Lompat ke isi

Kwangkey: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Arupako (bicara | kontrib)
k Beeyan memindahkan halaman Kwangkey/Kuangkay ke Kwangkey: pengubahan nama menjadi standar
Arupako (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een dorpshoofd in Koetai met kind voor het graf van zijn vader TMnr 10017057.jpg|250px|thumb|right|Tempelaq tempat tulang si meninggal melalui Upacara/Ritual Kwangkay.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een dorpshoofd in Koetai met kind voor het graf van zijn vader TMnr 10017057.jpg|250px|thumb|right|Tempelaq tempat tulang si meninggal melalui Upacara/Ritual Kwangkay.]]
'''Kwangkay''' adalah salah satu upacara ritual adat yang diamalkan oleh [[Suku Dayak Benuaq]] di pedalaman [[Kalimantan Timur]]. Kwangkay adalah puncak upacara kematian orang [[Benuaq]].<ref name="Suryadi, Munawar Holil, I Nengah Duija and Supriyanto Widodo"> Suryadi, dkk, (1995). ''Dimensi Tradisi Lisan Dalam Upacara Kwangkay: Puncak Upacara Kematian ''Suku Dayak Benuaq''. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.Hal. 20-25</ref>
'''Kwangkay''' atau '''Kuangkay''' adalah salah satu upacara ritual adat yang diamalkan oleh [[Suku Dayak Benuaq]] di pedalaman [[Kalimantan Timur]]. Kwangkay adalah puncak upacara kematian orang [[Benuaq]].<ref name="Suryadi, Munawar Holil, I Nengah Duija and Supriyanto Widodo"> Suryadi, dkk, (1995). ''Dimensi Tradisi Lisan Dalam Upacara Kwangkay: Puncak Upacara Kematian ''Suku Dayak Benuaq''. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.Hal. 20-25</ref>


Kwangkay berasal dari kata ''ke'' dan ''angkey''. ''Ke'' artinya melakukan, melaksanakan, sedangkan ''angkey'' berarti [[Bangkai]] yang artinya [[manusia]] atau [[binatang]] yang sudah tidak bernyawa lagi. sehingga Kwangkey dapat diartikan ''buang bangkai'', maksudnya melepaskan diri dari segala kedukaan dan mengakhiri masa berkabung.
Kwangkay berasal dari kata ''ke'' dan ''angkey''. ''Ke'' artinya melakukan, melaksanakan, sedangkan ''angkey'' berarti [[Bangkai]] yang artinya [[manusia]] atau [[binatang]] yang sudah tidak bernyawa lagi. sehingga Kwangkey dapat diartikan ''buang bangkai'', maksudnya melepaskan diri dari segala kedukaan dan mengakhiri masa berkabung.

Revisi per 21 Februari 2015 04.32

Tempelaq tempat tulang si meninggal melalui Upacara/Ritual Kwangkay.

Kwangkay atau Kuangkay adalah salah satu upacara ritual adat yang diamalkan oleh Suku Dayak Benuaq di pedalaman Kalimantan Timur. Kwangkay adalah puncak upacara kematian orang Benuaq.[1]

Kwangkay berasal dari kata ke dan angkey. Ke artinya melakukan, melaksanakan, sedangkan angkey berarti Bangkai yang artinya manusia atau binatang yang sudah tidak bernyawa lagi. sehingga Kwangkey dapat diartikan buang bangkai, maksudnya melepaskan diri dari segala kedukaan dan mengakhiri masa berkabung. [2] [3]

Tujuan utama dari upacara Kwangkay adalah untuk menghormati dan memuliakan roh para leluhur yang sudah meninggal. Roh-roh ini diharapkan dapat memperoleh kebahagiaan, tempat yang lebih baik di alam arwah (di Gunung Lumut dan di Tenangkay), menjadi lebih bijaksana, sehingga bila dibutuhkan dapat menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan. (Nayuq Timang). Orang Benuaq percaya bahwa para arwah keluarga yang sudah mati tidak ubahnya orang yang masih hidup, mereka perlu makan, perlu tempat yang baik, dan memerlukan hiburan. Sehingga upacara Kwangkay yang dilakukan oleh anggota keluarga yang masih hidup ditujukan untuk memberi makan , penghormatan, hiburan, dan tempat yang layak bagi si mati[1] [4]

