Lompat ke isi

Windu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
''Untuk sejenis [[udang]], lihat '''[[udang windu]]'''''.
{{Untuk|sejenis [[udang]]|udang windu}}


'''Windu''' adalah istilah untuk selang waktu selama 8 [[tahun]]. Menurut [[Penanggalan Jawa]], yang dirombak dan disempurnakan oleh [[Sultan Agung]], raja [[Kesultanan Mataram]], satu windu terdiri dari delapan tahun dengan nama-tahun: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Sebagai pembanding, sistem penanggalan [[Tiongkok]] dan [[Jepang]] menggunakan siklus dua belas tahun dengan menggunakan lambang-lambang binatang untuk memberi ciri kehidupan yang mungkin terjadi pada tahun-tahun yang bersangkutan.
'''Windu''' adalah istilah untuk selang waktu selama 8 [[tahun]]. Menurut [[Penanggalan Jawa]], yang dirombak dan disempurnakan oleh [[Sultan Agung]], raja [[Kesultanan Mataram]], satu windu terdiri dari delapan tahun dengan nama-tahun: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Sebagai pembanding, sistem penanggalan [[Tiongkok]] dan [[Jepang]] menggunakan siklus dua belas tahun dengan menggunakan lambang-lambang binatang untuk memberi ciri kehidupan yang mungkin terjadi pada tahun-tahun yang bersangkutan.

Revisi per 4 Juli 2012 17.59

Windu adalah istilah untuk selang waktu selama 8 tahun. Menurut Penanggalan Jawa, yang dirombak dan disempurnakan oleh Sultan Agung, raja Kesultanan Mataram, satu windu terdiri dari delapan tahun dengan nama-tahun: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Sebagai pembanding, sistem penanggalan Tiongkok dan Jepang menggunakan siklus dua belas tahun dengan menggunakan lambang-lambang binatang untuk memberi ciri kehidupan yang mungkin terjadi pada tahun-tahun yang bersangkutan.

Windu juga memiliki siklus, yang terdiri dari empat siklus, yang masing-masing dinamakan Windu Adi, Kunthara, Sengara, dan Sancaya. Jadi, satu siklus memakan waktu 32 tahun.

Dalam perombakan kalender Jawa yang diadakan pada tahun 1633 Masehi (1555 tahun Saka) ini, Sultan Agung juga membagi satu pekan (peken) menjadi lima hari: Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Ini mewarisi pengaruh penanggalan Saka yang berlaku sebelumnya. Waktu selang satu tahun dibagi menjadi dua belas bulan, sama halnya dengan sistem penanggalan berdasarkan bulan pada umumnya (mirip seperti yang dipakai pada sistem tahun Tiongkok dan tahun Hijrah). Lamanya waktu 1 tahun pada kalender bulan ini lebih sedikit dari tahun tahun Masehi (yang menggunakan patokan matahari). Yaitu, secara umum, tiap satu tahun Saka (Jawa), kira-kira, akan 10 atau 11 hari lebih pendek daripada tahun Masehi.