Lompat ke isi

Isbedy Stiawan ZS: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Andriana08 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
sudah ada referensi
Baris 1: Baris 1:
{{noref-bio|date=Oktober 2010}}
'''Isbedy Stiawan ZS''', (lahir di [[Tanjungkarang]], [[Bandar Lampung]], [[5 Juni]] [[1958]]) adalah [[sastrawan]] [[Indonesia]]. [[H.B. Jassin]] menjulukinya Paus Sastra Lampung.
'''Isbedy Stiawan ZS''', (lahir di [[Tanjungkarang]], [[Bandar Lampung]], [[5 Juni]] [[1958]]) adalah [[sastrawan]] [[Indonesia]]. [[H.B. Jassin]] menjulukinya Paus Sastra Lampung.



Revisi per 24 Juni 2015 08.34

Isbedy Stiawan ZS, (lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, 5 Juni 1958) adalah sastrawan Indonesia. H.B. Jassin menjulukinya Paus Sastra Lampung.

Keluarga

Sejak lahir hingga kini, Isbedy tinggal menetap di Bandar Lampung bersama istrinya, Adibah Jalili. Mereka dikaruniai lima anak: Mardiyah Novrida, Arza Setiawan, Rio Fauzul, Khairunnisa, dan Abdurrobbi Fadillah.

Aktivitas

Selain menulis karya sastra (cerpen, puisi, esai sastra), kini dia aktif di Dewan Kesenian Lampung (DKL) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung.

Proses kreatif

Isbedy mulai bersentuhan dengan dunia sastra sejak bangku SMP tahun 1975. Karya-karya Kho Ping Hoo adalah bacaan yang saat itu digemarinya. Sebelum terkenal sebagai penulis, ia tekun bertaeter bersama Syaiful Irba Tanpaka dan A.M. Zulqornain dalam Sanggar Ragom Budaya. Ketika STM, dia mulai menggeluti sastra, yaitu menulis puisi dan cerpen. Dia kerap membacakan sajaknya dari panggung ke panggung. Karya pertama Isbedy yang dimuat pertama adalah cerita pendek di Mingguan Swadesi. Sejak itu puisi, cerpen, dan esainya mengalir deras dan dimuat di berbagai media lokal dan nasional.

Umumnya, proses kreatif puisi Isbedy lahir setelah ia menemukan kata-kata puitis terlebih dahulu, lalu diolah menjadi puisi. Ide kreatifnya bisa muncul kapan saja, saat perjalanan, merenung di waktu malam atau langsung di depan komputer. Isbedy juga dikenal sebagai sastrawan fenomenal di Lampung yang tiada henti menghidupkan keberlangsungan sastra di Lampung hingga kini. Kedekatannya kepada kalangan sastrawan muda Lampung, menyebabkan ia didudukkan sebagai "pengayom" sastra.

Dia pernah diundang mengikuti berbagai kegiatan sastra di berbagai kota di Tanah Air, Malaysia, Thailand seperti Pertemuan Sastrawan Nusantara di Johor Bahru dan Kedah (Malaysia), Dialog Utara di Thailand, Utan Kayu Literary Festival, dan Ubud Writers and Readers International Festival. Diundang Dewan Kesenian Jakarta pada 2005, dalam perhelatan Cakrawala Sastra Indonesia.

Karyanya

  • Darah (kumpulan sajak, 1982)
  • Badai (kumpulan sajak, 1984)
  • Akhir (kumpulan sajak, 1986)
  • Khalwat (kumpulan sajak, 1988)
  • Membaca Bahasa Sunyi (kumpulan sajak, 1990)
  • Lukisan Ombak (kumpulan sajak, 1992)
  • Kembali Ziarah (kumpulan sajak, 1996)
  • Daun-Daun Tadarus (kumpulan sajak, 1997)
  • Aku Tandai Tahi Lalatmu (kumpulan sajak, 2003)
  • Ziarah Ayah (kumpulan cerpen, 2003)
  • Menampar Angin (kumpulan sajak, 2003)
  • Bulan Rebah di Meja Diggers (kumpulan cerpen, 2004)
  • Dawai Kembali Berdenting (kumpulan cerpen, 2004)
  • Perempuan Sunyi (kumpulan cerpen, 2004)
  • Kota Cahaya (kumpulan sajak, 2005)
  • Selembut Angin Setajam Ranting (kumpulan cerpen, 2005)
  • Seandainya Kau Jadi Ikan (kumpulan cerpen, 2005)
  • Hanya untuk Satu Nama (kumpulan cerpen, 2005)
  • Salamku pada Malam (kumpulan sajak, 2006)
  • Perahu di Atas Sajadah (kumpulan sajak, 2006)
  • Laut Akhir (kumpulan sajak, 2007)
  • Lelaki yang Membawa Matahari (kumpulan sajak, 2007)
  • Setiap Baris Hujan (kumpulan sajak, 2008)
  • Anjing Dini Hari (kumpulan sajak, 2010)

Referensi

  • Agus Sri Danardana dkk. 2008. Ensiklopedia Sastra Lampung. Bandar Lampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung.