Lompat ke isi

Ritual pembunuhan Toa Payoh: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 1°20′13″N 103°51′26″E / 1.33694°N 103.85722°E / 1.33694; 103.85722
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
What a joke (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{periksaterjemahan}}
{{periksaterjemahan}}
[[File:Adrian Lim.jpg|thumb|upright|right|alt=Pas foto dari seorang pria: ia memiliki dagu ganda serta kumis dan jenggot pendek. Rambutnya disisir ke belakang.|Adrian Lim menipu banyak wanita dengan memintai uang dan seksualitas, dan membunuh anak-anak dalam upaya untuk menghentikan penyelidikan polisi terhadap dirinya.]]
[[File:Adrian Lim.jpg|thumb|upright|right|alt=Pas foto dari seorang pria: ia memiliki dagu ganda serta kumis dan jenggot pendek. Rambutnya disisir ke belakang.|Adrian Lim menipu banyak wanita dengan dimintainya uang dan seksualitas, dan membunuh anak-anak dalam upaya untuk menghentikan penyelidikan polisi terhadap dirinya.]]


'''Ritual pembunuhan Toa Payoh''' terjadi di [[Singapura]] pada tahun 1981. Pada tanggal 25&nbsp;Januari mayat seorang anak perempuan berusia sembilan tahun telah ditemukan dibuang di sebelah [[lift]] blok [[Rumah publik di Singapura|apartemen]] di distrik [[Toa Payoh]] dan, dua minggu kemudian, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun telah ditemukan tewas tak jauh dari tempat tersebut. Anak-anak tersebut telah dibunuh, kononnya sebagai pengorbanan darah kepada dewi Hindu [[Kali (dewi)|Kali]]. Pembunuhan tersebut telah dilakukan oleh Adrian Lim, seorang [[cenayang]] gadungan, yang telah menipu sejumlah wanita yang memercayai dia mempunyai kekuatan gaib. Korbannya dimintai uang dan pelayanan seksual dalam pertukarannya untuk penawar, kecantikan dan keberuntungan. Dua wanita menjadi asisten setia Lim; Tan Mui Choo menikah dengan Lim, dan Hoe Kah Hong menjadi salah satu "istri suci"nya. Ketika pihak polisi menyelidiki satu tuduhan [[pemerkosaan]] yang dilaporkan oleh salah satu korban Lim, ia menjadi marah dan memutuskan untuk membunuh anak-anak untuk menggagalkan penyelidikan. Pada setiap peristiwa, Hoe memancing anak-anak ke apartemen Lim dimana ia diberi obat dan dibunuh oleh ketiganya. Lim juga melakukan serangan seksual pada anak perempuan sebelum kematian mereka. Ketiganya telah ditangkap setelah polisi menemukan bercak darah yang menuju ke apartemen mereka. Walaupun nama kasus ini memiliki sebutan ritual pembunuhan,<ref>Sit (1989), ''I Confess'', xiii.</ref><ref>Sit (1989), ''Was Adrian Lim Mad?'', xiii.</ref> para terdakwa mengatakan mereka tidak melakukan sembahyang, membakar [[hio]], membunyikan loceng, atau ritual lainnya ketika pembunuhan.<ref>John (1989), 187, 202.</ref>
'''Ritual pembunuhan Toa Payoh''' terjadi di [[Singapura]] pada tahun 1981. Pada tanggal 25&nbsp;Januari mayat seorang anak perempuan berusia sembilan tahun telah ditemukan dibuang di sebelah [[lift]] blok [[Rumah publik di Singapura|apartemen]] di distrik [[Toa Payoh]] dan, dua minggu kemudian, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun telah ditemukan tewas tak jauh dari tempat tersebut. Anak-anak tersebut telah dibunuh, kononnya sebagai pengorbanan darah kepada dewi Hindu [[Kali (dewi)|Kali]]. Pembunuhan tersebut telah dilakukan oleh Adrian Lim, seorang [[cenayang]] gadungan, yang telah menipu sejumlah wanita yang memercayai dia mempunyai kekuatan gaib. Korbannya dimintai uang dan pelayanan seksual dalam pertukarannya untuk penawar, kecantikan dan keberuntungan. Dua wanita menjadi asisten setia Lim; Tan Mui Choo menikah dengan Lim, dan Hoe Kah Hong menjadi salah satu "istri suci"nya. Ketika pihak polisi menyelidiki satu tuduhan [[pemerkosaan]] yang dilaporkan oleh salah satu korban Lim, ia menjadi marah dan memutuskan untuk membunuh anak-anak untuk menggagalkan penyelidikan. Pada setiap peristiwa, Hoe memancing anak-anak ke apartemen Lim dimana ia diberi obat dan dibunuh oleh ketiganya. Lim juga melakukan serangan seksual pada anak perempuan sebelum kematian mereka. Ketiganya telah ditangkap setelah polisi menemukan bercak darah yang menuju ke apartemen mereka. Walaupun nama kasus ini memiliki sebutan ritual pembunuhan,<ref>Sit (1989), ''I Confess'', xiii.</ref><ref>Sit (1989), ''Was Adrian Lim Mad?'', xiii.</ref> para terdakwa mengatakan mereka tidak melakukan sembahyang, membakar [[hio]], membunyikan loceng, atau ritual lainnya ketika pembunuhan.<ref>John (1989), 187, 202.</ref>

Revisi per 14 Februari 2014 00.28

Pas foto dari seorang pria: ia memiliki dagu ganda serta kumis dan jenggot pendek. Rambutnya disisir ke belakang.
Adrian Lim menipu banyak wanita dengan dimintainya uang dan seksualitas, dan membunuh anak-anak dalam upaya untuk menghentikan penyelidikan polisi terhadap dirinya.

Ritual pembunuhan Toa Payoh terjadi di Singapura pada tahun 1981. Pada tanggal 25 Januari mayat seorang anak perempuan berusia sembilan tahun telah ditemukan dibuang di sebelah lift blok apartemen di distrik Toa Payoh dan, dua minggu kemudian, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun telah ditemukan tewas tak jauh dari tempat tersebut. Anak-anak tersebut telah dibunuh, kononnya sebagai pengorbanan darah kepada dewi Hindu Kali. Pembunuhan tersebut telah dilakukan oleh Adrian Lim, seorang cenayang gadungan, yang telah menipu sejumlah wanita yang memercayai dia mempunyai kekuatan gaib. Korbannya dimintai uang dan pelayanan seksual dalam pertukarannya untuk penawar, kecantikan dan keberuntungan. Dua wanita menjadi asisten setia Lim; Tan Mui Choo menikah dengan Lim, dan Hoe Kah Hong menjadi salah satu "istri suci"nya. Ketika pihak polisi menyelidiki satu tuduhan pemerkosaan yang dilaporkan oleh salah satu korban Lim, ia menjadi marah dan memutuskan untuk membunuh anak-anak untuk menggagalkan penyelidikan. Pada setiap peristiwa, Hoe memancing anak-anak ke apartemen Lim dimana ia diberi obat dan dibunuh oleh ketiganya. Lim juga melakukan serangan seksual pada anak perempuan sebelum kematian mereka. Ketiganya telah ditangkap setelah polisi menemukan bercak darah yang menuju ke apartemen mereka. Walaupun nama kasus ini memiliki sebutan ritual pembunuhan,[1][2] para terdakwa mengatakan mereka tidak melakukan sembahyang, membakar hio, membunyikan loceng, atau ritual lainnya ketika pembunuhan.[3]

Persidangan yang memakan waktu selama 41 hari ini merupakan persidangan paling lama kedua yang diselenggarakan di pengadilan Singapura pada waktu itu. Tidak ada satupun terdakwa yang membantah kesalahan mereka. Mereka menyewa pengacara yang mencoba untuk membuat permohonan agar meringankan hukuman dari hukuman mati dengan alasan bahwa terdakwa mengidap masalah mental dan tidak dapat bertanggungjawab sepenuhnya untuk pembunuhan tersebut. Untuk mendukung kasus tersebut mereka membawa dokter dan ahli psikologi, yang menganalisis terdakwa dan membuat kesimpulan bahwa mereka telah menghidap skizofrenia, dan depresi kejiwaan dan maniak. Namun, ahli penuntut telah menyanggah keterangan ini dan berpendapat bahwa mereka berada dalam kontrol sepenuhnya dalam kondisi mental mereka ketika mereka merencanakan dan menjalankan pembunuhan tersebut. Para hakim sepakat dengan kasus pendakwaan dan dihukum gantung sampai mati. Walaupun didakwa hukuman mati, istri Lim meminta kepada Dewan Privi di London dan meminta pengampuan dari Presiden Singapura namun tidak berhasil. Lim tidak mencari pengampunan apapun, sebaliknya, dia menerima nasibnya dan digantung sampai mati. Ketiganya digantung pada tanggal 25 November 1988.

