Nga (aksara Bali): Perbedaan antara revisi
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q13095341 |
||
Baris 35: | Baris 35: | ||
[[Kategori:Huruf Bali]] |
[[Kategori:Huruf Bali]] |
||
[[jv:Nga (aksara Bali)]] |
Revisi per 14 Mei 2013 08.13
Nga | |
Aksara Bali | |
Huruf Latin | Nga |
---|---|
IAST | Ṁa, Ṅa |
Fonem | [ŋ] |
Unicode | U+1B17 , U+ |
Warga aksara | kanthya |
Gantungan |
Nga adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan aksara Bali, yang melambangkan bunyi /ŋ/. Jika dialihaksarakan menjadi huruf Latin, maka aksara ini ditulis "Nga".
Fonem
Nga adalah salah satu konsonan sengau dalam aksara Bali. Nga bisa dibaca /ŋə/ atau /ŋa/, dan hal itu tergantung kata yang diucap.
Penggunaan
Penggunaan aksara Nga sama dengan penggunaan Nga (Dewanagari: ङ) dalam abjad bahasa Sanskerta. Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, Nga digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /ŋ/, baik dari bahasa Bali, maupun bahasa non-Bali.
Bila dalam suatu kata terkandung bunyi /ŋ/ pada suku kata terakhir (contoh: "bawang", "pasang", dll), maka huruf Nga dilekati oleh adeg-adeg untuk meniadakan bunyi /a/ agar yang dibaca cuma /ŋ/. Untuk mewakili huruf Nga yang dilekati oleh adeg-adeg, maka dipakailah tanda cecek. Biasanya cecek ditulis di akhir kata. Cecek boleh ditulis di tengah kata, namun apabila mengikuti ketentuan dan syarat yang berlaku.
Bila huruf Nga digabungkan dengan gempelan Pa, gantungan Ja dan gantungan Ma, maka akan menjadi tanda pamada. Keempat aksara tersebut dipilih, sebab bila digabungkan akan membentuk kata "mangajapa", yang bermakna "semoga selamat tanpa rintangan".
Lihat pula
Referensi
- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.