Lompat ke isi

Ngekak Sangger: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{wikify}}{{noref}}{{paragraf pembuka}}
{{wikify}}{{noref}}{{paragraf pembuka}}{{kelayakan}}





Revisi per 29 Juni 2012 06.36


Upacara adat ngekak sangger merupakan salah satu adat budaya dari desa "Leggung" Sumenep. Sampai saat ini upacara adat ini masih dilestarikan oleh masyarakat desa Legung kecamatan Batang-Batang setiap ada hajatan pernikahan.[1]

Rangkaian Upacara Pernikahan

Tahap mencari jodoh

Proses pernikahan ini dimulai dengan tahapan mencari jodoh yang dibagi kedalam dua bagian, antara lain :

Ngen-angen khabar ( informasi )
Dimana orang tua akan berusaha mencari calon isteri untuk anaknya yang sudah dewasa (baligh) dan berkeinginan mencari pasangan hidup dengan meminta batuan kepada seseorang yang disebut sebagai "pangadek"
Arabas Pagar
Setelah melalui tahapan Ngen angen khabar, selanjutnya adalah proses Arabas pagar, maksudnya seorang pangadek mencari keterangan calon penganten apakah sang calon yang dituju sudah memiliki pasangan atau masih tidak, informasi ini diperoleh dari tetangga atau kerabat dekat dari calon yang dituju. Setelah melalui proses yang panjang dan si calon sudah cocok dengan pasangannya, maka tahap selanjutnya adalah Abakalan atau tunangan.

Nyabak Jajan atau Lamaran

Calon mempelai laki-laki mengirimkan seperangkat alat-alat keperluan mempelai wanita yang dibawa oleh rombongan kerabat keluarga pihak laki-laki secara beriringan seperti kain, sperangkat perhiasan, bedak, serta macam-macam jajan pasar. Tahapan tersebut dikenal oleh masyarakat dengan bhan-gibhan.

Setelah menerima pemberian ini maka pihak wanita akan membalas pemberian calon mempelai laki-laki dengan berbagai macam masakan kuliner yang juga dibawa oleh keluarga kerabat mempelai wanita. Prosesi ini disebut dengan istilah balessan atau tongebbhan.

Setelah melalui kedua proses diatas maka sejak saat itulah sang gadis yang masih perawan sudah menjadi tunangan dari sang laki-laki.

Menjelang hari-hari pernikahan, kedua pihak mempelai mulai mengadakan persiapan-persiapan diantaranya Mamapar gigi oleh calon wanita setelah itu mulai tahapan pingitan, dimana sang calon pengantin wanita tidak boleh keluar rumah agar tidak terkena sarapat (kerasukan roh halus).

Selanjutnya setelah melalui proses tahapan diatas, maka tiba saatnya upacara yang sangat sakral "Ijab Kabul" dilaksanakan, prosesi tersebut biasanya dilaksanakan di rumah mempelai wanita.

Sehari menjelang dilaksanakannya upacara pernikahan adat di kediaman mempelai wanita, ada tradisi yang dilakukan oleh sesepuh wanita yang dituakan berpakaian serba tertutup, yang selanjutnya membawa kendi berisi air beserta dhamar kambhang (lampu minyak) untuk di percikkan disekitar jalan yang akan dilalui oleh para tamu, setelah selesai maka sesepuh tadi kembali ke rumah pengantin wanita dan meletakkan dhamar kambhang di kamar si penganten.

Pelaksanaan Upacara Penganten Adat "ngekak sangger"

Pagi hari rombongan pengantin pria yang akan menuju rumah mempelai wanita akan diiringi musik saronen atau musik Hadrah. Dibelakannya beriringan pula para remaja serta sesepuh kerabat keluarga mempelai laki-laki membawa bermacam-macam bingkisan*. Dalam iring-iringan ini Pengantin Pria dengan gagahnya menaiki Jaran Serek (kuda hias) mengenakan busana penganten yang belum lengkap.

Setelah tiba di pintu depan rumah mempelai wanita, rombongan mempelai pria akan disambut oleh seorang laki-laki dari keluarga mempelai wanita untuk menyelesaikan Pangadek, dalam proses tersebut terjadi dialog dengan kata-kata kiasan atau parsemon . jika pangadek sudah mendapat ijin dari pihak wakil keluarga mempelai wanita tadi, maka pengantin pria dipersilahkan masuk serambi rumah.

Di serambi depan rumah akan terdapat satu buah Sangger yang untaiannya lepas satu persatu. Dalam upacara adat ini penganten pria dituntut harus mengikat atau merangkai kembali untaian Sangger seperti semula, disinilah puncak proses dari upacara adat penganten tersebut dilaksanakan. Setelah acara tersebut, penganten pria akan bebenah dengan memakai hiasan penganten lengkap untuk bersiapa-siap menjemput penganten wanita pada acara penganten ngarak dengan berkeliling kampung di desanya sebagai tanda memberitahukan kepada masyarakat bahwa mereka resmi menempuh hidup baru dalam rumah tangga.

Makna "Penganten Ngekak Sangger"

Menurut penuturan para sesepuh di Desa Leggung Kecamatan Batang-Batang ini melambangkan :

  • Bahwa Pernikahan bagi orang-orang di pedesaan Sumenep bukanlah pertautan kedua mempelai, melainkan masuknya penganten pria kedalam keluarga besar sang isteri, seperti halnya sangger yang terdiri dari bilah-bilah bambu yang rapi tersusun dalam satu ikatan dan tahan dalam menghadapi tantangan hidup
  • Mendidik penganten pria agar selalu arif, tertip, dan memegang sopan santun seperti halnya rangkaian Sangger.

Daftar Pustaka

  • Aneka Ragam Kesenian Sumenep, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep 2004

Referensi