Ritual pembunuhan Toa Payoh telah mengejutkan publik di Singapura, dengan perbuatan tersebut dan mengambil tempat di dalam masyarakat mereka. Laporan perbuatan ketiganya dan proses pengadilan tersebut diikuti dan terus diingat dalam ingatan warga Singapura selama beberapa tahun. Sebanyak dua kali, perusahaan-perusahaan film mencoba untuk mengambil kesempatan terhadap sensasi yang dihasilkan oleh pembunuhan tersebut dengan menghasilkan gambar bergerak berdasarkan pembunuhan; namun, para pengkritik menyatakan bahwa kedua film tersebut memperlihatkan adegan berhubungan intim dan kekerasan, dan prestasi film yang buruk di box office. Tindakan dan tingkah laku tiga pembunuh tersebut telah dikaji oleh ahli akademik dalam bidang psikologi terdakwa, dan hukum yang ditetapkan oleh mahkamah menjadi studi kasus lokal untuk mengurangi tanggungjawab.

Masyarakat Singapura pada tahun 1980an

Siapapun yang mengatakan bahwa Singapura membosankan dan terlalu bersih akan mengabaikan para pelaku kejahatan yang tiada duanya seperti ... orang yang benar-benar jahat — Adrian Lim ...

Sonny Yap, The Straits Times, 15 Juli 1995[4]

Awal abad ke-19, imigran membanjiri Semenanjung Malaysia, menguasai Negeri-Negeri Selat termasuk kota pulau Singapura. Warga migran dan pribumi memiliki kepercayaan yang berbeda, namun seiring berjalannya waktu batas-batas antara sistem-sistem kepercayaan berkurang. Sebagian penduduk percaya pada roh-roh yang yang menghuni hutan-hutan, dan dewa-dewa dan iblis-iblis yang melayang disekitarnya, dapat berbuat baik dan berbuat jahat. Orang-orang tertentu mengklaim bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib tersebut. Melalui beberapa ritual dimana mereka menari dan memanggil, orang-orang yang memiliki kekuatan cenayangtang-kees dan bomoh—mengundang makhluk tersebut untuk memiliki tubuh mereka dan membagikan kearifan, berkat, dan kutukan bagi orang yang percaya kepada mereka. Seiring waktu berjalan dan kota-kota berkembang, jalan dengan struktur beton dibangun di hutan-hutan dan praktik cenayang menjadi makin berkembang di masyarakat.[5]

Pada tahun 1980, 75% tempat tinggal di Singapura berada di rumah publik.[6] Apartemen bertingkat tinggi yang dibangun pemerintah tersebar di pusat-pusat penduduk, dimana distrik Toa Payoh adalah salah satunya. Meskipun masyarakat yang tinggal dalam setiap blok memiliki kepadatan yang tinggi, para penghuninya kebanyakan menutup diri, menghargai privasi mereka dan cenderung tidak memperdulikan apa yang terjadi disekitaran tempat tinggal mereka.[7][8] Pada saat itu, masyarakat Singapura relatif damai—kontras dengan prevalensi perkumpulan rahasia, triad dan pertikaian antar geng pada saat pra-hari kemerdekaan. Tingkat kejahatan yang rendah, dikarenakan oleh hukum yang ketat dan penegakan yang tangguh,[9] memberikan warga sipil sebuah rasa aman.[10] Meskipun demikian, pemerintah memperingatkan serangan pengabaian dan pengajaran dalam kampanye lokalnya, "Kejahatan rendah bukan berarti tidak ada kejahatan".[11] Pada tahun 1981, tiga orang Singapura melakukan sebuah kejahatan yang telah mengejutkan negara tersebut.

Dua pembunuhan, tiga penangkapan

Bangunan bertingkat tinggi berdiri berjajar satu sama lain dipinggir jalan. Sebuah unit blok apartemen di sebelah kanan disorot dengan warna mereka.
Apartemen Lim (diberi warna merah) berada di Blok 12 (kanan), Toa Payoh Lorong 7. Pada tahun 2008, bangunan yang ada didekatnya yakni Blok 10 dan 11 (tengah dan kiri) telah diubah dengan struktur yang lebih tinggi.

Selama beberapa tahun, seorang cenayang di Blok 12, Toa Payoh Lorong 7, telah melakukan ritual yang tidak diketahui dan bising di tengah malam. Penduduk mengeluhkan hal tersebut beberapa kali kepada pihak berwajib, tetapi ritual tersebut akan selalu melanjutkan setelah waktu yang singkat.[12] Di sore hari pada tanggal 24 Januari 1981, anak berusia 9 tahun bernama Agnes Ng Siew Hock (Hanzi sederhana: 黄秀叶; Hanzi tradisional: 黃秀葉; Pinyin: Huáng Xìuyè) menghilang setelah menghadiri kelas agama di gereja-nya di Toa Payoh. Beberapa jam kemudian, mayatnya ditemukan dimasukkan di dalam tas di luar lift di Blok 11, kurang dari satu kilometer (lima-delapan mil) dari gereja. Gadis tersebut telah disiksa hingga mati; penyelidikan menemukan luka pada alat kelamin-nya dan menemui air mani di dubur-nya. Walaupun polisi melakukan penyelidikan intensif, menanyakan lebih dari 250 orang di sekitar tempat kejadian, mereka gagal untuk memperoleh petunjuk apapun. Pada tanggal 7 Februari, seorang anak berusia sepuluh tahun bernama Ghazali bin Marzuki ditemukan meninggal di bawah pohon antara Blok 10 dan 11. Ia telah menghilang sejak hari sebelumnya, setelah terlihat menaiki taksi dengan seorang wanita yang tidak diketahui. Patologi forensik di tempat kejadian menganggap penyebab kematiannya adalah tenggelam. Tidak ada tanda-tanda serangan seksual, tetapi terdapat luka bakar di belakang dan tusukan di lengannya. Unsur obat tidur kemudian ditemukan di dalam darahnya.[13]

Polis menemui bercak darah berceceran yang menuju ke lantai tujuh Blok 12. Melangkah ke koridor umum dari tangga, Inspektur Pereira menemui simbol agama (salib, cermin, dan sebilah pisau) di pintu masuk apartemen pertama (unit nomor 467F). Pemilik apartemen, Adrian Lim, mendekati dan memperkenalkan dirinya, menginformasikan Pereira bahwa ia tinggal dengan istrinya, Tan Mui Choo, dan teman wanitanya, Hoe Kah Hong. Lim mengijinkan inspektur Pereira untuk memeriksa kediamannya, polisi menemui bercak darah. Lim pada mulanya mencoba menjelaskan bercak tersebut berasal dari lilin, tetapi ketika ditanya dia menjelaskan bahwa bercak tersebut adalah darah ayam.[14] Setelah polisi menemukan potongan kertas yang ditulis dengan informasi pribadi anak-anak yang telah mati, Lim mencoba untuk menghilangkan kecurigaan dengan mengklaim bahwa Ghazali telah datang untuk mendapatkan perawatan di kediaman ia untuk meredakan hidung berdarah.[15] Sewaktu pemeriksaan pegawai menemukan rambut di bawah karpet dan Lim mencoba untuk membuangnya ke toilet, tetapi polisi menghalanginya. Forensik kemudian melakukan pengujian dan menyimpulkan bahwa rambut tersebut adalah milik Agnes Ng.[16] kemudian polisi memeriksa latar belakang Lim dan mendapati Lim pernah terlibat dalam penyelidikan pemerkosaan. Lim terdengar pernyataan mereka dan menjadi gelisah, kemudian meneriakan suaranya di depan aparat penegak tersebut. Kemarahannya ditirukan oleh Hoe saat ia memberi isyarat keras dan berteriak pada petugas. Tindakan mereka terus menimbulkan kecurigaan penyelidik bahwa ketiganya telah terlibat dalam pembunuhan. Pihak polisi mengumpulkan bukti, memeriksa kediaman Lim sebagai tempat kejadian terdakwa, dan menahan Lim dan dua wanita tersebut untuk diinterogasi.[17]

