Lompat ke isi

Intertekstualitas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Julia Kristeva, salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan intertekstual

Intertekstual adalah sebuah pendekatan untuk memahami sebuah Teks sebagai sisipan dari teks-teks lain.[1][2] Intertekstual juga dipahami sebagai proses untuk menghubungkan teks dari masa lampau dengan teks masa kini.[3] Suatu teks dipahami tidak berdiri sendiri.[1] Suatu teks disusun dari kutipan-kutipan atau sumber-sumber teks lain.[1][4][5] Tokoh yang mengembangkan pendekatan ini adalah Julia Kristeva.[1]

Penjelasan

[sunting | sunting sumber]

Pendekatan intertekstual menganggap bahwa suatu teks tidak berdiri sendiri.[1] Ada dua alasan yang mendasari hal ini.[1] Pertama, pengarang sebuah teks adalah pembaca sebelum ia penulis teks-teks.[1] Teks yang ditulis tentu dipengaruhi oleh teks-teks lain yang dibaca oleh sang pengarang.[1] Dalam proses penulisan teks, pengarang menggunakan berbagai rujukan atau kutipan dari teks-teks yang telah ia baca.[1] Kedua, sebuah teks tersedia melalui proses pencarian materi yang hendak ditulis.[1] Dalam proses tersebut, ada pertentangan maupun penerimaan akan materi-materi yang ditemukan dalam teks-teks yang dibaca.[1] Teks-teks yang mempengaruhi bisa jadi teks-teks yang ada sebelum teks ditulis atau teks-teks yang berada pada zaman teks ditulis.[3] Pengaruh yang diberikan teks-teks lain bisa dalam bentuk gagasan, ucapan-ucapan lisan, gaya bahasa, dan lain-lain.[4] Teks yang dimaksud disini bukan hanya teks tertulis tetapi juga teks yang tidak tertulis atau lisan seperti adat istiadat, kebudayaan, dan agama.[1]

Dalam pendekatan intertekstual, ada beberapa prinsip yang ditetapkan.[1] Pertama, pendekatan intertekstual memandang bahwa sebuah teks melalui sebuah proses pengolahan dari aspek luar maupun aspek dalam teks tersebut.[1] Aspek luar adalah aspek dari teks-teks lain yang mendukung teks yang telah ditulis.[1] Aspek dalam adalah pemahaman penulis yang juga didasarkan pada proses pembacaan berbagai teks.[1] Kedua, sebuah teks juga tidak dapat dipisahkan dari motif penulis.[1] Teks-teks lain yang menjadi sumber terbentuk sebuah teks disaring berdasarkan motif penulis.[1] Ketiga, intertekstualitas juga melihat bahwa teks dibentuk berdasarkan sumber tertulis maupun sumber non tertulis.[1]

Sumbangsih

[sunting | sunting sumber]

Intertekstualitas memberikan sumbangsih penting dalam berbagai studi, seperti dalam studi musik, studi sastra, dalam studi teologi dan studi lainnya.[4]

Intertekstual Hermeneutis

[sunting | sunting sumber]
Alkitab

Dalam dunia teologi, pendekatan intertekstual berperan penting terutama dalam membaca teks-teks yang terdapat dalam Alkitab.[6] Alkitab adalah kumpulan dari teks-teks yang berkesinambungan.[6] Suatu teks perlu dihubungkan dengan teks yang lain agar pembaca Alkitab mendapatkan suatu gambaran yang utuh tentang teks.[6] Contohnnya, dalam Alkitab kisah penciptaan disusun berdasarkan beberapa sumber yaitu sumber Elohis, Yahwis, Deuteronomis, dan Pries.[6] Dalam membaca kisah Alkitab, metode ini digunakan para ahli hermeneutika dengan nama intertekstual hermeneutis.[6] Dengan metode ini, membaca Alkitab menjadi multidimensi.[6] Para pembaca Alkitab tidak lagi melihat Alkitab secara sempit.[6] Dengan adanya teks-teks lain, pembaca Alkitab memperluas wawasannya tentang cerita-cerita di Alkitab.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Alfian Rokhmansyah. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap ilmu sastra. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hlm 119.
  2. ^ (English) Jon L. Berquist. 2007. Approaching Yehud: New Approaches to The Study of Persian Period. Atlanta:The Society of Biblical Literature. Hlm 25.
  3. ^ a b (English) Nora Shuart Faris. 2004. Uses Intertextuality in classroom and educational research. United Stated of America: Information Age Publishing. Hlm 375.
  4. ^ a b c (English) Barbara J. Guzzetti. 2002. Literacy in America: An Encyclopedia of History, Theory, and practice. California:ABC-CLIO incompany. Hlm 258.
  5. ^ (English) Kathrin Faller. 2010. "And it's All There-Intertextual Structures, Theme, and Character in Stephanie Meyer's "Twilight" Series. Hlm 8.
  6. ^ a b c d e f g h Eben Nuban Timo. 2006. Hagar dan putri-putrinya: Perempuan Tertindas Dalam Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 9.