Lompat ke isi

Hiperealitas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 12 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1479785
Trendingtopiq (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Hiperealitas''' digunakan di dalam [[semiotika]] dan [[filsafat pascamodern]] untuk menjelaskan ketidakmampuan [[kesadaran]] hipotetis untuk membedakan [[kenyataan]] dan [[fantasi]], khususnya di dalam budaya pascamodern berteknologi tinggi.{{fact}} Hiperealitas adalah makna untuk mempersifatkan bagaimana kesadaran mendefinisikan "kenyataan" sejati di dunia, di mana keanekaragaman media dapat -secara mengakar- membentuk dan menyaring kejadian atau pengalaman sesungguhnya.{{fact}} Beberapa teoriwan hiperealitas tersohor termasuk di antaranya [[Jean Baudrillard]], [[Albert Borgmann]], [[Daniel Joseph Boorstin]], dan [[Umberto Eco]].{{fact}}
'''Hiperealitas''' digunakan di dalam [[semiotika]] dan [[filsafat pascamodern]] untuk menjelaskan ketidakmampuan [[kesadaran]] hipotetis untuk membedakan [[kenyataan]] dan [[fantasi]], khususnya di dalam budaya pascamodern berteknologi tinggi.<ref>{{cite journal|last=Tiffin|first=John|coauthors=Nobuyoshi Terashima|title=Paradigm for the third millennium|journal=Hyperreality|year=2005|page=1|accessdate=16 March 2013}}</ref> Hiperealitas adalah makna untuk mempersifatkan bagaimana kesadaran mendefinisikan "kenyataan" sejati di dunia, di mana keanekaragaman media dapat -secara mengakar- membentuk dan menyaring kejadian atau pengalaman sesungguhnya.<ref>{{cite journal|last=Tiffin|first=John|coauthors=Nobuyoshi Terashima|title=Paradigm for the third millennium|journal=Hyperreality|year=2005|page=1|accessdate=16 March 2013}}</ref> Beberapa teoriwan hiperealitas tersohor termasuk di antaranya [[Jean Baudrillard]], [[Albert Borgmann]], [[Daniel Joseph Boorstin]], dan [[Umberto Eco]].


Bagi [[Jean Baudrillard]], hiperealitas mempertentangkan simulasi dan representasi. Simulasi bagi Baudrillard adalah simulakrum dalam pengertian khusus, yang disebutnya simulakrum sejati, dalam pengertian bahwa sesuatu tidak menduplikasi sesuatu yang lain sebagai model rujukannya, akan tetapi menduplikasi dirinya sendiri.<ref>Piliang, Yasraf Amir. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisia. Jalasutra. 2004. Halaman 58-59</ref>
Bagi [[Jean Baudrillard]], hiperealitas mempertentangkan simulasi dan representasi. Simulasi bagi Baudrillard adalah simulakrum dalam pengertian khusus, yang disebutnya simulakrum sejati, dalam pengertian bahwa sesuatu tidak menduplikasi sesuatu yang lain sebagai model rujukannya, akan tetapi menduplikasi dirinya sendiri.<ref>Piliang, Yasraf Amir. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisia. Jalasutra. 2004. Halaman 58-59</ref>

Revisi per 30 Juni 2013 09.17

Hiperealitas digunakan di dalam semiotika dan filsafat pascamodern untuk menjelaskan ketidakmampuan kesadaran hipotetis untuk membedakan kenyataan dan fantasi, khususnya di dalam budaya pascamodern berteknologi tinggi.[1] Hiperealitas adalah makna untuk mempersifatkan bagaimana kesadaran mendefinisikan "kenyataan" sejati di dunia, di mana keanekaragaman media dapat -secara mengakar- membentuk dan menyaring kejadian atau pengalaman sesungguhnya.[2] Beberapa teoriwan hiperealitas tersohor termasuk di antaranya Jean Baudrillard, Albert Borgmann, Daniel Joseph Boorstin, dan Umberto Eco.

Bagi Jean Baudrillard, hiperealitas mempertentangkan simulasi dan representasi. Simulasi bagi Baudrillard adalah simulakrum dalam pengertian khusus, yang disebutnya simulakrum sejati, dalam pengertian bahwa sesuatu tidak menduplikasi sesuatu yang lain sebagai model rujukannya, akan tetapi menduplikasi dirinya sendiri.[3]

Catatan kaki

  1. ^ Tiffin, John (2005). "Paradigm for the third millennium". Hyperreality: 1. 
  2. ^ Tiffin, John (2005). "Paradigm for the third millennium". Hyperreality: 1. 
  3. ^ Piliang, Yasraf Amir. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisia. Jalasutra. 2004. Halaman 58-59