Pelaku

Adrian Lim

Lahir pada tanggal 6 Januari 1942, Adrian Lim (Hanzi sederhana: 林宝龙; Hanzi tradisional: 林寶龍; Pinyin: Lín Bǎolóng) adalah putra sulung dari keluarga kelas menengah.[18] Ia digambarkan oleh saudara perempuannya sebagai anak yang pemarah,[19] ia putus sekolah sewaktu sekolah menengah dan bekerja sebagai pemberi informasi untuk Departemen Keamanan Internal, bergabung dengan organisasi radio kabel Rediffusion Singapura pada tahun 1962. Selama tiga tahun, dia telah memasang dan set pelayanan Rediffusion sebagai ahli elektronik sebelum dinaikkan pangkat menjadi pemungut cukai.[18] Pada bulan April 1967, Lim menikahi kekasih masa kecilnya dan memiliki dua anak. Ia pindah ke Katolik untuk pernikahannya.[20] Lim dan keluarganya tinggal di bilik yang disewa sehingga pembelian tahun 1970 apartemen tiga ruang— unit lantai tujuh (unit nomor 467F) Blok 12, Toa Payoh.[20]

Lim mulai berlatih pada beberapa waktu sebagai cenayang gaib pada tahun 1973. Ia menyewa sebuah ruangan dimana ia bertemu dengan kaum wanita—sebagian besar adalah perempuan bar, penari penghibur, dan tuna susila—yang diperkenalkan kepada oleh tuan rumahnya.[21] Pelanggan Lim juga berasal dari kalangan pria yang mempercayai takhayul dan perempuan tua, yang ia tipu hanya demi uang tunai.[22] Ia mempelajari pekerjaan tersebut dari seorang bomoh yang dipanggil "Paman Willie" dan berdoa kepada para dewa dari berbagai agama meskipun ia telah dibaptis secara Katolik. Dewi India Kali dan "Phragann",[fn 1] yang Lim anggap sebagai dewa seksualitas Siam,[23] diantara entitas spiritual yang ia panggil dalam ritualnya.[24] Lim menipu kliennya dengan beberapa trik konfidensi; tipuan paling efektifnya, yang dikenal sebagai trik "jarum dan telur", mampu menipu banyak orang yang mempercayainya sebagai orang yang memiliki kekuatan supernatural. Setelah menghitamkan jarum menggunakan jelaga dari pembakaran lilin, Lim dengan hati-hati memasukkannya ke dalam telur mentah dan menutup lubangnya dengan bubuk. Dalam ritualnya, ia memberikan telur tersebut beberapa saat setelah kliennya dibacakan puji-pujian dan menyuruhnya untuk memecahkan telur tersebut. Tidak sadar bahwa telur telah dimodifikasi, klien akan yakin dengan melihat jarum hitam tersebut sebagai roh-roh jahat yang mengganggunya.[25]

Lim mengutamakan pemangsaan pada perempuan-perempuan lugu yang memiliki masalah pribadi yang mendalam. Ia berjanji kepada mereka bahwa ia dapat menghentikan kesengsaraan mereka dan meningkatkan kecantikan mereka melalui ritual pijat. Setelah Lim dan kliennya menanggalkan pakaian, ia akan memijat tubuhnya—termasuk bagian vital-nya—dengan pengidolaan Phragann dan berhubungan intim dengannya.[26] Pengobatan Lim juga termasuk terapi elektro-syok yang didasarkan pada penggunaannya terhadap penderita gangguan mental. Setelah meletakkan kaki kliennya di dalam bak air dan memasangkan kabel ke pelipisnya, Lim kemudian mengalirkan listrik kepadanya.[27] Ketika syok, ia meyakinkannya bahwa ia akan menyembuhkan sakit kepalanya dan mengusir roh jahat.[28]

Tan Mui Choo

Pas foto dari seorang perempuan: ia langsing, berwajah oval, dan rambutnya kusut.
Tan Mui Choo membantu Lim dalam praktik cenayangnya demi mendapatkan keuntungan.

Catherine Tan Mui Choo (Hanzi sederhana: 陈梅珠; Hanzi tradisional: 陳梅珠; Pinyin: Chén Méizhū) bertemu dengan Lim oleh sesama perempuan bar, yang mengklaim dapat menyembuhkan penyakit dan depresi.[29] Pada waktu itu, Tan bersedih diatas kematian neneknya. Ditambah pula kerenggangannya dengan orangtua yang mengganggu pikirannya; telah dimasukkan ke sebuah pusat kejuruan pada usia 13 tahun (sebuah rumah yang kebanyakan untuk anak-anak yang melakukan kenakalan remaja), ia merasa tidak diinginkan oleh mereka.[30] Kunjungan Tan dengan Lim menjadi kebiasaan, dan hubungan mereka semakin akrab.[31] Pada tahun 1975, ia berpindah ke apartemennya melalui desakannya. Untuk menghilangkan kecurigaan istrinya bahwa ia berselingkuh dengan Tan, Lim menyangkalnya dengan bersumpah menggunakan gambar Yesus Kristus. Namun, ia kemudian menemukan kebenaran dan pindah tempat tinggal dengan anak-anak mereka beberapa hari kemudian, menceraikan Lim pada tahun 1976.[32] Lim keluar dari pekerjaan Rediffusion-nya dan menjadi seorang cenayang sepanjang waktu. Ia menikmati bisnis cepat,[33] pada satu titik menerima S$6,000–7,000 (AS$2,838–3,311)[fn 2] setiap bulan dari seorang klien tunggal.[35] Pada bulan Juni 1977, Lim dan Tan mendaftarkan pernikahan mereka.[36]

Lim memerintah Tan dengan pemukulan, ancaman, dan kebohongan.[37] Dia membujuknya untuk menjual dirinya untuk menambah penghasilan mereka.[38] Ia juga meyakinkannya bahwa ia perlu berzina dengan wanita muda untuk tetap sehat, demikianlah Tan membantunya dalam bisnisnya, menyiapkan klien mereka untuk kesenangannya.[39] Pengaruh Lim terhadap Tan sangat kuat; didorong dan dijanjikan bahwa berhubungan intim dengan pria yang lebih muda akan mempertahankan masa mudanya itu, Tan ditawarkan dengan seorang remaja Melayu dan bahkan dengan adik laki-lakinya.[36] Anak laki-laki tersebut bukanlah satu-satunya saudara kandung yang dipengaruhi oleh Lim; cenayang tersebut sebelumnya merayu adik perempuan Tan dan menyuruhnya untuk menjual tubuhnya dan berhubungan intim dengan dua pemuda.[40] Meskipun melanggar, Tan tinggal bersama Lim, pembelian pakaian, produk kecantikan dan kursus pelangsingan didapatkan dengan pendapatan mereka.[41]

Hoe Kah Hong

Pas foto dari seorang perempuan: wajahnya besar dan kotak serta berambut panjang.
Hoe Kah Hong sangat mempercayai Lim, sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintahnya.

