Lompat ke isi

Subur Rahardja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 14: Baris 14:
Subur Rahardja sejak kecil telah dididik disiplin keras.
Subur Rahardja sejak kecil telah dididik disiplin keras.
Ilmu Silat berasal dimulai sejak usia 6 tahun belajar seni bela diri langsung dari ayahnya dan dari ayah Gusti Agung Gede Agung Djelantik Balewangse (guru bangsawan nya dari Lombok) serta dari beberapa seni bela diri yang terkenal guru, sebagai Sutur, Mr Mada (Mbah Sakir anak didik Cimande), Gaya Kampung Baru Kalibata-Batavia (adalah Haji Husen alia Jiencin) dan Haji Dulhamid dari Tarikolot Cimande Jawa Barat,) Tjong Kim Nji, Liu Chi Tay (banyak bangau mengajar momen), Bapak Sabuy. Hal ini dilakukan sampai ia berusia 25 tahun.
Ilmu Silat berasal dimulai sejak usia 6 tahun belajar seni bela diri langsung dari ayahnya dan dari ayah Gusti Agung Gede Agung Djelantik Balewangse (guru bangsawan nya dari Lombok) serta dari beberapa seni bela diri yang terkenal yaitu Guru Sutur, Bapak Mada (ketutunan Mbah Sakir Cimande), Gaya Kampung Baru Kalibata-Batavia (adalah Haji Husen alia Jiencin) dan Haji Dulhamid dari Tarikolot Cimande Jawa Barat,) Tjong Kim Nji, Liu Chi Tay (banyak bangau mengajar momen), Bapak Sabuy. Hal ini dilakukan sampai ia berusia 25 tahun.


Dia mempelajari kombinasi inti kemudian gaya Silat yang diambil dari banyak gerakan pengaruh dari Kuntao Shaolin selatan (Southern Shaolin Kungfu) dan beberapa aliran Pencak Silat.
Dia mempelajari kombinasi inti Bela diri dan kemudian gaya Silat yang diambil dari banyak gerakan dan pengaruh dari Kuntao Shaolin selatan (Southern Shaolin Kungfu) dan beberapa aliran Pencak Silat.
Ditambah dia senang mengamati gerakan alam begitu banyak mengambil prinsip alam. Gerak diperoleh dari pengamatan terhadap Gerak dan sikap khewan seperti bangau , harimau, ular, monyet, ayam hutan, dan burung-burung merak.
Ditambah dia senang mengamati gerakan alam begitu banyak mengambil prinsip alam. Gerak diperoleh dari pengamatan terhadap gerak dan sikap khewan seperti bangau , harimau, ular, monyet, ayam hutan, dan burung-burung merak.


Hal Silat diajarkan oleh PGB Bangau putihmerupakan sintesis dari empat gaya seni bela diri dengan yang emstyle marga aslinya dari kun tao.
Sehingga Silat yang diajarkan oleh PGB Bangau putihmerupakan sintesis dari empat gaya seni bela diri dengan inti aslinya dari kun tao yang berasla dari keluarganya


Dalam tahun-tahun setelah Perang Dunia II, Subur bergabung dengan negaranya dalam pertempuran untuk kemerdekaan. Subur memperoleh reputasi sebagai pejuang yang tangguh selama kampanye gerilya melawan kekuasaan kolonial Belanda dan Inggris. Karena keberanian dan akal sehatnya, Subur sering menemukan dirinya dalam peran pemimpin.
Dalam tahun-tahun setelah Perang Dunia II, Subur bergabung dengan negaranya dalam pertempuran untuk perjuangan kemerdekaan. Subur memperoleh reputasi sebagai pejuang yang tangguh selama masa gerilya melawan kekuasaan kolonial Belanda dan Inggris. Karena keberanian dan akal sehatnya, Subur sering menemukan dirinya dalam peran pemimpin.
Subur alami mulai berbagi keterampilan bela diri dengan teman-teman dekat dan kawan-kawan selama perjuangan kemerdekaan. Setelah menarik minat dari rekan-rekan di sekelilingnya, bahwa ia mencetuskan ide untuk membentuk sebuah wadah bernama Persatuan Gerakan Badan PGB disingkat dengan simbol dari Bangau Putih.
Subur mulai berbagi keterampilan bela diri dengan teman-teman dekat dan kawan-kawan selama perjuangan kemerdekaan. Setelah menarik minat dari rekan-rekan di sekelilingnya, bahwa ia mencetuskan ide untuk membentuk sebuah wadah bernama Persatuan Gerak Badan disingkat PGB dan dengan simbol dari Bangau Putih.


