Lompat ke isi

Nafsul Kamilah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 3: Baris 3:
'''Nafsu Kamilah''' adalah [[jiwa]] yang telah benar-[[benar]] [[sempurna]] ddan juga telah mendapatkan [[pancaran]] [[kebenaran]] dari Tuhan, telah mencapai [[tingkat]] [[makrifat]].<ref name=a>Shadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325</ref> [[Kebahagiaan]] yang [[hakiki]] baginya ialah berada di [[haribaan]] [[Tuhan]] ([[Arab]]:tawajjuh) dan ber[[dialog]] dengan-Nya. <ref name=a/>
'''Nafsu Kamilah''' adalah [[jiwa]] yang telah benar-[[benar]] [[sempurna]] ddan juga telah mendapatkan [[pancaran]] [[kebenaran]] dari Tuhan, telah mencapai [[tingkat]] [[makrifat]].<ref name=a>Shadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325</ref> [[Kebahagiaan]] yang [[hakiki]] baginya ialah berada di [[haribaan]] [[Tuhan]] ([[Arab]]:tawajjuh) dan ber[[dialog]] dengan-Nya. <ref name=a/>


Nafsu Kamilah juga dapat di[[arti]]kan sebagai nafsu yang sempurna yang dimiliki oleh para [[Nabi]] dan para [[Rasul]]hasil dari [[predikat]] sebagai [[manusia]] [[sempurna]] ([Arab:''insanul kamil'').<ref name=b>Susetya, Wawan (2006).''Cermin Hati''.Solo:Tiga Serangkai. Hal 19</ref> Mereka semua adalah [[teladan]] sejati dalam mengemban [[ibadah]] [[lahir]] dan [[batin]], secara [[syariat]] dan [[hakikat]].<ref name=b/> Mereka adalah pemimpin yang diturunkan oleh [[Tuhan]]Yang Maha Perkasa dan Maha Penyayang untuk membentuk [[akhlak]] [[masyarakat]] yang di[[ridho]]i pleh-Nya.<ref name=b/>
Nafsu Kamilah juga dapat di[[arti]]kan sebagai nafsu yang sempurna yang dimiliki oleh para [[Nabi]] dan para [[Rasul]]hasil dari [[predikat]] sebagai [[manusia]] [[sempurna]] ([Arab:''insanul kamil'').<ref name=b>Susetya, Wawan (2006).''Cermin Hati''.Solo:Tiga Serangkai. Hal 19</ref> Mereka semua adalah [[teladan]] sejati dalam mengemban [[ibadah]] [[lahir]] dan [[batin]], secara [[syariat]] dan [[hakikat]].<ref name=b/> Mereka adalah pemimpin yang diturunkan oleh [[Tuhan]]Yang Maha Perkasa dan Maha Penyayang untuk membentuk [[akhlak]] [[masyarakat]] yang di[[ridho]]i oleh-Nya.<ref name=b/>

Nafsu ini selalu me[[motivasi]] diri untuk beribadah dan mendapat [[anugerah]] [[ilmu]] keyakinan. <ref name=e>Yasid, Abu.''Fiqh Today:Fatwa Traisional untuk Orang Modern''.Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Hal 28</ref> Yang memiliki nafsu ini hanya akan merasakan [[kebahagiaan] hakiki bila bersama dengan Tuhannya.<ref name=e/>


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 24 Juni 2014 11.49

Nafsu Kamilah adalah jiwa yang telah benar-benar sempurna ddan juga telah mendapatkan pancaran kebenaran dari Tuhan, telah mencapai tingkat makrifat.[1] Kebahagiaan yang hakiki baginya ialah berada di haribaan Tuhan (Arab:tawajjuh) dan berdialog dengan-Nya. [1]

Nafsu Kamilah juga dapat diartikan sebagai nafsu yang sempurna yang dimiliki oleh para Nabi dan para Rasulhasil dari predikat sebagai manusia sempurna ([Arab:insanul kamil).[2] Mereka semua adalah teladan sejati dalam mengemban ibadah lahir dan batin, secara syariat dan hakikat.[2] Mereka adalah pemimpin yang diturunkan oleh TuhanYang Maha Perkasa dan Maha Penyayang untuk membentuk akhlak masyarakat yang diridhoi oleh-Nya.[2]

Nafsu ini selalu memotivasi diri untuk beribadah dan mendapat anugerah ilmu keyakinan. [3] Yang memiliki nafsu ini hanya akan merasakan [[kebahagiaan] hakiki bila bersama dengan Tuhannya.[3]

Referensi

  1. ^ a b Shadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325
  2. ^ a b c Susetya, Wawan (2006).Cermin Hati.Solo:Tiga Serangkai. Hal 19
  3. ^ a b Yasid, Abu.Fiqh Today:Fatwa Traisional untuk Orang Modern.Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Hal 28