Lompat ke isi

Mus Mulyadi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borneorigin (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 25: Baris 25:
| currentmembers =
| currentmembers =
| pastmembers =
| pastmembers =
| religion = [[Kristen]]
}}
}}
'''Mus Mulyadi''' ({{lahirmati|[[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Jawa Timur]]|14|8|1945}}) adalah [[penyanyi]] [[keroncong]] [[Indonesia]]. Ia bahkan mendapat julukan sebagai si "Buaya Keroncong". Beberapa lagunya yang menjadi hit antara lain, "Kota Solo", "Dinda Bestari", "Telomoyo", dan "Jembatan Merah". Ia pernah menjadi anggota [[Favourite Band]]. Istrinya juga seorang penyanyi, [[Helen Sparingga]], dan adiknya juga menjadi penyanyi pop & Jazz [[Mus Mujiono]] di era 80-an.
'''Mus Mulyadi''' ({{lahirmati|[[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Jawa Timur]]|14|8|1945}}) adalah [[penyanyi]] [[keroncong]] [[Indonesia]]. Ia bahkan mendapat julukan sebagai si "Buaya Keroncong". Beberapa lagunya yang menjadi hit antara lain, "Kota Solo", "Dinda Bestari", "Telomoyo", dan "Jembatan Merah". Ia pernah menjadi anggota [[Favourite Band]]. Istrinya juga seorang penyanyi, [[Helen Sparingga]], dan adiknya juga menjadi penyanyi pop & Jazz [[Mus Mujiono]] di era 80-an.

Revisi per 26 Juli 2012 12.52

Mus Mulyadi
Berkas:Mus Mulyadi.jpg
Informasi latar belakang
Pekerjaanpenyanyi

Mus Mulyadi (lahir 14 Agustus 1945) adalah penyanyi keroncong Indonesia. Ia bahkan mendapat julukan sebagai si "Buaya Keroncong". Beberapa lagunya yang menjadi hit antara lain, "Kota Solo", "Dinda Bestari", "Telomoyo", dan "Jembatan Merah". Ia pernah menjadi anggota Favourite Band. Istrinya juga seorang penyanyi, Helen Sparingga, dan adiknya juga menjadi penyanyi pop & Jazz Mus Mujiono di era 80-an.

Biografi

Sebelum terjun sebagai penyanyi, ia terlebih dulu menjadi pelatih band Irama Puspita yang kemudian berubah menjadi nama Dara Puspita. Mus kemudian mendirikan grup band Arista Birawa pada tahun 1964. Ia pemegang bas dan merangkap sebagai vokalis bersama Sonata Tanjung. Bersama Arista Birawa, Mus Mulyadi menelurkan satu album yang diproduksi PT Demita Record pada tahun 1965.

Bersama tiga rekannya, mereka meninggalkan Surabaya dan nekat mengadu nasib ke Singapura pada tahun 1967. Setelah sempat menjadi pengangguran, Mus belajar menciptakan lagu dan muncullah lagu "Sedetik Dibelai Kasih", "Jumpa dan Bahagia", hingga terkumpullah 10 lagu. Ia kemudian menawarkan karya-karyanya itu kepada Live Recording Jurong tahun 1969. Di Singapura, Mus berhasil mendapatkan uang 2.800 dollar Singapura untuk dua LP (piringan hitam).

Setelah mengantungi uang, Mus Mulyadi dan tiga rekannya kembali ke Tanah Air. Pada tahun 1971 ia rekaman solo di Remaco diiringi kelompok A. Riyanto, Empat Nada Band. A. Riyanto kemudian mengajaknya bergabung dengan Empat Nada dan jadilah Favourite Band. Mereka lalu rekaman di Musica. Lahirlah lagu: "Cari Kawan Lain", "Angin Malam", "Seuntai Bunga Tanda Cinta", "Nada Indah". Kaset ini ternyata meledak dan Mus Mulyadi kemudian dibuatkan lagu berbahasa Jawa oleh Is Haryanto berjudul "Rek Ayo Rek".

