Hidronefrosis: Perbedaan antara revisi
Baris 56: | Baris 56: | ||
Tes urin biasanya dilakukan untuk menentukan adanya darah (yang sering terjadi dalam kasus batu ginjal) atau adanya tanda-tanda infeksi (seperti leukosit esterase positif atau nitrit). |
Tes urin biasanya dilakukan untuk menentukan adanya darah (yang sering terjadi dalam kasus batu ginjal) atau adanya tanda-tanda infeksi (seperti leukosit esterase positif atau nitrit). |
||
⚫ | |||
Pemeriksaan [[radiologi]] seperti urogram intravena (IVU), [[USG]], [[CT scan]] atau [[MRI]] juga dapat dilakukan dalam menentukan keberadaan atau penyebab hidronefrosis. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui kondisi ureter dan ginjal serta menentukan ada atau tidaknya hidronefrosis atau hidroureter. Pemeriksaan IVU berguna untuk menentukan lokasi penyumbatan. |
|||
Pemilihan jenis radiologi yang dilakukan tergantung pada sejarah, gejala dan temuan saat pemeriksaan awal. Dalam kasus [[renal kolik]] (rasa nyeri di salah satu sisi pinggang serta biasanya disertai dengan jejak darah dalam urin) pemeriksaan awal biasanya menggunakan CT scan spiral atau heliks. Pemeriksaan ini dapat membantu menunjukkan apakah ada sumbatan aliran urin yang menyebabkan hidronefrosis serta menunjukkan fungsi ginjal lainnya. Pemeriksaan [[sinar-X]] atau IVU tidak dapat mengetahui keberadaan batu ginjal tapi 99% dari batu ginjal terlihat pada pemeriksaan [[CT scan]]. Hal ini yang mendasari pemeriksaan CT scan menjadi pilihan umum pemeriksaan awal. Namun CT scan biasanya tidak digunakan apabila pasien harus menghindari paparan radiasi, seperti pasien yang sedang hamil. |
|||
⚫ | |||
Imaging studies — such as an intravenous urogram (IVU), ultrasound, CT or MRI — are also important investigations in determining the presence and/ or cause of hydronephrosis. Whilst ultrasound allows for visualisation of the ureters and kidneys (and determine the presence of hydronephrosis and / or hydroureter), an IVU is useful for assessing the anatomical location of the obstruction. Antegrade or retrograde pyelography will show similar findings to an IVU but offer a therapeutic option as well. |
|||
The choice of imaging depends on the clinical presentation (history, symptoms and examination findings). In the case of [[renal colic]] (one sided loin pain usually accompanied by a trace of blood in the urine) the initial investigation is usually a spiral or helical CT scan. This has the advantage of showing whether there is any obstruction of flow of urine causing hydronephrosis as well as demonstrating the function of the other kidney. Many stones are not visible on plain [[X-ray]] or IVU but 99% of stones are visible on CT and therefore CT is becoming a common choice of initial investigation. CT is not used however, when there is a reason to avoid radiation exposure, e.g. in pregnancy. |
|||
For incidentally detected prenatal hydronephrosis, the first study to obtain is a postnatal renal ultrasound, since as noted, many cases of prenatal hydronephrosis resolve spontaneously. This is generally done within the first few days after birth, although there is some risk that obtaining an imaging study this early may miss some cases of mild hydronephrosis due to the relative oliguria of a newborn. Thus, some experts recommend obtaining a follow up ultrasound at 4–6 weeks to reduce the false-negative rate of the initial ultrasound.<ref>{{cite journal|last=Aksu|first=N|author2=et al.|title=Postnatal management of infants with antenatally detected hydronephrosis|journal=Pediatr Nephrol|date=September 2005|volume=20|issue=9|pages=1253–9|pmid=16025288|doi=10.1007/s00467-005-1989-3}}</ref> A voiding cystourethrogram (VCUG) is also typically obtained to exclude the possibility of vesicoureteral reflux or anatomical abnormalities such as posterior urethral valves. Finally, if hydronephrosis is significant and obstruction is suspected, such as a ureteropelvic junction (UPJ) or ureterovesical junction (UVJ) obstruction, a nuclear imaging study such as a MAG-3 scan is warranted. |
