Intertekstualitas: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 3: | Baris 3: | ||
== Penjelasan == |
== Penjelasan == |
||
Pendekatan intertekstual menganggap bahwa suatu teks tidak berdiri sendiri.<ref name="Alfian"/> Ada dua alasan yang mendasari hal ini.<ref name="Alfian"/> Pertama, pengarang sebuah teks adalah pembaca sebelum ia penulis teks-teks.<ref name="Alfian"/> Teks yang ditulis tentu dipengaruhi oleh teks-teks lain yang dibaca oleh sang pengarang.<ref name="Alfian"/> Dalam proses penulisan teks, pengarang menggunakan berbagai rujukan atau kutipan dari teks-teks yang telah ia baca.<ref name="Alfian"/> Kedua, sebuah teks tersedia melalui proses pencarian materi yang hendak ditulis.<ref name="Alfian"/> Dalam proses tersebut, ada pertentangan maupun penerimaan akan materi-materi yang ditemukan dalam teks-teks yang dibaca.<ref name="Alfian"/> Teks-teks yang mempengaruhi bisa jadi teks-teks yang ada sebelum teks ditulis atau teks-teks yang berada pada zaman teks ditulis.<ref name="Faris"/> Pengaruh yang diberikan teks-teks lain bisa dalam bentuk [[gagasan]], ucapan-ucapan lisan, [[gaya bahasa]], dan lain-lain.<ref name="Guzzetti"/> Teks yang dimaksud disini bukan hanya teks tertulis tetapi juga teks yang tidak tertulis atau lisan seperti adat istiadat, kebudayaan, dan agama.<ref name="Alfian"/> |
Pendekatan intertekstual menganggap bahwa suatu teks tidak berdiri sendiri.<ref name="Alfian"/> Ada dua alasan yang mendasari hal ini.<ref name="Alfian"/> Pertama, pengarang sebuah teks adalah pembaca sebelum ia penulis teks-teks.<ref name="Alfian"/> Teks yang ditulis tentu dipengaruhi oleh teks-teks lain yang dibaca oleh sang pengarang.<ref name="Alfian"/> Dalam proses penulisan teks, pengarang menggunakan berbagai rujukan atau kutipan dari teks-teks yang telah ia baca.<ref name="Alfian"/> Kedua, sebuah teks tersedia melalui proses pencarian materi yang hendak ditulis.<ref name="Alfian"/> Dalam proses tersebut, ada pertentangan maupun penerimaan akan materi-materi yang ditemukan dalam teks-teks yang dibaca.<ref name="Alfian"/> Teks-teks yang mempengaruhi bisa jadi teks-teks yang ada sebelum teks ditulis atau teks-teks yang berada pada zaman teks ditulis.<ref name="Faris"/> Pengaruh yang diberikan teks-teks lain bisa dalam bentuk [[gagasan]], ucapan-ucapan lisan, [[gaya bahasa]], dan lain-lain.<ref name="Guzzetti"/> Teks yang dimaksud disini bukan hanya teks tertulis tetapi juga teks yang tidak tertulis atau lisan seperti adat istiadat, kebudayaan, dan agama.<ref name="Alfian"/> |
||
== Prinsip == |
|||
Dalam pendekatan intertekstual, ada beberapa [[prinsip]] yang ditetapkan.<ref name="Alfian"/> Pertama, pendekatan intertekstual memandang bahwa sebuah teks melalui sebuah proses pengolahan dari aspek luar maupun aspek dalam teks tersebut.<ref name="Alfian"/> Aspek luar adalah aspek dari teks-teks lain yang mendukung teks yang telah ditulis.<ref name="Alfian"/> Aspek dalam adalah pemahaman penulis yang juga didasarkan pada proses pembacaan berbagai teks.<ref name="Alfian"/> Kedua, sebuah teks juga tidak dapat dipisahkan dari motif penulis.<ref name="Alfian"/> Teks-teks lain yang menjadi sumber terbentuk sebuah teks disaring berdasarkan motif penulis.<ref name="Alfian"/> Ketiga, intertekstualitas juga melihat bahwa teks dibentuk berdasarkan sumber tertulis maupun sumber non tertulis.<ref name="Alfian"/> |
|||
== Sumbangsih == |
|||
Intertekstualitas memberikan sumbangsih penting dalam berbagai studi, seperti dalam studi [[musik]], studi [[sastra]], dalam studi [[teologi]] dan studi lainnya.<ref name="Guzzetti"/> |
|||
=== Intertekstual Hermeneutis === |
|||
Dalam dunia teologi, pendekatan intertekstual berperan penting terutama dalam membaca teks-teks yang terdapat dalam Alkitab.<ref name="Timo"> Eben Nuban Timo. 2006. Hagar dan putri-putrinya: Perempuan Tertindas Dalam Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 9.</ref> Alkitab adalah kumpulan dari teks-teks yang berkesinambungan.<ref name="Timo"/> Suatu teks perlu dihubungkan dengan teks yang lain agar pembaca Alkitab mendapatkan suatu gambaran yang utuh tentang teks.<ref name="Timo"/> Contohnnya, dalam Alkitab kisah penciptaan disusun berdasarkan beberapa sumber yaitu sumber [[Elohis]], [[Yahwis]], [[Deuteronomis]], dan [[Pries]].<ref name="Timo"/> Dalam membaca kisah Alkitab, metode ini digunakan para ahli hermeneutika dengan nama ''intertekstual hermeneutis''.<ref name="Timo"/> Dengan metode ini, membaca Alkitab menjadi multidimensi.<ref name="Timo"/> Para pembaca Alkitab tidak lagi melihat Alkitab secara sempit.<ref name="Timo"/> Dengan adanya teks-teks lain, pembaca Alkitab memperluas wawasannya tentang cerita-cerita di Alkitab.<ref name="Timo"/> |
