarta.
Muntilan berada di jalur kereta api tua menuju Stasiun Blabak Mungkid dan Stasiun Kebonpolo Magelang yang sekarang sudah tidak berfungsi.
Geografi
Kecamatan Muntilan berbatasan dengan Kota Mungkid dan kecamatan Mungkid di Utara, kecamatan Srumbung di Timur, kecamatan Ngluwar di Barat, serta kecamatan Salam di Selatan.
Tempat Menarik
- Taman Agung dan Monumen Bambu Runcing
- Candi Ngawen
- Pertokoan Pecinan Jalan Pemuda Muntilan
- Wisata Kuliner Sayangan
Sekolah
- Play Group Bentara Wacana Muntilan
- PAUD Pelita Hati Muntilan
- TK Bentara Wacana Muntilan
- SD Muhammadiyah 1 Muntilan
- SD Bentara Wacana Muntilan
- SD Negeri Muntilan 1
- SD Negeri Muntilan 2
- SD Negeri Muntilan 3
- SMP Negeri 1 Muntilan
- SMP Negeri 2 Muntilan
- SMP Negeri 3 Muntilan
- SMP Bentara Wacana Muntilan
- SMA Negeri 1 Muntilan
- SMA Muhammadiyah 1 Muntilan
- SMA Muhammadiyah 2 Muntilan
- SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan
- SMA Bentara Wacana Muntilan
- SMK Pangudi Luhur Muntilan
- SMK Muhammadiyah 2 Muntilan
Wisata religi yang sangat dikenal oleh masyarakat di antaranya adalah makam Kyai Raden Santri Gunungpring di Desa Gunungpring, yang dikunjungi oleh sekitar 500 pengunjung setiap harinya dari berbagai daerah di Jawa. Juga makam Romo Sandyoyo, Kerkop Muntilan, yang dikenal dan dikunjungi oleh umat Katholik di Indonesia
Para Yesuit telah lama hadir di Muntilan. Terdapat sebuah seminari dan nekropolis yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal Julius Darmaatmadja, kardinal Gereja Katolik Roma dan Uskup Agung Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (Kweekschool)(sekarang SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik, lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti mendiang Frans Seda (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan Sartono Kartodirdjo (sejarawan).
Ketika Perang Dunia II, Muntilan menjadi tempat sebuah kamp tahanan perang oleh tentara Jepang yang menggunakan kompleks sekolah Katolik di sana. Mereka yang menghuni kamp internir ini terutama terdiri atas banyak keluarga Belanda.