For incidentally detected prenatal hydronephrosis, the first study to obtain is a postnatal renal ultrasound, since as noted, many cases of prenatal hydronephrosis resolve spontaneously. This is generally done within the first few days after birth, although there is some risk that obtaining an imaging study this early may miss some cases of mild hydronephrosis due to the relative oliguria of a newborn. Thus, some experts recommend obtaining a follow up ultrasound at 4–6 weeks to reduce the false-negative rate of the initial ultrasound.<ref>{{cite journal|last=Aksu|first=N|author2=et al.|title=Postnatal management of infants with antenatally detected hydronephrosis|journal=Pediatr Nephrol|date=September 2005|volume=20|issue=9|pages=1253–9|pmid=16025288|doi=10.1007/s00467-005-1989-3}}</ref> A voiding cystourethrogram (VCUG) is also typically obtained to exclude the possibility of vesicoureteral reflux or anatomical abnormalities such as posterior urethral valves. Finally, if hydronephrosis is significant and obstruction is suspected, such as a ureteropelvic junction (UPJ) or ureterovesical junction (UVJ) obstruction, a nuclear imaging study such as a MAG-3 scan is warranted. |
Revisi per 16 November 2014 11.41
Hidronefrosis | |
---|---|
Berkas:Hydronephrosis.jpg | |
Spesimen dari ginjal yang telah mengalami pelebaran luas karena hidronefrosis. | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Urologi, Nefrologi |
Hidronefrosis - secara harfiah berarti air di dalam ginjal - mengacu pada distensi dan pelebaran ginjal pelvis dan calyces, biasanya disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran urin di ginjal. Apabila tidak diobati, hidronefrosis dapat mengarah ke atrofi ginjal progresif.[1] Dalam kasus hidroureteronephrosis, ada distensi dari kedua ureter dan pelvis ginjal dan kalises.[2]
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala hidronefrosis tergantung pada apakah penyumbatan tersebut terjadi secara akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, unilateral atau bilateral. Hidronefrosis yang terjadi secara akut dengan onset mendadak (seperti yang disebabkan oleh batu ginjal) dapat menyebabkan rasa sakit di daerah panggul (antara pinggul dan tulang rusuk).[3][4]
Sebaliknya, hidronefrosis yang berkembang secara bertahap pada umumnya akan menyebabkan sakit berkepanjangan. Mual dan muntah juga dapat terjadi. Penyumbatan yang terjadi pada uretra atau kandung kemih dapat menyebabkan rasa sakit dan tekanan yang dihasilkan dari distensi kandung kemih. Terhalangnya aliran urin sering mengakibatkan infeksi saluran kemih yang dapat mengarah pada pengembangan batu ginjal, demam, dan darah atau nanah dalam urin. Jika penyumbatan lengkap terjadi, hal tersebut dapat menyebapkan gagal ginjal.[5]
Tes darah dapat menunjukkan gangguan fungsi ginjal (peningkatan urea atau kreatinin) atau ketidakseimbangan elektrolit seperti hiponatremia atau asidosis metabolik hiperkloremik. Urinalisis mungkin menunjukkan pH tinggi karena kerusakan sekunder nefron dalam ginjal yang sakit.
Penyebap
Hidronefrosis bisa disebapkan dari beberapa kejadian patofisiologi yang abnormal. Kelainan struktural dari persimpangan antara ginjal, ureter, dan kandung kemih yang menyebabkan hidronefrosis dapat terjadi selama perkembangan janin. Beberapa dari cacat bawaan telah diidentifikasi sebagai kondisi turunan, namun hubungan genetik untuk diagnosis dini belum ditentukan.[6] Kelainan struktural lainnya bisa disebabkan oleh cedera, operasi, atau terapi radiasi.