Lahir pada tanggal 10 September 1955, Hoe Kah Hong (Hanzi sederhana: 何家凤; Hanzi tradisional: 何家鳳; Pinyin: Hé Jiāfèng) dimana pada umur delapan tahun ayahnya meninggal; ia kemudian tinggal dengan neneknya sampai berumur lima belas tahun. Ketika ia dikembalikan ke ibunya dan terus menerus selalu disisihkan dari saudara perempuan tertuanya yang bernama Lai Ho. Dibawah persepsi bahwa ibunya lebih memanjakan saudaranya, Hoe menjadi tidak puas, menunjukan amarah dengan mudahnya.[42] Pada tahun 1979 ibunya membawa Lai ke Lim untuk pengobatan, dan menjadi yakin akan kekuatan Lim melalui trik "jarum dan telur"nya. Mempercayai bahwa sifat amarah Hoe dapat disembuhkan oleh Lim, seorang wanita tua membawa putrinya kepada cenayang.[43] Setelah menyaksikan trik yang sama, Hoe menjadi pengikut setia Lim.[44][fn 3] Lim menginginkan Hoe menjadi salah satu "istri suci"nya, meskipun ia sudah menikah dengan Benson Loh Ngak Hua. Untuk mencapai tujuannya, Lim berusaha untuk mengisolasi Hoe dari keluarganya dengan memberikannya sebuah kebohongan. Ia mengklaim bahwa keluarganya adalah orang-orang tidak bermoral yang melakukan perselingkuhan, dan bahwa Loh adalah seorang pria yang tak dapat dipercaya yang akan memaksanya menjadi pelacur. Hoe percaya terhadap perkataan Lim, dan setelah setelah melalui ritual dengannya ia dinyatakan dengan cenayang tersebut sebagai "istri suci"nya. Ia tidak lagi mempercayai suami dan keluarganya, dan menjadi keras terhadap ibunya. Tiga bulan setelah ia pertama kali bertemu dengan Lim, Hoe pindah dari rumahnya dan kemudian tinggal bersamanya.[46]

Loh mencari istrinya di apartemen Lim dan mengawasi perawatannya untuk terakhir kalinya. Ia dibujuk olehnya berpartisipasi dalam terapi elektro-syok. Pada jam-jam awal 7 Januari 1980, Loh duduk dengan Hoe, lengan mereka sama-sama diikat dan kaki mereka berada di bak air yang terpisah. Lim memberikan tegangan besar kepada Loh, yang berasal dari aliran listrik, sementara Hoe tertegun tak sadarkan diri. Ketika ia terbangun, Lim memintanya untuk berbohong kepada polisi mengenai kematian Loh. Hoe kemudian memberikan pernyataan dari cerita yang dibuat-buat Lim yang diberikan kepadanya, mengatakan bahwa suaminya kesetrum di kamar tidur mereka dimana ia mencoba untuk menyalakan kipas angin listrik dalam kegelapan.[47] Koroner mencatat keputusan terbuka tersebut,[48] dan polisi tidak melakukan investigasi lebih lanjut.[49]

Meskipun ia antipati terhadap Loh, Hoe bersedih atas kematiannya. Kewarasannya pecah; ia mulai mendengar suara-suara dan berhalusinasi, melihat suaminya meninggal. Pada akhir Mei, ia dirawat di Rumah Sakit Woodbridge. Disana, psikologis mendiagnosa kondisinya sebagai skizofrenia dan memulai pengobatan yang sesuai. Hoe kemudian pulih dengan sangat cepat; pada minggu pertama di bulan Juli, ia keluar dari rumah sakit. Ia melanjutkan perawatannya dengan rumah sakit tersebut; tindak lanjut pemeriksaan menunjukkan bahwa dia dalam keadaan pemulihan. Sikap Hoe terhadap ibunya dan anggota keluarga lainnya mulai membaik setelah perawatannya di rumah sakit tersebut, meskipun ia melanjutkan untuk tinggal dengan Lim dan Tan.[50]

Pemerkosaan dan balas dendam

Dengan Hoe dan Tan sebagai asistennya, Lim melanjutkan kejahatannya, menipu banyak wanita agar memberikan uang dan berhubungan intim dengannya.[49] Pada waktu penangkapannya, ia memiliki 40 "istri suci".[51] Pada akhir 1980 ia ditangkap dan didakwa melakukan pemerkosaan. Penuduhnya adalah Lucy Lau, seorang perempuan penjual kosmetik dari pintu ke pintu, yang telah menemui Lim ketika ia menawarkan produk kecantikan kepada Tan. Pada tanggal 19 Oktober, Lim mengatakan kepada Lau bahwa sesosok hantu telah menggentayanginya, namun ia bisa mengusirnya dengan ritual seksual-nya. Ia tidak yakin, namun cenayang tersebut tetap bersikukuh. Ia diam-diam mencampur dua kapsul Dalmadorm, sebuah obat penenang, dalam segelas susu dan menawarkan kepadanya, mengklaim bahwa itu adalah properti suci. Lau menjadi mabuk setelah meminumnya, yang memungkinkan Lim untuk mengambil keuntungan darinya.[49] Selama beberapa minggu berikutnya, ia terus menyiksanya dengan memakai obat-obatan atau ancaman. Pada bulan November, setelah Lim memberikan orangtuanya pinjaman kecil dari jumlah yang mereka minta, Lau membuat laporan ke polisi terkait kejadian tersebut. Lim ditangkap atas tuduhan pemerkosaan, dan Tan karena bersekongkol dengannya. Atas sebuah jaminan, Lim membujuk Hoe untuk berbohong dengan hadir pada penuduhan pemerkosaan tersebut tapi tidak melihat kejahatan tersebut. Hal ini gagal untuk menghentikan penyelidikan polisi; Lim dan Tan harus memperpanjang jaminan pereka, secara pribadi, di kantor polisi setiap dua minggu.[52]

Berbagai gambar dan patung tersusun di atas meja kecil dan dinding dengan arah menghadap ke depan. Sebuah cermin bulat kecil menggantung di atas koleksi barang-barang religius tersebut.
Lim berdoa [di altar ini] kepada Buddha, Phragann, Kali, dan berbagai dewa-dewa.

Frustrasi, Lim berencana untuk mengalihkan perhatian polisi dengan serangkaian pembunuhan anak-anak.[53] Selain itu, ia percaya bahwa pengorbanan anak-anak kepada Kali akan membujuk supranaturalnya untuk menarik perhatian polisi darinya. Lim berpura-pura dimiliki oleh Kali, dan meyakinkan Tan dan Hoe bahwa dewi tersebut ingin mereka membunuh anak-anak untuk membalas dendam pada Lau.[54]Dia juga mengatakan kepada mereka Phragann menuntut ia untuk berhubungan intim dengan korban perempuan mereka.[55]

Pada tanggal 24 Januari 1981, Hoe melihat Agnes di dekat sebuah gereja dan membujuknya ke apartemen tersebut. Ketiganya memberikannya makanan dan minuman yang dicampur dengan Dalmadorm. Setelah Agnes menjadi mabuk and tertidur, Lim menyiksanya secara seksual. Pada saat hampir tengah malam, ketiganya mencekik Agnes dengan sebuah bantal dan mengambil darahnya, meminumnya dan mengolesinya pada lukisan Kali. Setelah itu, mereka menenggelamkan gadis tersebut dengan memasukkan kepalanya dalam seember air.[56] Terakhir, Lim menggunakan terapi elektro-syok miliknya untuk "memastikan sekali lagi bahwa ia telah meninggal".[57] Mereka memasukkan tubuhnya ke dalam sebuah tas dan membuangnya di dekat sebuah lift Blok 11.[56]

Ghazali mengalami nasib yang serupa ketika ia dibawa oleh Hoe ke apartemen tersebut pada tanggal 6 Februari. Namun, ketika diberikan obat penenang, ia membutuhkan waktu lama untuk tertidur. Lim memutuskan untuk mengikat anak laki-laki tersebut untuk berjaga-jaga; namun, anak laki-laki tersebut terbangun dan memberontak. Karena panik, ketiganya mengeluarkan tebasan karate ke leher Ghazali dan membuat dirinya pingsan. Setelah mengambil darahnya, mereka melanjutkannya dengan menenggelamkan korban mereka. Ghazali pun memberontak, muntah dan kehilangan kontrol tubuhnya saat ia meninggal. Darahnya terus mengucur dari hidungnya setelah kematiannya. Sementara Tan pergi ke belakang untuk membersihkan apartemen tersebut, Lim dan Hoe membuang tubuhnya. Ketika Lim melihat bercak darah bertebaran sampai apartemen mereka, ia dan pembantunya berusaha untuk membersihkan noda tersebut sebanyak mungkin sebelum matahari terbit.[58] Namun, noda yang mereka tidak hilangkan menyebabkan polisi datang ke apartemen mereka dan mengakibatkan mereka ditangkap.