Rupanya ide ini disetujui oleh ayah angkatnya (Pamannya) bersama dengan The Hong Kie dan Tjio Swie Hong. Kemudian pada tanggal 25 Desember 1952 secara resmi lahir perguruan Silat dengan simbol Bangau Putih , dan diangkat Bapak Mada (dari Cimande) selaku penasehat di perguruannya. Bangau Putih diambil sebagai simbol warna putih murni, anggun, tenang, suka berteman dan hidup di alam lima.
Rupanya ide ini disetujui oleh ayah angkatnya (Pamannya) dan kemudian pada tanggal 25 Desember 1952 secara resmi lahir perguruan Silat dengan simbol Bangau Putih , dan diangkat Bapak Mada (dari Cimande) selaku penasehat di perguruannya. Bangau Putih diambil sebagai simbol warna putih murni, anggun, tenang, suka berteman dan hidup di alam lima.
.http://www.silat.tv/profiles/blogs/the-road-way-of-guru-besar-subur-rahardja-from-kun-tao-hokian-to
.http://www.silat.tv/profiles/blogs/the-road-way-of-guru-besar-subur-rahardja-from-kun-tao-hokian-to
Pada tahun [[1950]], Subur mulai bekerja di kantor [[Stanvac]], perusahaan minyak Amerika, di Jakarta. Ia menangani pembukuan dan surat-menyurat perusahaan. Pada [[1951]] Subur menikah dengan Lie Gwat Nio dan memperoleh 9 orang anak, yaitu Lukman, Yulianti, Andyan, Yuliany, Irwan, Gunawan, Liem Lan Hoa, Francisca, Ardyan.
Pada tahun [[1950]], Subur mulai bekerja di kantor [[Stanvac]], perusahaan minyak Amerika, di Jakarta. Ia menangani pembukuan dan surat-menyurat perusahaan. Pada [[1951]] Subur menikah dengan Lie Gwat Nio dan memperoleh 9 orang anak, yaitu Lukman, Yulianti, Andyan, Yuliany, Irwan, Gunawan, Liem Lan Hoa, Francisca, Ardyan.

Revisi per 7 November 2012 04.24

Subur Rahardja mendirikan PGB (Persatuan Gerak Badan) Bangau Putih di daerah Tugu, Cisarua, Jawa Barat. Ia dilahirkan pada 4 April 1925 dengan nama Liem Sin Tjoei, anak dari Liem Kim Sek dan Tan Kim Nio. Ia meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di daerah Rembang, Jawa Tengah, 31 Desember 1985. Murid-muridnya datang dari berbagai penjuru dunia. Kini PGB Bangau Putih mempunyai cabang-cabang di Jerman dan Amerika Serikat.

Masa kecil

Subur Rahardja, yang biasa disapa Suhu oleh murid-muridnya, mendapatkan pendidikan Belanda di Sekolah Kesatuan dan belajar bahasa Inggris di sekolah Tunas Harapan, di Jl. Suryakencana, Bogor. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya di Sekolah Gedong Dalam.

Pada usia 6 tahun ia dan kakaknya mulai berlatih silat bersama ayahnya, seorang guru silat. Belakangan ia berlatih dengan Asuk Yat Long, seorang guru silat yang lain, di dekat rumahnya.

Ketika ia berusia 8 tahun, ayahnya meninggal dunia, dan ia diangkat oleh pamannya, Liem Kiem Bouw, seorang guru bela diri dan sinshe yang juga tinggal di Bogor. Di situlah Subur belajar tentang ilmu bela diri dari pamannya yang adalah murid dari sebuah aliran pencak silat.

Setiap hari Subur membantu pamannya di toko obat-obatannya, serta berlatih dengan sebuah kelompok musik keroncong. Pada tahun 1940-an, kelompok ini mulai mengadakan latihan bela diri.

Mulai mencari nafkah

Guru besar Subur Rahardja dlahirkan pada 4 April 1925 dengan nama Lim Sin Tjoei dari seorang ayah bernama Lim Kim hauw. Subur Rahardja sejak kecil telah dididik disiplin keras.

