Lompat ke isi

Harga bahan bakar minyak di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
penambahan pranala luar dan penghapusan pranala luar (dead links)
Baris 20: Baris 20:
!align="center" width="40"|%
!align="center" width="40"|%
|-
|-
| rowspan="2" |[[2015]]
| rowspan="3" |2015
|1 Maret
|Rp.6.800,00
|
|Rp6.400,00
|
|
|
|
|-
|[[19 Januari]]
|[[19 Januari]]
|Rp 6.700,00 (Seluruh Indonesia, kecuali Bali & Madura)
|Rp 6.700,00 (Seluruh Indonesia, kecuali Bali & Madura)

Revisi per 5 Mei 2015 01.56

Pemerintah mengatur penjualan bahan bakar minyak di Indonesia melalui Pertamina.

Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah, yang mensubsidi dan mengatur penjualan bahan bakar bensin, solar (diesel), dan minyak tanah secara eceran melalui Pertamina. Bahan bakar minyak sebagai komoditas penting yang digunakan hampir setiap orang, harganya dapat memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia. Oleh karena itu penetapan harga bahan bakar minyak sangat penting. Harga bahan bakar minyak juga menjadi penentu bagi "besar kecilnya" defisit anggaran. Tetapi harga bahan bakar minyak pada sisi yang lain dapat membebani rakyat miskin, apabila penetapannya tergolong tinggi. Tak jarang penetapan harga bahan bakar minyak selalu diikuti kenaikan harga-harga bahan lainnya, walaupun tidak ada "komando" bagi kenaikannya sebagaimana kenaikan harga bahan bakar minyak.

Perkembangan harga

Harga eceran BBM bersubsidi

Bahan bakar minyak bersubsidi terdiri dari 3 jenis yang diperuntukkan bagi konsumen eceran.

Berlaku Harga (Rupiah per liter) Masa kepresidenan
Tahun Tanggal Bensin premium % Minyak solar % Minyak tanah %
2015 1 Maret Rp.6.800,00 Rp6.400,00
19 Januari Rp 6.700,00 (Seluruh Indonesia, kecuali Bali & Madura)

Rp 6.930,00 (Bali & Madura)

Rp 6.400,00 ( Seluruh Indonesia, kecuali Bali & Madura)

Rp 6.720,00 (Bali & Madura)

15% Joko Widodo
1 Januari Rp 7.600,00 11.8% Rp 7.250,00 3.4% Rp 2.500,00 Steady
2014 18 November[1] Rp 8.500,00 31% Rp 7.500,00 36% Rp 2.500,00 Steady
2013 22 Juni[2][3] Rp 6.500,00 44% Rp 5.500,00 44% Rp 2.500,00 Steady SBY
2009 15 Januari Rp 4.500,00 10% Rp 4.500,00 6% Rp 2.500,00 Steady
2008 15 Desember Rp 5.000,00 9% Rp 4.800,00 13% Rp 2.500,00 Steady
1 Desember[4] Rp 5.500,00 9% Rp 5.500,00 Steady Rp 2.500,00 Steady
24 Mei[5] Rp 6.000,00 33% Rp 5.500,00 28% Rp 2.500,00 25%
2005 1 Oktober Rp 4.500,00 88% Rp 4.300,00 105% Rp 2.000,00 9%
1 Maret Rp 2.400,00 33% Rp 2.100,00 27% Rp 2.200,00 22%
2003 21 Januari Rp 1.810,00 Steady Rp 1.650,00 13% Rp 1.800,00 9% Megawati
1 Januari Rp 1.810,00 17% Rp 1.890,00 64% Rp 1.970,00
2002[6] 3 Mei[7] Rp 1.750,00 Rp 1.390,00 Rp 1.410,00
1 April[7] Rp 1.600,00 Rp 1.240,00 Rp 1.310,00
1 Maret[7] Rp 1.550,00 Rp 1.150,00 Rp 1.270,00
2001 16 Juni[7] Rp 1.450,00 26% Rp 900,00 50% Rp 400,00 Gus Dur
2000 1 Oktober[7] Rp 1.150,00 15% Rp 600,00 9% Rp 350,00 Steady
April[7] Rp 600,00 15% Rp 550,00 Steady Rp 350,00
1998 16 Mei[7] Rp 1.000,00 17% Rp 550,00 8% Rp 280,00 Soeharto
5 Mei[7] Rp 1.200,00 71% Rp 600,00 58% Rp 350,00
1993[6] Rp 700,00 40% Rp 380,00 27% Rp 280,00 Steady
1991[6] Rp 500,00 233% Rp 300,00 471% - Steady
1980[6] Rp 150,00 Steady Rp 52,50 Steady - Steady

Kronologi

Januari 2015

Pada 1 Januari 2015, Presiden Joko Widodo resmi menghapus subsidi BBM untuk jenis Premium, dan untuk bahan bakar solar ditetapkan subsidi tetap sebesar Rp 1.000. Harga BBM Premium dan Solar akan diumumkan oleh pemerintah setiap awal bulan. Perhitungan harga akan menggunakan rumus yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan mengacu pada harga minyak dunia, kurs Rupiah terhadap Dolar AS, serta faktor inflasi. Untuk Januari 2015, harga Premium turun dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600, sedangkan solar dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.250 per liter.

November 2014

Pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM. Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Menurut pemerintah, pengurangan subsidi BBM akan memberikan ruang fiskal hingga Rp 100 triliun.[8] Menurut menteri keuangan Bambang Brodjonegoro, pemerintah akan memberikan kompensasi berpa bantuan langsung senilai Rp 200 ribu per bulan yang akan disalurkan kepada 15,5 juta keluarga.‎[9] Kenaikan ini terjadi beriringan dengan turunnya harga minyak dunia secara drastis sejak Juni 2014.[10]

1 Desember 2008

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2008[4], pemerintah menurunkan harga jual eceran BBM jenis bensin premium, minyak solar, dan minyak tanah. Permen ini juga menetapkan harga jual eceran BBM jenis tersebut akan dievaluasi setiap bulan dan menetapkan batas atas untuk bensin premium sebesar Rp 6.000 per liter dan minyak solar Rp 5.500 per liter. Berdasarkan permen ini, setelahnya, harga jual eceran bensin premium dan minyak solar kembali mengalami penurunan pada 15 Desember 2008 dan 15 Januari 2009.

1 Oktober 2005

Pada 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak di Indonesia sebanyak 80%. Keputusan ini diharapkan dapat menekan pengeluaran pemerintah untuk subsidi tahun fiskal 2005 sebanyak 89,2 trilyun rupiah dan menahan defisit negara 24,9 trilyun rupiah, atau sekitar 0,9% PDB negara.

Pemerintah mendapatkan tentangan karena sebelumnya telah menyatakan bahwa kenaikan Maret 2005 sebanyak 29% merupakan kenaikan harga bahan bakar terakhir tahun ini.

Kenaikan pada 1 Oktober ini sebagai berikut:

Jenis bahan bakar Harga lama Harga baru Kenaikan
Minyak tanah 700 2.000 185,7%
Premium 2.400 4.500 87,5%
Solar 2.100 4.300 104,8%

1 Maret 2005

Kenaikan harga BBM pada 1 Maret sebagai berikut:

Jenis bahan bakar Harga lama Harga baru Kenaikan
Premium 1.810 2.400 32,5%
Solar 1.650 2.100 27%

Referensi

Pranala luar