Togog: Perbedaan antara revisi
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q12521854 |
|||
Baris 3: | Baris 3: | ||
== Riwayat == |
== Riwayat == |
||
Pada zaman ''kadewatan'' diceritakan [[Sanghyang Wenang]] mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari |
Pada zaman ''kadewatan'' diceritakan [[Sanghyang Wenang]] mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari keempat anaknya yang lahir dari sebutir telur. Lapisan-lapisan telur yakni Kulit paling luar diberi nama ''Batara Antaga'' ([[Togog]]), Kulit selaput diberi nama ''Batara Sarawita'' ([[Bilung]]) , Putih telur diberi nama ''Batara Ismaya'' ([[Semar]]) dan Kuning telur diberi nama''Batara Manikmaya'' (''[[Batara Guru]]''). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari keempat anaknya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali [[Gunung Jamurdipa]] maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa kahyangan. Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi ''dower'' karena Togog memaksakan dirinya untuk menelannya padahal mulutnya tidak muat. Giliran kedua Batara Sarawita salah menelan gunung yang sedang aktif dan mendadak meletus sebelum dia menelannya membuat seluruh tubuhnya rusak dan bopeng-bopeng. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah [[Semar]] berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam [[wayang kulit]]. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa ''kadewatan'' adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang. |
||
Adapun Batara Antaga (Togog) dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ([[Pandawa]]) dan Togog diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk. |
Adapun Batara Antaga (Togog), Batara Sarawita (Bilung) dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ([[Pandawa]]) dan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk. |
||
{{tokoh wayang}} |
{{tokoh wayang}} |
Revisi per 12 September 2013 01.26
Togog adalah putra dewa yang lahir sebelum Semar, tapi karena tidak mampu mengayomi bumi maka Togog kembali ke asal lagi alias tidak jadi lahir. Dan pada waktu bersamaan lahirlah Semar.
Riwayat
Pada zaman kadewatan diceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari keempat anaknya yang lahir dari sebutir telur. Lapisan-lapisan telur yakni Kulit paling luar diberi nama Batara Antaga (Togog), Kulit selaput diberi nama Batara Sarawita (Bilung) , Putih telur diberi nama Batara Ismaya (Semar) dan Kuning telur diberi namaBatara Manikmaya (Batara Guru). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari keempat anaknya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa kahyangan. Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi dower karena Togog memaksakan dirinya untuk menelannya padahal mulutnya tidak muat. Giliran kedua Batara Sarawita salah menelan gunung yang sedang aktif dan mendadak meletus sebelum dia menelannya membuat seluruh tubuhnya rusak dan bopeng-bopeng. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam wayang kulit. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.
Adapun Batara Antaga (Togog), Batara Sarawita (Bilung) dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke marcapada (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik (Pandawa) dan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.