Pengadilan

Dua hari setelah mereka tertangkap, Lim, Tan dan Hoe didakwa di Dewan Subordinat untuk pembunuhan dua anak-anak. Ketiganya menjadi sasaran interogasi lebih lanjut oleh polisi, dan pemeriksaan medis oleh para dokter lapas. Pada 16–17 September, kasus mereka dibawa ke pengadilan untuk prosedur berkomitmen. Untuk membuktikan adanya kasus terhadap terdakwa, Jaksa Penuntut Umum Glenn Knight memanggil 58 saksi dan menyusun 184 lembar bukti sebelum diserahkan kepada hakim. Sementara Tan dan Hoe membantah tuduhan pembunuhan tersebut, Lim mengaku bersalah dan mengklaim tanggung jawab untuk tindakan tersebut. Hakim memutuskan bahwa kasus yang menyerang terdakwa tersebut cukup kuat untuk didengar di Pengadilan Tertinggi. Lim, Tan, dan Hoe tetap dalam tahanan selama pemeriksaan lebih lanjut.[59]

Peradilan, penuntutan, dan pembelaan

Sebuah kubah terdapat diatas gedung tersebut, yang berada di pinggir jalan. Bangunan besar ini memiliki pintu masuk ditengahnya dan disangga dengan pilar.
Kasus pembunuhan tersebut terdengar di Ruang Dewan No. 4 dari Gedung Mahkamah Agung lama.

Pengadilan Tinggi diselenggarakan di Gedung Mahkamah Agung pada tanggal 25 Maret 1983.[60] Kasus ini dipimpin oleh dua hakim: Hakim Thirugnana Sampanthar Sinnathuray, yang juga melangsungkan pengadilan terhadap serial pembunuhan John Martin Scripps 13 tahun kemudian,[61] dan Hakim Frederick Arthur Chua, yang pada waktu itu menjadi hakim yang menjabat paling lama di Singapura.[62] Knight melanjutkan pembangunan kasus tersebut pasa pengumpulan bukti oleh kerja detektif. Foto-foto TKP, bersama dengan keterangan saksi, akan membantu pengadilan untuk menggambarkan peristiwa yang menyebabkan kejahatan tersebut. Bukti-bukti lain—sampel darah, obyek keagamaan, obat-obatan, dan sebuah catatan dengan nama Ng dan Ghazali—memperkuat pembuktian keterlibatan terdakwa. Knight tidak mempunyai saksi mata pembunuhan tersebut; buktinya langsung, tapi ia mengatakan kepada pengadilan dalam pernyataan pembukaannya, "Yang penting adalah [terdakwa] tidak mencekik dan menenggelamkan kedua anak yang tidak bersalah tersebut, menyebabkan kematian mereka dalam keadaan yang berjumlah pembunuhan. Dan ini kita akan membuktikan luar semua keraguan."[63]

Tan, dengan Lim dan ijin polisi, menggunakan $10,000 dari $159,340[64] (AS$4,730 dari AS$75,370) yang disita dari apartemen milik ketiga orang tersebut untuk menggandeng J. B. Jeyaretnam untuk pembelaannya.[65][66] Hoe harus menerima tawaran nasihat pengadilan, meneriman Nathan Isaac sebagai pembelanya. Sejak penangkapannya, Lim menolak perwakilan hukum. Ia membela dirinya sendiri di sidang Dewan Subordinat,[67] namun tidak dapat terus dilakukan ketika kasus itu dipindahkan ke Dewan Tertinggi; hukum Singapura mensyaratkan bahwa untuk dakwaan kejahatan terdakwa harus dibela oleh seorang ahli profesional. Sehingga Howard Cashin diangkat sebagai pengacara Lim,[68] meskipun pekerjaannya ditolak oleh kliennya untuk bekerjasama.[69] Tiga pengacara memutuskan untuk tidak membantah bahwa klien mereka telah membunuh anak-anak. Bertindak pada pembelaan kurang bertanggung jawab, mereka berusaha untuk menunjukan bahwa pikiran klien mereka tidak terkendali dan tidak bisa bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.[70] Jika pembelaan ini berhasil, para terdakwa akan lolos dari hukuman mati untuk menghadapi hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman 10 tahun penjara.[71]

Jalan pengadilan

Setelah Knight memperlihatkan bukti penuntutan pengadilan dengan mendengar testimoni pada kepribadian dan kelemahan karakter terdakwa, dari keluarga dan kenalan mereka. Rincian dari hidup mereka diungkapkan oleh salah satu "istri suci" Lim. Praktisi medis swasta Dr. Yeo Peng Ngee dan Dr. Ang Yiau Hua mengaku bahwa mereka yang membuat obat untuk Lim, dan memberikan ketiganya obat tidur and obat penenang tanpa pertanyaan pada saat berkonsultasi.[72][fn 4] Polisi dan tim forensik memberikan hasil dari investigasi mereka; Inspektur Suppiah, petugas yang bertanggung jawab dalam penyelidikan, membacakan sebuah pernyataan terhadap para terdakwa semasa mereka ditahan. Dalam pernyataan Lim menyatakan bahwa ia telah pembunuhan untuk balas dendam, dan bahwa ia telah menyodomi Ng. Terdakwa juga mengkonfirmasikan dalam pernyataan mereka bahwa masing-masing dari mereka aktif terlibat dalam pembunuhan tersebut.[75] Ada banyak kontradiksi antara pernyataan-pernyataan ini dan pengakuan yang dibuat di pengadilan oleh terdakwa, namun Hakim Sinnathuray menyatakan bahwa meskipun bukti yang bertentangan, "fakta-fakta penting dari kasus ini tidak dalam sengketa".[76] Keterlibatan Lim dalam kejahatan itu lebih lanjut dibuktikan oleh saksi yang dijamin bahwa hanya setelah tengah malam pada tanggal 7 Februari 1981, di lantai bawah Blok 12, ia melihat Lim dan seorang wanita berjalan melewatinya membawa seorang anak laki-laki berkulit gelap.[77]

Lim
Tidak ada komentar.
Hakim Sinnathuray
Tidak, tidak, tidak, Adrian Lim, Anda tidak bisa selalu mengatakan itu padaku. (Kepada Cashin) Ia adalah saksi Anda.
Cashin
Anda dapat mengerti sekarang, Tuhanku, betapa sulitnya penyaksian ini.

Transkrip pengadilan menggambarkan kefrustrasian pengadilan dengan perilaku Lim[69]

Pada 13 April Lim memberikan pernyataan. Dia menyatakan bahwa dia adalah satu-satunya pelaku kejahatan.[78] Ia membantah bahwa ia memperkosa Lucy Lau atau Ng, mengklaim bahwa ia membuat pernyataan sebelumnya hanya untuk memuaskan interogator.[79][80] Lim selektif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pengadilan kepadanya; ia tidak bertele-tele dalam menjawab orang-orang yang setuju dengan pendiriannya, dan menolak untuk mengomentari orang lain.[78] Ketika ditantang pada pengakuannya yang sebenarnya yang terbaru, ia mengklaim bahwa ia terikat oleh kewajiban agama dan moral untuk mengatakan yang sebenarnya.[81] Namun, Knight menyatakan bahwa Lim adalah seorang pria pembohong ​​yang tidak menghormati sumpah. Lim telah berbohong kepada istrinya, kliennya, polisi, dan psikiatris. Knight mengklaim bahwa sikap Lim di pengadilan merupakan pengakuan terbuka bahwa ia rela berbohong di pernyataannya sebelumnya.[82] Tan dan Hoe lebih kooperatif, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pengadilan. Mereka membantah cerita Lim, dan menjamin kebenaran laporan pernyataan mereka yang diberikan kepada polisi.[83]Mereka menceritakan bagaimana mereka hidup dalam ketakutan dan kekaguman dari Lim. Percaya ia memiliki kekuatan gaib, mereka mengikutinya dalam setiap order dan kepemilikannya.[84] Walaupun demikian, dibawah pertanyaan Knight, Tan mengakui bahwa Lim telah menipu pelanggannya , dan bahwa ia telah dengan sengaja membantu dia untuk melakukannya.[85] Knight kemudian mendapati Hoe setuju bahwa ia sadar dengan aksinya pada waktu pembunuhan tersebut.[86]

