Lompat ke isi

Subjektivisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP86Johanes (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{inuseBP|BP86Johanes|27Juni2014|26Juni2014}} '''Subyektivisme''' adalah suatu kategori umum yang meliputi semua doktrin yang menekankan pada unsur subyektif p...'
Tag: BP2014
 
BP86Johanes (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1: Baris 1:

{{inuseBP|BP86Johanes|27Juni2014|26Juni2014}}
'''Subyektivisme''' adalah suatu kategori umum yang meliputi semua [[doktrin]] yang menekankan pada unsur [[subyektif]] pengalaman yang dialami oleh [[individu]].<ref name="a"> {{cite book|author=Lorens Bagus|title=Kamus Filsafat|publisher=Gramedia|place=Jakarta|year=1996|page=1046-1047}}</ref> Selain itu, juga terdapat beberapa pengertian lain tentang subyektivisme berdasarkan beberapa kajian tertentu. Pertama, dalam kajian [[epistemologi]], subyektivisme adalah bentuk doktrin yang membatasi [[pengetahuan]] seseorang pada [[kesadaran]] [[pikiran]] akan keadaannya sendiri. Ajaran tentang [[persepsi]] representatif dapat dimasukkan dalam dengan kategori ini. Kedua, dalam kajian [[metafisika]], subyektivisme adalah bentuk doktrin [[solipsime]] dan [[idealisme]] subyektif. Ketiga, dalam kajian [[estetika]], subyektivisme adalah bentuk doktrin yang menjelaskan bahwa putusan [[estetis]] atau keindahan seseorang tidak lain ialah berasal dari suatu bentuk [[ekspresi]] [[status]] individual. Ketiga, kajian subyektivisme etis adalah bentuk doktrin yang dikembangkan oleh salah satu tokoh [[filsafat]] yaitu [[Westermarck]]. Menurut westermarck, apa yang dinyatakan oleh putusan [[etis]] sesorang ialah bahwa seseorang yang membuat putusan itu mempunyai sikap setuju atau tidak setuju terhadap subyek yang bersangkutan.
'''Subyektivisme''' adalah suatu kategori umum yang meliputi semua [[doktrin]] yang menekankan pada unsur [[subyektif]] pengalaman yang dialami oleh [[individu]].<ref name="a"> {{cite book|author=Lorens Bagus|title=Kamus Filsafat|publisher=Gramedia|place=Jakarta|year=1996|page=1046-1047}}</ref> Selain itu, juga terdapat beberapa pengertian lain tentang subyektivisme berdasarkan beberapa kajian tertentu. Pertama, dalam kajian [[epistemologi]], subyektivisme adalah bentuk doktrin yang membatasi [[pengetahuan]] seseorang pada [[kesadaran]] [[pikiran]] akan keadaannya sendiri. Ajaran tentang [[persepsi]] representatif dapat dimasukkan dalam dengan kategori ini. Kedua, dalam kajian [[metafisika]], subyektivisme adalah bentuk doktrin [[solipsime]] dan [[idealisme]] subyektif. Ketiga, dalam kajian [[estetika]], subyektivisme adalah bentuk doktrin yang menjelaskan bahwa putusan [[estetis]] atau keindahan seseorang tidak lain ialah berasal dari suatu bentuk [[ekspresi]] [[status]] individual. Ketiga, kajian subyektivisme etis adalah bentuk doktrin yang dikembangkan oleh salah satu tokoh [[filsafat]] yaitu [[Westermarck]]. Menurut westermarck, apa yang dinyatakan oleh putusan [[etis]] sesorang ialah bahwa seseorang yang membuat putusan itu mempunyai sikap setuju atau tidak setuju terhadap subyek yang bersangkutan.



Revisi per 27 Juni 2014 16.45

Subyektivisme adalah suatu kategori umum yang meliputi semua doktrin yang menekankan pada unsur subyektif pengalaman yang dialami oleh individu.[1] Selain itu, juga terdapat beberapa pengertian lain tentang subyektivisme berdasarkan beberapa kajian tertentu. Pertama, dalam kajian epistemologi, subyektivisme adalah bentuk doktrin yang membatasi pengetahuan seseorang pada kesadaran pikiran akan keadaannya sendiri. Ajaran tentang persepsi representatif dapat dimasukkan dalam dengan kategori ini. Kedua, dalam kajian metafisika, subyektivisme adalah bentuk doktrin solipsime dan idealisme subyektif. Ketiga, dalam kajian estetika, subyektivisme adalah bentuk doktrin yang menjelaskan bahwa putusan estetis atau keindahan seseorang tidak lain ialah berasal dari suatu bentuk ekspresi status individual. Ketiga, kajian subyektivisme etis adalah bentuk doktrin yang dikembangkan oleh salah satu tokoh filsafat yaitu Westermarck. Menurut westermarck, apa yang dinyatakan oleh putusan etis sesorang ialah bahwa seseorang yang membuat putusan itu mempunyai sikap setuju atau tidak setuju terhadap subyek yang bersangkutan.

Rujukan

  1. ^ Lorens Bagus (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. hlm. 1046-1047.