Mus kemudian mencoba menyanyikan lagu keroncong pop, ternyata hasilnya luar biasa dan meledak di mana-mana, seperti lagu Dewi Murni. Kasetnya laku keras. Setelah itu, julukan "buaya keroncong" pun melekat padanya. Saat show ke luar negeri seperti Belanda atau Amerika, ia dikenal sebagai The King of Keroncong.

Tentang cengkoknya yang sangat khas, Mus Mulyadi berujar, "Modal saya cuma berani berimprovisasi. Saya itu punya feeling, biasanya orang kalau dari fa ke mi atau mi ke fa, itu kan hanya dua tangga nada, saya bisa enam tangga nada. Saya berani memainkan tangga nada," begitu kiat si "buaya keroncong" yang telah merilis 80 album keroncong ini.

Sebelum terjun sebagai penyanyi, ia terlebih dulu menjadi pelatih band Irama Puspita yang kemudian berubah menjadi nama Dara Puspita. Mus kemudian mendirikan grup band Arista Birawa pada tahun 1964. Ia pemegang bas dan merangkap sebagai vokalis bersama Sonata Tanjung. Bersama Arista Birawa, Mus Mulyadi menelurkan satu album yang diproduksi PT Demita Record pada tahun 1965.

Bersama tiga rekannya, mereka meninggalkan Surabaya dan nekat mengadu nasib ke Singapura pada tahun 1967. Setelah sempat menjadi pengangguran, Mus belajar menciptakan lagu dan muncullah lagu "Sedetik Dibelai Kasih", "Jumpa dan Bahagia", hingga terkumpullah 10 lagu. Ia kemudian menawarkan karya-karyanya itu kepada Live Recording Jurong tahun 1969. Di Singapura, Mus berhasil mendapatkan uang 2.800 dollar Singapura untuk dua LP (piringan hitam).

Setelah mengantungi uang, Mus Mulyadi dan tiga rekannya kembali ke Tanah Air. Pada tahun 1971 ia rekaman solo di Remaco diiringi kelompok A. Riyanto, Empat Nada Band. A. Riyanto kemudian mengajaknya bergabung dengan Empat Nada dan jadilah Favourite Band. Mereka lalu rekaman di Musica. Lahirlah lagu: "Cari Kawan Lain", "Angin Malam", "Seuntai Bunga Tanda Cinta", "Nada Indah". Kaset ini ternyata meledak dan Mus Mulyadi kemudian dibuatkan lagu berbahasa Jawa oleh Is Haryanto berjudul "Rek Ayo Rek".

Mus kemudian mencoba menyanyikan lagu keroncong pop, ternyata hasilnya luar biasa dan meledak di mana-mana, seperti lagu Dewi Murni. Kasetnya laku keras. Setelah itu, julukan "buaya keroncong" pun melekat padanya. Saat show ke luar negeri seperti Belanda atau Amerika, ia dikenal sebagai The King of Keroncong.

Tentang cengkoknya yang sangat khas, Mus Mulyadi berujar, "Modal saya cuma berani berimprovisasi. Saya itu punya feeling, biasanya orang kalau dari fa ke mi atau mi ke fa, itu kan hanya dua tangga nada, saya bisa enam tangga nada. Saya berani memainkan tangga nada," begitu kiat si "buaya keroncong" yang telah merilis 80 album keroncong ini.

Lagu Keroncong Rohani

  • Kasih setiamu
  • Betapa hatiku
  • Sadarlah Manusia
  • Persembahanku
  • Hanya ada satu Jalan
  • Saat ini saat indah
  • Peganglah tanganku Roh Kudus
  • Yesus seperti Gembala
  • Kasih dari Surga
  • Penuh Hidupku
  • Tuhanlah Perlindunganku
  • Padamu Bapa

Filmografi

Pranala luar