Pertempuran psikiatris

Tidak ada yang menyangkal bahwa Lim, Tan, dan Hoe telah membunuh anak-anak. Pembela mereka mendasarkan pada meyakinkan pernyataan mereka kepada hakim bahwa secara medis, terdakwa tidak dalam kontrol total dari diri mereka sendiri selama kejahatan. Oleh karena itu, sebagian besar sidang itu terjadi pertempuran antara saksi-saksi ahli disebut oleh kedua belah pihak. Dr Wong Yip Chong, seorang psikiatris senior dalam praktik pribadi, percaya bahwa Lim terganggu mentalnya pada saat kejahatan tersebut. Mengklaim bahwa "dilihat dari gambaran besar, dan tidak rewel atas kontradiksi",[87] ia mengatakan bahwa nafsu seksual yang tinggi dan kepercayaan delusi pada Kali yang ada dalam diri Lim adalah karakteristik dari depresi manik ringan. Seorang dokter juga mengatakan bahwa hanya pikiran tidak sehat yang berpikir akan membuang mayat di dekat rumahnya jika rencananya adalah untuk mengalihkan perhatian polisi.[88] Dalam bantahannya, seorang saksi ahli yang mengajukan diri pada jaksa penuntut, Dr Chee Kuan Tsee, seorang psikiatris di Rumah Sakit Woodbridge,[89] mengatakan bahwa Lim "tujuan dalam kegiatan itu, pasien dalam perencanaan dan persuasif dalam penampilannya untuk kekuasaan pribadi dan kesenangan".[90] Menurut opini Dr Chee, Lim telah terlibat dalam seksualitas karena lewat perannya sebagai media ia memperoleh pasokan perempuan yang bersedia untuk pergi ke tempat tidur dengan dia. Selain itu, keyakinannya pada Kali adalah agama pada alam, bukan delusional. Penggunaan agama oleh Lim digunakan untuk kepentingan pribadi dalam hal pengendalian diri secara penuh. Terakhir, Lim telah berkonsultasi pada dokter dan bebas mengambil obat penenang untuk mengobati insomnia-nya, suatu kondisi yang menurut Dr Chee adalah keadaan dari depresi manik yang gagal untuk dikenali.[91]

Dr R. Nagulendran, seorang konsultan psikiatris, bersaksi bahwa Tan secara mental terganggu oleh depresi kejiwaan relatif. Menurutnya ia depresi sebelum ia bertemu Lim, karena latar belakang keluarganya. Kekerasan fisik dan ancaman dari Lim memperdalam depresinya; penyalahgunaan obat-obatan membuatnya berhalusinasi dan mempercayai kebohongan cenayang.[90] Dr Chee tidak menyetujuinya; ia mengatakan bahwa Tan mengaku menjadi cukup senang dengan gaya hidup material Lim yang diberikan kepadanya, menikmati pakaian bagus dan perawatan salon kecantikan. Seorang penderita depresi psikotik reaktif tidak akan dibayar seperti perhatian terhadap penampilannya. Juga, Tan sebelumnya mengaku mengetahui Lim adalah seorang penipu, namun berubah sikap di pengadilan untuk mengklaim ia bertindak sepenuhnya dibawah pengaruhnya. Meskipun Dr Chee mengabaikan kekerasan fisik Lim terhadap Tan dalam pengadilannya, ia dengan tegas berpendapat bahwa Tan adalah suara mental pada saat kejahatan tersebut.[92] Dr Nagulendran dan Dr Chee bersepakat bahwa Hoe menderita skizofrenia berkepanjangan sebelum ia bertemu Lim, dan bahwa ia berada di Rumah Sakit Woodbridge telah membantu pemulihan dirinya. Namun, sementara Dr Nagulendran yakin bahwa Hoe mengalami kambuh pada waktu pembunuhan anak-anak, Dr Chee menunjukan bahwa tidak ada dokter Woodbridge melihat tanda-tanda kambuh selama enam bulan saat ia melakukan cek tindak lanjut (16 Juli 1980 – 31 Januari 1981).[93][94] Jika Hoe telah sangat terganggu oleh karena kondisinya menurut penjelasan Dr Nagulendran, dia akan menjadi tidak valid. Sebaliknya, dia bermetode untuk menculik dan membantu membunuh anak pada dua kesempatan.[93] Diakhir pernyataannya, Dr Chee menyatakan bahwa hal ini luar biasa karena tiga orang dengan penyakit mental yang berbeda dapat berbagi delusi umum dalam menerima permintaan untuk membunuh dari seorang dewa.[95]

Pernyataan penutup

Dalamk pidato penutup mereka, pembela mencoba untuk memperkuat penggambaran klien mereka sebagai individu yang terganggu mentalnya. Cashin mengatakan bahwa Lim adalah seorang pria normal sampai inisiasinya ke dalam okultisme, dan bahwa ia sangat menjauh dari kenyataan ketika ia memasuki "dunia mengerikan yang tidak masuk akal", bertindak atas delusinya untuk membunuh anak-anak dalam nama Kali.[96] Jeyaretnam mengatakan bahwa akibat depresinya dan pelecehan yang dilakukan oleh Lim, Tan menjadi "sebuah robot", melaksanakan perintah tanpa berpikir.[96] Isaac hanya menyimpulkan, "pikiran skizofrenia [Hoe] berpikir bahwa jika anak-anak dibunuh, mereka akan masuk surga dan tidak bertumbuh kejahatan seperti ibunya dan lainnya."[97] Pembela mengkritik Dr Chee karena gagal untuk mengenali gejala klien mereka.[90][97]

Jaksa memulai pidato penutupnya dengan menarik perhatian pada cara "dingin dan penuh perhitungan" saat anak-anak tersebut dibunuh.[98] Knight juga berpendapat bahwa terdakwa tidak bisa memberikan khayalan yang sama, dan hanya membawanya pada saat pengadilan tersebut.[97] Tampilan "licik dan tidak bebas" dalam aksi tersebut tidak bisa diperlihatkan oleh orang yang berkhayal.[98] Tan membantu Lim karena "dia cinta [padanya]", dan Hoe hanya menyesatkan dalam membantu kejahatan tersebut.[99] Hakim kemudian didesak untuk mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan mereka, Knight menyatakan: "Tuhanku, untuk mengatakan bahwa Lim tidak lebih dari seorang pengecut yang mengincar anak kecil karena mereka tak dapat membalas serangan; membunuh mereka dengan harapan bahwa ia memperoleh kekuasaan atau kekkayaan dan tidak melakukan pembunuhan, adalah tidak masuk akal dari hukum pembunuhan. Ini akan memberikan kepercayaan kepada selubung misteri dan sihir ia telah disulap praktek dan dimana ia berhasil menakut-nakuti, mengintimidasi dan membujuk takhayul, lemah dan mudah tertipu menjadi berpartisipasi dalam tindakan yang paling cabul dan tidak senonoh."[99]

Keputusan

Pada tanggal 25 Mei 1983, banyak orang di luar gedung untuk menunggu hasil persidangan. Karena keterbatasan tempat duduk, hanya beberapa orang yang diijinkan untuk mendengar Hakim Sinnathuray mengeluarkan keputusan selama 15 menit. Dua hakim tidak yakin bahwa terdakwa tidak sehat secara mental selama melakukan kejahatan. Mereka menemukan Lim menjadi "kejam dan bejat" dalam melaksanakan rencananya.[100] Memandang wawancaranya dengan saksi ahli sebagai pengakuan bersalah,[101] Sinnathuray dan Chua menemukan Tan menjadi "orang berseni dan jahat", dan "bersedia [berpesta] untuk tindakan jahat dan menjijikan [Lim]".[102] Hakim menemukan Hoe menjadi "sederhana" dan "mudah dipengaruhi".[102] Meskipun ia menderita skizofrenia, mereka mencatat bahwa dia berada di keadaan remisi selama pembunuhan tersebut; maka ia harus memikul tanggung jawab penuh atas tindakannya.[103] Ketiganya dinyatakan bersalah atas pembunuhan tersebut dan dihukum gantung. Dua wanita tidak bereaksi terhadap keadaan mereka. Di sisi lain, Lim berseri dan menangis, "Terima kasih, Tuhanku!", ketika ia memimpin keluar.[104]

Lim menerima nasibnya; para perempuan tidak, dan mengajukan kalimat keberatan mereka. Tan disewakan Francis Seow yang ditarik untuknya, dan pengadilan lagi ditugaskan Isaac untuk Hoe.[105] Para pengacara meminta pengadilan banding untuk mempertimbangkan kembali keadaan mental klien mereka pada saat pembunuhan tersebut, menyakatan bahwa hakim pengadilan dalam pembahasan mereka telah gagal untuk mempertimbangkan hal ini.[92] Pengadilan Tinggi Kejahatan mencapai keputusan mereka pada bulan Agustus 1986.[106] Para hakim banding menguatkan putusan pengadilan rekan-rekan mereka, mencatat bahwa sebagai pencari fakta, hakim memiliki hak untuk mengabaikan hasil medis dalam bukti dari sumber lain.[107][fn 5] Uji banding Tan dan Hoe lebih lanjut ke Dewan Privi London dan Presiden Singapura Wee Kim Wee juga mendapatkan kegagalan yang serupa.[106]