Kompresi satu atau kedua ureter dapat juga disebabkan oleh perkembangan janin yang tidak sempurna. Kompresi bilateral dari ureter dapat terjadi selama kehamilan yang disebapkan oleh pembesaran rahim. Perubahan kadar hormon selama waktu ini juga dapat mempengaruhi kontraksi otot kandung kemih, yang dapat memperparah kondisi tersebut.
Sumber penyumbatan dapat timbul dari berbagai penyebab lain termasuk batu ginjal, pembekuan darah, atau retroperitoneal fibrosis.[7]
Penyumbatan tersebut dapat bersifat sebagian atau keseluruhan dan dapat terjadi di manapun dari urinary meatus sampai renal calyx renal pelvis.
Hidronefrosis juga dapat terjadi akibat arus balik urin dari kandung kemih kembali ke ginjal. Arus balik ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor di atas namun dapat juga disebapkan oleh kompresi saluran keluar kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat atau impaksi tinja di usus besar, serta kontraksi abnormal otot kandung kemih akibat disfungsi neurologis atau gangguan otot lainnya.[5]
Patofisiologi
Penyumbatan yang terjadi di manapun di sepanjang saluran kemih atas akan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ginjal karena ginjal tidak mampu membuang urin ke kandung kemih. Penyebab yang paling umum penyumbatan tersebut adalah batu ginjal serta penyumbatan sambungan ureteropelvik yang disebabkan oleh penyempitan intrinsik dari ureter atau pembuluh di atasnya.
Penyumbatan yang terjadi di saluran kemih bawah juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan akibat kembalinya urin ke ginjal. Penyebab umum termasuk disfungsi kandung kemih adalah neurogenic bladder dan penyumbatan uretra (seperti katup uretra posterior pada bayi laki-laki) atau kompresi (seperti dari hipertrofi prostat pada orang laki-laki dewasa).
Apa pun penyebabnya, penyumbatan tersebut akan meningkatkan tekanan yang ditransmisikan ke jaringan halus yang membentuk sistem filtrasi di dalam ginjal, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan infeksi, pembentukan batu, atau kegagalan fungsi. Komplikasi tambahan yang timbul dari penyumbatan saluran kemih bawah termasuk stagnasi aliran urin yang juga dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih. Penyumbatan dapat juga diakibatkan adanya tumor di panggul yang menekan ureter atau uretra, seperti pada penderita kanker leher rahim stadium lanjut (stadium IIIA sampai IVB).
Diagnosis
Hidronefrosis dapat dideteksi dengan diagnosis prenatal,[8] dan pada kenyataannya, banyak kasus pada pasien anak yang terdeteksi oleh pemeriksaan ultrasound rutin yang dilakukan selama kehamilan.[9] Namun, sekitar setengah dari semua hidronefrosis yang diidentifikasi sebelum lahir bersifat sementara, dan hilang pada saat bayi dilahirkan, dan 15% lainnya, hidronefrosis terus berlanjut namun tidak sampai menyebapkan penyumbatan saluran kemih, dan pada usia sekitar 3 tahun hidronefrosis akan hilang secara spontan. Namun 35% dari kasus hidronefrosis prenatal, diketahui tidak hilang sampai dewasa.[10]
Pemeriksaan yang dilakukan tergantung pada usia pasien, serta apakah hidronefrosis terdeteksi secara kebetulan atau terdeteksi sebelum bayi dilahirkan, atau terdeteksi karena berhubungan dengan gejala lain.
Tes darah dapat dilakukan (biasanya dilakukan untuk mengukur kreatinin), meskipun hasil pengujian ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Bahkan dalam kasus hidronefrosis unilateral parah, fungsi ginjal secara keseluruhan dapat tetap bekerja secara normal karena kerja ginjal yang sehat tidak terpengaruh kerja ginjal yang tersumbat.