Orang Benuaq mengadakan upacara Kwangkay dengan harapan timbal balik, mereka percaya bahwa jika roh para leluhur dan anggota keluarga yang sudah mati dihormati dan diberi makan, maka kehidupan keluarga yang masih hidup pun akan baik dan jauh dari bencana. [1]

Selama upacara Kwangkay berlangsung suasana desa tempat penyelenggaraan upacara sangat ramai bagai pesta, banyak orang dari desa lain berdatangan untuk berdagang, berjudi atau sekedar memeriahkan pesta kematian tersebut. Karena biaya untuk upacara Kwangkay ini relatif mahal, maka upacara ini dapat dilakukan secara kolektif dan bergotong-royong yang merekaebut Sempeket. [3]

Waktu Penyelenggaraan Kwangkay

Upacara adat Kwangkay dilakukan dengan perhitungan waktu 7 hari dan atau 2 kali 7 hari pelaksanaan upacara. Upacara intinya berlangsung selama 9 hari. Angka 7 menurut mitologi penciptaan adalah angka mati untuk Ape Bungan Tanaa. Karena itu untuk seterusnya dipergunakan sebagai dasar utama perhitungan dalam penyelenggaraan upacara kematian . Walaupun perhitungan hari pelaksanaan upacara hanya 14 hari, tetapi persiapan dan upacara pasca Kwangkay itu memakan waktu beberapa hari bahkan beberapa minggu.[3]

Tempat Penyelenggaraan Kwangkay

Berkas:Rumah Lamin Kalimantan Timur.jpg
Rumah Lamin di Kalimantan Timur

Tempat penyelenggaraan upacara Kwangkay dipusatkan di Rumah Panjang atau Rumah Lamin atau dalam Bahasa Dayak Louw. Louw ini adalah Lamin yang pinjam oleh pelaksana upacara dari pemerintah desa. Segala bentuk dan tahap upacara dimulai dan diakhiri di Lamin adat. Upacara Pesawaq Belontakng dan upacara Entokng Liyau diadakan di halaman depan Lamin, upacara Muat Blontakng dan Pekatee ' KrEwaau bagian dari upacara Pekili Kelelungan dan lanjutan dari upacara Entokng Liyau diadakan dilapangan upacara, serta upacara Muat Oritn Tempelaa dan Nyerah Nyodah Tempe–laaq diadakan di pemakaman.[3]

Pihak Yang Terlibat Dalam Upacara Kwangkay

Penyelenggara teknis upacara adalah para Pengewara atau Pengentangih yaitu petugas adat khusus untuk upacara Kwangkay yang terdiri dari 3, 5 atau 7 orang. Jumlah ini tergantung dari tahapan upacara yang diselenggarakan. 1 atau 2 orang wanita bertindak sebagai perantara antara Pengentangih dengan pihak keluarga. Mereka yang disebut Pengugu Ramu ini bertugas khusus secara total baik waktu dan pikirannya selama upacara. Mereka biasanya dibayar oleh pihak keluarga penyelenggara atau datang dengan sukarela menolong. Pihak-pihak lain yang terlibat dalam upacara adalah semua anggota keluarga dan juga para pamong desa yang mengambil bagian tertentu dalam tahapan-tahapan upacara yang diselenggarakan. Biasanya dibentuk panitia khusus yang terdiri dari pihak keluarga, pamong desa dan pemuka masyarakat. Para anggota masyarakat lain, baik diundang maupun yang tidak diundang biasanya datang dengan sukarela untuk membantu penyelenggara. [3]

Tahapan Upacara Kwangkay

Secara umum upacara adat kematian Kwangkay dibagi atas tiga tahapan yaitu : [5]