Setelah semua jalan mereka untuk meminta pengampunan telah habis, Tan and Hoe bersikap tenang menghadapi nasib mereka. Sesambil menunggu hukuman mati, ketiganya diberikan nasehat oleh pendeta dan suster Katolik. Terlepas dari reputasi yang dimiliki Lim, Pastor Brian Doro menyebut pembunuh tersebut sebagai "orang yang agak bersahabat".[109] Menjelang hari eksekusi, Lim meminta Pastor Doro untuk pengampunan dan perjamuan kudus. Demikian juga Tan dan Hoe dengan Suster Gerard Fernandez sebagai penasehat spiritual mereka. Suster tersebut mengkonversi dua narapidana perempuan tersebut ke agama Katolik, dan mereka menerima pengampunan dan perjamuan kudus selama hari-hari terakhir mereka.[110] Pada tanggal 25 November 1988 ketiganya diberikan makanan untuk terakhir kalinya dan menuju tali gantung. Lim tersenyum disaat jalan terakhirnya. Setelah eksekusi selesai, ketiga pembunuh tersebut mendapatkan pemakaman massal Katolik dalam jangka pendek oleh Pastor Doro,[111] dan dikremasi pada hari yang sama.[112]

Warisan

Kerumunan orang memadati area di seberang jalan. Perhatian mereka ada pada mobil van polisi. Beberapa penonton berdesakan di bagian belakang pada orang-orang di bagian depan mereka atau membungkuk di atas dinding. Polisi mengamankan jalan.
Warga Singapura memadati sekitaran Dewan Subordinat (gambar) dan pengadilan lainnya untuk melihat sekilas para pembunuh tersebut.

Sidang terhadap ritual pembunuhan Toa Payoh ini diikuti oleh rakyat Singapura. Kerumunan orang terus menerus memadati sekitaran pengadilan, berharap untuk melihat sekilas Adrian Lim dan mendengar penerangan pertamanya. Laporan dari surat kabar setempat dalam penjelasannya, penceritaan berdarah dan seskual eksplisit dari tindakan Lim tersebut telah menyinggung perasaan beberapa pihak; Kanon Frank Lomax, Vikaris Gereja Anglikan Santo Andreas, mengeluh kepada The Straits Times bahwa laporan tersebut memiliki efek merusak bagi kaum muda. Tulisan-tulisannya mendapat dukungan dari beberapa pembaca. Namun yang lainnya menyambut baik laporan terbuka tersebut, mengingat hal tersebut membantu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya kewaspadaan bahkan di kota dengan tingkat kejahatan yang rendah.[113] Buku-buku yang berisi tentang pembunuhan dan pengadilan tersebut, dengan cepat dibeli oleh masyarakat pada perilisannya.[114][115]

Keputusan dari pengadilan tersebut membuat Lim dicap sebagai orang jahat di benak orang-orang Singapura.[4] Beberapa warga tidak percaya bahwa ada orang yang rela membela orang seperti itu. Mereka mengeluarkan suara kemarahan mereka kepada Cashin; bahkan beberapa diantaranya mengeluarkan ancaman pembunuhan terhadap dirinya.[68] Di sisi lain, nama Knight menjadi terkenal di kalangan warga Singapura sebagai orang yang membawa Adrian Lim ke pengadilan, sehingga membuat kariernya meningkat. Ia menangani banyak kasus tingkat tinggi, dan menjadi direktur Departemen Urusan Komersial pada tahun 1984. Ia terus mempertahankan reputasi bagusnya sampai keputusannya untuk korupsi tujuh tahun kemudian.[116]

Bahkan di penjara, Lim dibenci; rekannya sesama tahanan disalahgunakan dan memperlakukannya sebagai orang buangan.[117] Pada tahun-tahun setelah kejahatan tersebut, kenangan tetap segar di antara mereka yang mengikuti kasus ini. Wartawan dianggap itu sidang paling sensasional pada tahun 80an, menjadi "buah bibir dari kota menakutkan sebagai kasus mengerikan dari penyimpangan seksual, meminum darah manusia, kepemilikan gaib, eksorsisme dan kekejaman serampangan yang dibuka selama sidang 41 hari".[118] Lime belas tahun setelah sidang selesai, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh The New Paper mengabarkan bahwa 30 persen dari respondennya telah memilih ritual pembunuhan Toa Payoh sebagai kejahatan yang paling mengerikan, meskipun permintaan kertas untuk memilih hanya untuk kejahatan yang dilakukan pada tahun 1998.[119] Lim telah menjadi patokan untuk kejahatan lokal; pada tahun 2002 Subhas Anandan menggambarkan kliennya, istri pembunuh Anthony Ler, sebagai "orang tampan, versi tertampan dari cenayang pembunuh Toa Payoh [yang] terkenal".[120]

Pada tahun 1990an, industri film lokal membuat dua film berdasarkan kasus pembunuhan tersebut, yang pertama adalah Medium Rare. Film yang diproduksi pada tahun 1991 ini memiliki keterlibatan asing substantial; sebagian besar pemain dan kru adalah orang Amerika atau Britania. Skrip ini secara lokal ditulis dan dimaksudkan untuk mengeksplorasi "psikis ketiga karakter utama".[121] Namun, sutradaranya terfokus pada hubungan intim dan kekerasan, dan film yang dihasilkan tersebut dicemooh oleh penonton pada saat pemutaran tengah malam-nya .[121] Film ini berhasil meraup keuntungan sebesar $130,000 (AS$75,145) pada saat 16 hari pemutaran pertamanya,[122][fn 6] dan seorang wartawan menyebutnya "lebih aneh daripada cerita hubungan intim yang tidak wajar dan praktek okultisme terkait dengan cerita Adrian Lim".[124] Film kedua, God or Dog yang diluncurkan pada tahun 1997, juga memiliki kinerja box-office yang suram[125] meskipun penerimaan kritis terlihat lebih positif.[126] Dua acara mengalami kesulitan dalam mencari aktor lokal untuk pemeran utama; Zhu Houren menolak atas dasar bahwa kepribadian Adrian Lim terlalu unik bagi seorang aktor untuk memerankannya secara akurat,[127] dan Xie Shaoguang menolak peran untuk kurangnya "faktor penebusan" pada pembunuh tersebut.[128] Di televisi, kasus pembunuhan tersebut telah menjadi episode terbuka untuk True Files, sebuah program tahun 2002 yang memperlihatkan informasi mengenai kasus kejahatan. Namun, publik mengeluhkan bahwa trailer-nya terlalu mengerikan ketimbang reka ulang dari ritual dan pembunuhan tersebut, memaksa perusahaan media MediaCorp untuk merombak jadwalnya. Episode ritual pembunuhan Toa Payoh digantikan oleh sebuah episode yang kurang sensasional sebagai pembuka dan didorong kembali ke dalam slot waktu kemudian untuk pemirsa yang lebih dewasa, menandai sifat mengerikan dari kejahatan yang dilakukan oleh Lim, Tan, dan Hoe.[129]

Catatan kaki

  1. ^ Lim menggunakan patung Phragann berukuran kecil dalam ritualnya, dan memakainya dipinggangnya pada saat berhubungan intim. Dua kutipan utama berbeda dalam nama mereka dari obyek ini. John menyebutnya Pragngan, sementara Narayanan yang mengutip laporan polisi, menyebutnya Phragann.
  2. ^ Nilai tukar 2.11, berdasarkan pada rata-rata 12 bulan dari nilai tukar pada tahun 1981.[34]
  3. ^ Ia sangat yakin terhadap trik tersebut dan kemampuan Lim kepada Tan diungkapkan kepadanya cara kerja trik tersebut saat mereka ditanyai di kantor polisi.[45]
  4. ^ Kedua dokter tersebut didisiplinkan atas tindakan mereka oleh Dewan Medis Singapura pada tahun 1990; Yeo telah menutup Pendaftaran Medis, dan Ang diskors selama tiga bulan.[73] Namun, Yeo berhasil melamar kembali untuk restorasinya pada tahun berikutnya.[74]
  5. ^ Dewan Privi juga memberikan keputusan yang sama dalam peninjauan ulang terhadap Walton v. the Queen, sebuah pengadilan terhadap pembunuhan di Britania pada tahun 1989.[108]
  6. ^ Sebagai perbandingan, box-office komedi pada tahun 1996 berjudul Army Daze meraup keuntungan sebesar $500,000 (AS$289,017) untuk empat hari pertama-nya.[123] Kurs 1.73 rata-rata berasal dari 12 bulan pada tahun 1991.[34]