Tes urin biasanya dilakukan untuk menentukan adanya darah (yang sering terjadi dalam kasus batu ginjal) atau adanya tanda-tanda infeksi (seperti leukosit esterase positif atau nitrit).
Pemeriksaan radiologi seperti urogram intravena (IVU), USG, CT scan atau MRI juga dapat dilakukan dalam menentukan keberadaan atau penyebab hidronefrosis. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui kondisi ureter dan ginjal serta menentukan ada atau tidaknya hidronefrosis atau hidroureter. Pemeriksaan IVU berguna untuk menentukan lokasi penyumbatan.
Pemilihan jenis radiologi yang dilakukan tergantung pada sejarah, gejala dan temuan saat pemeriksaan awal. Dalam kasus renal kolik (rasa nyeri di salah satu sisi pinggang serta biasanya disertai dengan jejak darah dalam urin) pemeriksaan awal biasanya menggunakan CT scan spiral atau heliks. Pemeriksaan ini dapat membantu menunjukkan apakah ada sumbatan aliran urin yang menyebabkan hidronefrosis serta menunjukkan fungsi ginjal lainnya. Pemeriksaan sinar-X atau IVU tidak dapat mengetahui keberadaan batu ginjal tapi 99% dari batu ginjal terlihat pada pemeriksaan CT scan. Hal ini yang mendasari pemeriksaan CT scan menjadi pilihan umum pemeriksaan awal. Namun CT scan biasanya tidak digunakan apabila pasien harus menghindari paparan radiasi, seperti pasien yang sedang hamil.
Referensi
- ^ Kumar, Vinay; Fausto, Nelson; Fausto, Nelso; Robbins, Stanley L.; Abbas, Abul K.; Cotran, Ramzi S. (2005). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease (edisi ke-7th). Philadelphia PA: Elsevier Saunders. hlm. 1012–4. ISBN 0-7216-0187-1.
- ^ NDI Foundation: hydroureteronephrosis Retrieved on Jan 4, 2009
- ^ "Dietl's crisis". medcyclopaedia.com. 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-05. Diakses tanggal 2012-05-01.
- ^ Mergener, K; et al. (December 1997). "Dietl's crisis: a syndrome of episodic abdominal pain of urologic origin that may present to a gastroenterologist". Am J Gastroenterol. 92 (12): 2289–91. PMID 9399772.
- ^ a b "Hydronephrosis", "Merck Manuals Home Health Handbook" [Internet]. New Jersey; Merck and Co., Inc.; c2009 updated 2007 Aug; cited 2010 Nov 5.
- ^ Toka HR, Toka O, Hariri A, Nguyen HT (July 2010). "Congenital anomalies of kidney and urinary tract". Semin. Nephrol. 30 (4): 374–86. doi:10.1016/j.semnephrol.2010.06.004. PMID 20807610.
- ^ Koh JS, Wong MY, Li MK, Foo KT (September 1998). "Idiopathic retroperitoneal fibrosis with bilateral lower ureteric obstruction—a case report with literature review". Singapore Med J. 39 (9): 416–7. PMID 9885722.
- ^ Estrada CR (July 2008). "Prenatal hydronephrosis: early evaluation". Current Opinion in Urology. 18 (4): 401–3. doi:10.1097/MOU.0b013e328302edfe. PMID 18520762.
- ^ Woodward, M; Frank, D (January 2002). "Postnatal management of antenatal hydronephrosis". BJU Int. 89 (2): 149–156. doi:10.1046/j.1464-4096.2001.woodward.2578.x. PMID 11849184.
- ^ Carmody, JB; Carmody, RB (December 2011). "Question from the clinician: management of prenatal hydronephrosis". Pediatr Rev. 32 (12): e110–2. doi:10.1542/pir.32-12-e110. PMID 22135428.