|||
Revisi per 19 April 2014 18.53
Intertekstual adalah sebuah pendekatan untuk memahami sebuah Teks sebagai sisipan dari teks-teks lain.[1][2] Intertekstual juga dipahami sebagai proses untuk menghubungkan teks dari masa lampau dengan teks masa kini.[3] Suatu teks dipahami tidak berdiri sendiri.[1] suatu teks disusun dari kutipan-kutipan atau sumber-sumber teks lain.[1][4][5] Tokoh yang mengembangkan pendekatan ini adalah Julia Kristeva.[1]
Penjelasan
Pendekatan intertekstual menganggap bahwa suatu teks tidak berdiri sendiri.[1] Ada dua alasan yang mendasari hal ini.[1] Pertama, pengarang sebuah teks adalah pembaca sebelum ia penulis teks-teks.[1] Teks yang ditulis tentu dipengaruhi oleh teks-teks lain yang dibaca oleh sang pengarang.[1] Dalam proses penulisan teks, pengarang menggunakan berbagai rujukan atau kutipan dari teks-teks yang telah ia baca.[1] Kedua, sebuah teks tersedia melalui proses pencarian materi yang hendak ditulis.[1] Dalam proses tersebut, ada pertentangan maupun penerimaan akan materi-materi yang ditemukan dalam teks-teks yang dibaca.[1] Teks-teks yang mempengaruhi bisa jadi teks-teks yang ada sebelum teks ditulis atau teks-teks yang berada pada zaman teks ditulis.[3] Pengaruh yang diberikan teks-teks lain bisa dalam bentuk gagasan, ucapan-ucapan lisan, gaya bahasa, dan lain-lain.[4] Teks yang dimaksud disini bukan hanya teks tertulis tetapi juga teks yang tidak tertulis atau lisan seperti adat istiadat, kebudayaan, dan agama.[1]
Prinsip
Dalam pendekatan intertekstual, ada beberapa prinsip yang ditetapkan.[1] Pertama, pendekatan intertekstual memandang bahwa sebuah teks melalui sebuah proses pengolahan dari aspek luar maupun aspek dalam teks tersebut.[1] Aspek luar adalah aspek dari teks-teks lain yang mendukung teks yang telah ditulis.[1] Aspek dalam adalah pemahaman penulis yang juga didasarkan pada proses pembacaan berbagai teks.[1] Kedua, sebuah teks juga tidak dapat dipisahkan dari motif penulis.[1] Teks-teks lain yang menjadi sumber terbentuk sebuah teks disaring berdasarkan motif penulis.[1] Ketiga, intertekstualitas juga melihat bahwa teks dibentuk berdasarkan sumber tertulis maupun sumber non tertulis.[1]
Sumbangsih
Intertekstualitas memberikan sumbangsih penting dalam berbagai studi, seperti dalam studi musik, studi sastra, dalam studi teologi dan studi lainnya.[4]
Intertekstual Hermeneutis
Dalam dunia teologi, pendekatan intertekstual berperan penting terutama dalam membaca teks-teks yang terdapat dalam Alkitab.[6] Alkitab adalah kumpulan dari teks-teks yang berkesinambungan.[6] Suatu teks perlu dihubungkan dengan teks yang lain agar pembaca Alkitab mendapatkan suatu gambaran yang utuh tentang teks.[6] Contohnnya, dalam Alkitab kisah penciptaan disusun berdasarkan beberapa sumber yaitu sumber Elohis, Yahwis, Deuteronomis, dan Pries.[6] Dalam membaca kisah Alkitab, metode ini digunakan para ahli hermeneutika dengan nama intertekstual hermeneutis.[6] Dengan metode ini, membaca Alkitab menjadi multidimensi.[6] Para pembaca Alkitab tidak lagi melihat Alkitab secara sempit.[6] Dengan adanya teks-teks lain, pembaca Alkitab memperluas wawasannya tentang cerita-cerita di Alkitab.[6]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Alfian Rokhmansyah. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap ilmu sastra. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hlm 119.
- ^ (English) Jon L. Berquist. 2007. Approaching Yehud: New Approaches to The Study of Persian Period. Atlanta:The Society of Biblical Literature. Hlm 25.
- ^ a b (English) Nora Shuart Faris. 2004. Uses Intertextuality in classroom and educational research. United Stated of America: Information Age Publishing. Hlm 375.
- ^ a b c (English) Barbara J. Guzzetti. 2002. Literacy in America: An Encyclopedia of History, Theory, and practice. California:ABC-CLIO incompany. Hlm 258.
- ^ (English) Kathrin Faller. 2010. "And it's All There-Intertextual Structures, Theme, and Character in Stephanie Meyer's "Twilight" Series. Hlm 8.
- ^ a b c d e f g h Eben Nuban Timo. 2006. Hagar dan putri-putrinya: Perempuan Tertindas Dalam Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 9.