Ilmu Silat berasal dimulai sejak usia 6 tahun belajar seni bela diri langsung dari ayahnya dan dari ayah Gusti Agung Gede Agung Djelantik Balewangse (guru bangsawan nya dari Lombok) serta dari beberapa seni bela diri yang terkenal yaitu Guru Sutur, Bapak Mada (ketutunan Mbah Sakir Cimande), Gaya Kampung Baru Kalibata-Batavia (adalah Haji Husen alia Jiencin) dan Haji Dulhamid dari Tarikolot Cimande Jawa Barat,) Tjong Kim Nji, Liu Chi Tay (banyak bangau mengajar momen), Bapak Sabuy. Hal ini dilakukan sampai ia berusia 25 tahun.

Dia mempelajari kombinasi inti Bela diri dan kemudian gaya Silat yang diambil dari banyak gerakan dan pengaruh dari Kuntao Shaolin selatan (Southern Shaolin Kungfu) dan beberapa aliran Pencak Silat. Ditambah dia senang mengamati gerakan alam begitu banyak mengambil prinsip alam. Gerak diperoleh dari pengamatan terhadap gerak dan sikap khewan seperti bangau , harimau, ular, monyet, ayam hutan, dan burung-burung merak.

Sehingga Silat yang diajarkan oleh PGB Bangau putihmerupakan sintesis dari empat gaya seni bela diri dengan inti aslinya dari kun tao yang berasla dari keluarganya

Dalam tahun-tahun setelah Perang Dunia II, Subur bergabung dengan negaranya dalam pertempuran untuk perjuangan kemerdekaan. Subur memperoleh reputasi sebagai pejuang yang tangguh selama masa gerilya melawan kekuasaan kolonial Belanda dan Inggris. Karena keberanian dan akal sehatnya, Subur sering menemukan dirinya dalam peran pemimpin. Subur mulai berbagi keterampilan bela diri dengan teman-teman dekat dan kawan-kawan selama perjuangan kemerdekaan. Setelah menarik minat dari rekan-rekan di sekelilingnya, bahwa ia mencetuskan ide untuk membentuk sebuah wadah bernama Persatuan Gerak Badan disingkat PGB dan dengan simbol dari Bangau Putih.

Rupanya ide ini disetujui oleh ayah angkatnya (Pamannya) dan kemudian pada tanggal 25 Desember 1952 secara resmi lahir perguruan Silat dengan simbol Bangau Putih , dan diangkat Bapak Mada (dari Cimande) selaku penasehat di perguruannya. Bangau Putih diambil sebagai simbol warna putih murni, anggun, tenang, suka berteman dan hidup di alam lima. .http://www.silat.tv/profiles/blogs/the-road-way-of-guru-besar-subur-rahardja-from-kun-tao-hokian-to Pada tahun 1950, Subur mulai bekerja di kantor Stanvac, perusahaan minyak Amerika, di Jakarta. Ia menangani pembukuan dan surat-menyurat perusahaan. Pada 1951 Subur menikah dengan Lie Gwat Nio dan memperoleh 9 orang anak, yaitu Lukman, Yulianti, Andyan, Yuliany, Irwan, Gunawan, Liem Lan Hoa, Francisca, Ardyan. http://silatindonesia.com/2009/08/subur-rahardja-from-bangau-putih/

http://www.silat.de/flashback_of_pgb_en.html

Mendirikan PGB

Pada 1952, ketika mencapai usia 27 tahun, Subur mendirikan PGB Bangau Putih secara resmi. Perhatiannya terpusat kepada perkumpulan ini yang berkembang pesat setelah ia mempertunjukkannya di Stanvac, karena seluruh staf kantor itu bergabung dengan kelompoknya. Di kemudian hari banyak orang terkenal dan selebritis menjadi muridnya, seperti W.S. Rendra, Adi Kurdi, Sunarti Rendra, Sitoresmi, Poppy Dharsono, dll.

Kecelakaan lalu lintas

Pada 27 Desember 1985, Subur bersama sejumlah muridnya mengadakan perjalanan dengan tiga mobil ke Klenteng Tuban di Jawa Timur. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, mobil yang ditumpanginya terguling di sebuah tikungan di desa Sluke. Subur terluka parah dan dibawa ke Rumah Sakit Lasem. Karena perlengkapannya tidak memadai, ia dipindahkan ke RS Rembang. Dokter bedah di sana mengatakan bahwa kepalanya terluka parah.

Pada tanggal 31 Desember 1985 Subur Rahardja meninggal dunia setelah kondisinya sempat membaik sebentar. Jenazahnya dikebumikan pada 10 Januari 1986 di Tugu, tempat ia biasa berlatih.

Pranala luar

(Inggris) http://www.silat-white-crane.de/flashback_of_pgb_en.html