Referensi

  1. ^ Sit (1989), I Confess, xiii.
  2. ^ Sit (1989), Was Adrian Lim Mad?, xiii.
  3. ^ John (1989), 187, 202.
  4. ^ a b Yap (1995).
  5. ^ DeBernadi (2006), 1–14.
  6. ^ Thung (1977), 229.
  7. ^ Trocki (2006), 146.
  8. ^ Thung (1977), 231–232.
  9. ^ Rowen (1998), 116–117.
  10. ^ Quah (1987), 49.
  11. ^ Naren (2000), 24.
  12. ^ John (1989), 9.
  13. ^ John (1989), 2–3.
  14. ^ Narayanan (1989), 166–167.
  15. ^ John (1989), 7–8.
  16. ^ Narayanan (1989), 9.
  17. ^ John (1989), 8.
  18. ^ a b John (1989), 10.
  19. ^ John (1989), 162.
  20. ^ a b Narayanan (1989), 80.
  21. ^ John (1989), 17–19.
  22. ^ John (1989), 18, 34.
  23. ^ John, p.12–13.
  24. ^ Narayanan (1989), 86, 89.
  25. ^ Narayanan (1989), 30–31.
  26. ^ John (1989), 19–20.
  27. ^ Narayanan (1989), 46–47.
  28. ^ Kok (1990), 70.
  29. ^ John (1989), 28.
  30. ^ John (1989), 26–27.
  31. ^ John (1989), 29–31.
  32. ^ Narayanan (1989), 113–114.
  33. ^ John (1989), 33–35.
  34. ^ a b Economagic.com
  35. ^ John (1989), 37.
  36. ^ a b John (1989), 36.
  37. ^ John (1989), 34.
  38. ^ John (1989), 32.
  39. ^ John (1989), 170–171.
  40. ^ John (1989), 171.
  41. ^ John (1989), 186.
  42. ^ John (1989), 40–41.
  43. ^ John (1989), 37–38.
  44. ^ John (1989), 40–42.
  45. ^ John (1989), 196.
  46. ^ John (1989), 43–45.
  47. ^ John (1989), 46–48.
  48. ^ Narayanan (1989), 111.
  49. ^ a b c John (1989), 48.
  50. ^ Kok (1990), 44.
  51. ^ Narayanan (1989), 6.
  52. ^ John (1989), 49.
  53. ^ John (1989), 61.
  54. ^ John (1989), 84.
  55. ^ Narayanan (1989), 45.
  56. ^ a b John (1989), 92–94.
  57. ^ John (1989), 94.
  58. ^ John (1989), 95–97.
  59. ^ John (1989), 51–52.
  60. ^ John (1989), 52.
  61. ^ Tan (October 1997).
  62. ^ John (1989), x.
  63. ^ John (1989), 55.
  64. ^ John (1989), 56.
  65. ^ Narayanan (1989), 28.
  66. ^ John (1989), 67.
  67. ^ John (1989), 51.
  68. ^ a b John (1989), 117.
  69. ^ a b John (1989), 127.
  70. ^ Narayanan (1989), 155.
  71. ^ Tan (April 1997).
  72. ^ John (1989), 107–116.
  73. ^ Fernandez (1990).
  74. ^ Lim (1991).
  75. ^ John (1989), 61–70.
  76. ^ John (1989), 198.
  77. ^ John (1989), 56–60.
  78. ^ a b John (1989), 121.
  79. ^ John (1989), 132–133.
  80. ^ John (1989), 154–156.
  81. ^ John (1989), 155.
  82. ^ John (1989), 157–158.
  83. ^ John (1989), 168, 198.
  84. ^ John (1998), 164–165, 203.
  85. ^ John (1989), 180–181.
  86. ^ John (1989), 202–203.
  87. ^ John (1989), 208.
  88. ^ Kok (1990), 71.
  89. ^ John (1989), 204.
  90. ^ a b c Kok (1990), 72.
  91. ^ John (1989), 209.
  92. ^ a b Kok (1990), 73.
  93. ^ a b Kok (1990), 45.
  94. ^ John (1989), 202.
  95. ^ John (1989), 217.
  96. ^ a b John (1989), 218.
  97. ^ a b c John (1989), 219.
  98. ^ a b John (1989), 220.
  99. ^ a b John (1989), 221.
  100. ^ John (1989), 224–225.
  101. ^ Kok (1994), 53.
  102. ^ a b John (1989), 225.
  103. ^ Kok (1994), 94.
  104. ^ John (1989), 226.
  105. ^ John (1989), 227.
  106. ^ a b John (1989), 228.
  107. ^ Kok (1990), 73–74.
  108. ^ Kok (1990), 74.
  109. ^ Davie (1989).
  110. ^ Naryanan (1989), 14–15.
  111. ^ Naryanan (1989), 14.
  112. ^ John (1989), 229.
  113. ^ John (1989), 116–118
  114. ^ Khor (September 1989).
  115. ^ Khor (October 1989).
  116. ^ Tan (1998).
  117. ^ Yaw (1991).
  118. ^ Davidson (1990).
  119. ^ Low (1998).
  120. ^ Vijayan (2002).
  121. ^ a b Uhde (2000), 109–110.
  122. ^ Uhde (2000), 110.
  123. ^ Uhde (2000), 114.
  124. ^ Guneratne (2003), 172.
  125. ^ Millet (2006), 96.
  126. ^ Uhde (2000), 115.
  127. ^ Lee (June 1996).
  128. ^ Lee (May 1996).
  129. ^ Tan (2002).

Daftar pustaka

Buku
Artikel berita
  • Davidson, Ben (2 January 1990). "Trials that rocked Singapore in the '80s" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 17. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  • Davie, Sandra (24 November 1989). "Father Brian Doro" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 32. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  • Fernandez, Ivan (25 June 1990). "Action against docs in Adrian Lim case: Diagnose the delay" (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 12. Diakses tanggal 14 November 2008. 
  • Khor, Christine (13 September 1989). "Big sweep by Singaporean works" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. S2.2. Diakses tanggal 11 November 2008. 
  • Khor, Christine (16 October 1989). "Book bang" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. S2.1. Diakses tanggal 11 November 2008. 
  • Lee Yin Luen (9 May 1996). "Too evil to explore" (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 26. Diakses tanggal 12 November 2008. 
  • Lee Yin Luen (4 June 1996). "Actor gives up Adrian Lim role" (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 8. Diakses tanggal 12 November 2008. 
  • Lim, Trudy (10 October 1991). "Adrian Lim doc back at work" (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 15. Diakses tanggal 11 November 2008. 
  • Low, Calvin (19 December 1998). "You, Q & eh?" (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. S3. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  • Tan, Jeanmarie (24 April 2002). "Adrian Lim trailer too 'horrific'..." (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 16. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  • Tan Ooi Boon (20 April 1997). "Defence that's too tough to prove" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 25. Diakses tanggal 11 November 2008. 
  • Tan Ooi Boon (7 October 1997). "Justice Sinnathuray retires" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 2. Diakses tanggal 11 November 2008. 
  • Tan Ooi Boon (20 September 1998). "Law enforcer got a taste of own medicine" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 16. Diakses tanggal 14 November 2008. 
  • Vijayan, K. C. (14 December 2002). "Man who lured wife to her murder hanged" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 1. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  • Yap, Sonny (15 July 1995). "Of human interest" (fee required). The Straits Times. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. B3. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  • Yaw Yan Chong (10 September 1991). "Jack: No prisoner liked Adrian Lim" (fee required). The New Paper. Singapore: Singapore Press Holdings. hlm. 6. Diakses tanggal 28 October 2008. 
Kutipan online

Pranala luar

1°20′13″N 103°51′26″E / 1.33694°N 103.85722°E / 1.33694; 103.85722

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA