Lompat ke isi

Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38: Baris 38:
== Arsitektur ==
== Arsitektur ==
Kekhasan masjid ini antara lain terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncakk atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di [[Pulau Jawa]].
Kekhasan masjid ini antara lain terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncakk atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di [[Pulau Jawa]].
<gallery>
Berkas:Contoh.jpg|Judul1
Berkas:Contoh.jpg|Judul2
</gallery>


Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama.
Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama.
Baris 76: Baris 72:
[[Kategori:Kota Cirebon]]
[[Kategori:Kota Cirebon]]


[[jv:Masjid Agung Sang Cipta Rasa]]
[[en:Great Mosque of Cirebon]]
[[en:Great Mosque of Cirebon]]
[[jv:Masjid Agung Sang Cipta Rasa]]

Revisi per 15 Januari 2013 09.48

Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Berkas:MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA.jpg
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiJalan Keraton Kasepuhan 43, Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Arsitektur
ArsitekSunan Kalijaga
TipeMasjid
Rampungca. 1480

Masjid Agung Sang Cipta Rasa (dikenal juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon) adalah sebuah masjid yang terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

Legenda

Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 M atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.

Menurut tradisi, pembangunan masjid ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri. Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut.

Konon, dahulunya masjid ini memiliki memolo atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih.

Arsitektur

Kekhasan masjid ini antara lain terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncakk atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Pulau Jawa.

Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama.

Ruang utama

Untuk menuju ruangan utama terdapat sembilan pintu. Jumlah ini melambangkan Wali Songo.

Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.

Pada bagian mihrab masjid, terdapat ukiran berbentuk bunga teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Selain itu, di bagian mihrab juga terdapat tiga buah ubin bertanda khusus yang melambangkan tiga ajaran pokok agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Konon, ubin tersebut dipasang oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga pada awal berdirinya masjid.

Beranda

Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.

Galeri

Referensi