  1. Tahap persiapan atau Dornak Ampah;
  2. Tahap pelaksanaan upacara inti ;
  3. Tahap pasca upacara.

Setiap tahap upacara di atas masih dirinci lagi menjadi beberapa upacara pokok, yang masing-masing upacara pokok ini terdiri dari beberapa urutan atau bagian upacara. Tahap pertama disebut Dornak Arnpah, merupakan tahap persiapan keperluan upacara. Arnpah berarti kosong yang sering disebut pula Lawe, maksudnya adalah bahwa pada fase ini upacara dilakukan dengan kosong atau tanpa Penyentangih. Dornak Arnpah atau Dornak Lowe tidak berarti kosong kegiatan, tetapi para petugas dan keluarga menyiapkan seluruh keperluan yang dibutuhkan dalam upacara Kwangkay akan datang, termasuk mengundang Pengentangis. Tahap ini adalah tahap persiapan untuk masuk ke upacara inti . Walaupun persiapan penyelenggaraan upacara Kwangkay berlangsung berbulan-bulan lamanya, namun secara umum tahapan persiapan mulai dihitung saat acara Dornak Arnpah yang kira-kira berlangsung 7 hari. [3] [5] Tahap ke dua ada lah tahap pelaksanaan upacara inti. Dalam tahap ini roh diundang dan diberi sedekah dan sajian. Beberapa piranti yang akan dipakai dikawinkan, dan ada pula persembahan korban yang ditutup dengan penguburan. Tahap pelaksanaan upacara inti berlangsung sebanyak 2 kali 7 hari. [3]

Potong sapi dalam acara adat Kwangkay

Dan tahapan terakhir adalah upacara penutup yang bersifat pembersihan pengaruh jahat dari upacara kematian. Upacara ini bisa berlansung selama sekitar satu sampai tujuh hari. Setiap tahapan- tahapan upacara diakhiri dengan persembahan korban binatang peliharaan. Hari ke tujuh Dornak Ampah diakhiri dengan acara Ukay Jpaq atau potong ayam. Tujuh hari pertama tahap upacara inti diakhiri dengan persembahan acara Ukay Unik atau potong babi, yang dilanjutkan dengan hari-hari yang sibuk untuk perkawinan benda-benda upacara. Pada akhir upacara inti atau hari ke tujuh bagian ke dua (hari ke-14), dipersembahkan kerbau pada acara Ukay Kreauw sebagai acara puncak dari rangkaian upacara Kwangkay secara keseluruhan. Dengan usainya rangkaian upacara inti tersebut, menurut kepercayaan orang Benuaq, berarti roh para anggota keluarga yang sudah meninggal tersebut sudah mendapat penghidupan dan tempat hidup yang paling layak di alam baka, dengan rumah berukir indah, lengkap dengan perlengkapan hidup serta hewan peliharaan . Mereka menjalani hidup abadi dengan makmur dan sempurna di alam baka.[3] [6]

Pantangan-Pantangan Selama Upacara Kwangkay

Ada beberapa pantangan (Tuhing) yang harus dipatuhi baik oleh para anggota keluarga penyelenggara upacara, maupun oleh para petugas upacara dan masyarakat sekitar tempat penyelenggaraan upacara selama penyelenggaraan Kwangkay. [3] [5]

Pantangan bagi Keluarga Penyelenggara Upacara

  1. Tidak boleh bepergian;
  2. Tidak boleh bergurau/humor berlebihan;
  3. Tidak boleh mengenakan pakaian pesta.

Pantangan bagi Petugas Upacara

  1. Tidak boleh memegang tumbuhan atau benda gatal;
  2. Tidak boleh makan rebung, terong, ikan haruan putih, daging buaya atau daging kura-kura/ penyu.

Pantangan bagi Masyarakat sekitar tempat Penyelenggaraan Upacara

  1. Tidak boleh membawa tumbuhan atau benda atau makanan terlarang tersebut di atas ke rumah anggota keluarga penyelenggara upacara dan ke Lamin Upacara;
  2. Tidak boleh bertengkar atau berkelahi disekitar tempat penyelenggaraan upacara.

Referensi

  1. ^ a b c Suryadi, dkk, (1995). Dimensi Tradisi Lisan Dalam Upacara Kwangkay: Puncak Upacara Kematian Suku Dayak Benuaq. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.Hal. 20-25
  2. ^ Pamung, S.Pd…, Y (2010), Upacara Daur Hidup Adat Dayak Benuaq…, Yogyakarta: Araska Printika…, ISBN 978-602-8669-62-7 
  3. ^ a b c d e f g h i Drs. Halilintar Latief, (1996). Upacara Adat Kwangkay: Dayak Benuaq Ohong di Mancong. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Hal. 49-59
  4. ^ "Kwangkay Wujud Rasa Cinta Kasih Keluarga…". Diakses tanggal 2015-02-18. 
  5. ^ a b c Abdul Haris Asy'arie, (2005). Tinjauan Terhadap Hukum Adat: Masyarakat Dayak Benuaq Kalimantan Timur. Kalimantan Timur: Humas Pemprov Kaltim.Hal. 99-100
  6. ^ "Upacara Adat Kwangkay Pelihara Kebersamaan…". Diakses tanggal 2015-02-18.