Tiongkok (istilah): Perbedaan antara revisi
→Penggunaan kata "Cina": cara pembacaan |
→Penggunaan kata "Cina": tambah dari artikel baru |
||
Baris 4: | Baris 4: | ||
==Penggunaan kata "Cina"== |
==Penggunaan kata "Cina"== |
||
Di [[Indonesia]] penggunaan kata "Cina" oleh penduduk asli Indonesia untuk menunjuk kepada ras atau suku atau pribadi sering dianggap sebagai hal yang sangat kasar sekali (seperti kata "nigger" untuk orang berkulit hitam di Amerika), karenanya, penggunaannya untuk menunjuk ras atau suku atau pribadi merupakan hal yang dapat diartikan sikap sangat rasial.{{fact}} Asal konotasi ini, menurut sebuah tulisan di [[KOMPAS]] <ref name="kompas">[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0401/24/Fokus/805125.htm Tentang Kata "Cina" Itu]</ref>, adalah dari orang-orang di [[Tiongkok Daratan]] yang menganggap kata "Cina" itu diasosiasikan dengan kata ''[[:en:Shina (word)|zhina]]'' (支那), sebuah kata yang lazim digunakan oleh orang [[Jepang]] untuk menghina orang [[Tionghoa]] sejak [[Perang Tiongkok-Jepang Kedua]]. Selain itu, kata "Cina" dapat berasal dari |
Di [[Indonesia]] penggunaan kata "Cina" oleh penduduk asli Indonesia untuk menunjuk kepada ras atau suku atau pribadi sering dianggap sebagai hal yang sangat kasar sekali (seperti kata "nigger" untuk orang berkulit hitam di Amerika), karenanya, penggunaannya untuk menunjuk ras atau suku atau pribadi merupakan hal yang dapat diartikan sikap sangat rasial.{{fact}} Asal konotasi ini, menurut sebuah tulisan di [[KOMPAS]] <ref name="kompas">[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0401/24/Fokus/805125.htm Tentang Kata "Cina" Itu]</ref>, adalah dari orang-orang di [[Tiongkok Daratan]] yang menganggap kata "Cina" itu diasosiasikan dengan kata ''[[:en:Shina (word)|zhina]]'' (支那), sebuah kata yang lazim digunakan oleh orang [[Jepang]] untuk menghina orang [[Tionghoa]] sejak [[Perang Tiongkok-Jepang Kedua]]. Selain itu, kata "Cina" dapat berasal dari kata [[bahasa Belanda|Belanda]] atau [[bahasa Inggris|Inggris]] ''China'', yang berasal dari kata ''Qin'', dari [[dinasti Qin]], dinasti pertama yang menyatukan wilayah tersebut ([[221 SM|221]]–[[206 SM]]).<ref>The American Heritage Dictionary of the English Language, 4th ed (AHD4). Boston and New York, Houghton-Mifflin, 2000, dalam entri ''china dan Qin''.</ref><ref name="snb">[http://www.snb.or.id/?page=artikel&id=367&subpage=Artikel&lan=&year=2007/03/05 Cina, Tionghoa, dan Tiongkok], Solidaritas Nusa Bangsa.</ref> |
||
Lebih jauh lagi studi yang dilakukan [[Asim Gunawan]] (1999) menunjukkan bahwa pada masa sekarang, kata "Cina" tidak lagi mengandung konotasi negatif, dengan pengecualian bagi generasi tua Tionghoa.<ref name="kompas"/> Sebagian besar dari generasi muda Tionghoa maupun penduduk pribumi, tidak merasakan kata "Cina" bermakna peyoratif ataupun mengandung penghinaan.<ref name="kompas"/> |
Lebih jauh lagi studi yang dilakukan [[Asim Gunawan]] (1999) menunjukkan bahwa pada masa sekarang, kata "Cina" tidak lagi mengandung konotasi negatif, dengan pengecualian bagi generasi tua Tionghoa.<ref name="kompas"/> Sebagian besar dari generasi muda Tionghoa maupun penduduk pribumi, tidak merasakan kata "Cina" bermakna peyoratif ataupun mengandung penghinaan.<ref name="kompas"/> |
Revisi per 20 September 2007 09.27
Netralitas artikel ini dipertanyakan. |
Tiongkok adalah kata yang dipergunakan dan sudah diadaptasikan ke dalam ejaan bahasa Indonesia untuk menunjuk ras atau suku, negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Tiongkok berasal dari dialek Hokkien yang merujuk kepada Zhongguo dalam bahasa Mandarin. Zhongguo sendiri artinya adalah negara tengah.
Penggunaan kata "Cina"
Di Indonesia penggunaan kata "Cina" oleh penduduk asli Indonesia untuk menunjuk kepada ras atau suku atau pribadi sering dianggap sebagai hal yang sangat kasar sekali (seperti kata "nigger" untuk orang berkulit hitam di Amerika), karenanya, penggunaannya untuk menunjuk ras atau suku atau pribadi merupakan hal yang dapat diartikan sikap sangat rasial.[butuh rujukan] Asal konotasi ini, menurut sebuah tulisan di KOMPAS [1], adalah dari orang-orang di Tiongkok Daratan yang menganggap kata "Cina" itu diasosiasikan dengan kata zhina (支那), sebuah kata yang lazim digunakan oleh orang Jepang untuk menghina orang Tionghoa sejak Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Selain itu, kata "Cina" dapat berasal dari kata Belanda atau Inggris China, yang berasal dari kata Qin, dari dinasti Qin, dinasti pertama yang menyatukan wilayah tersebut (221–206 SM).[2][3]
Lebih jauh lagi studi yang dilakukan Asim Gunawan (1999) menunjukkan bahwa pada masa sekarang, kata "Cina" tidak lagi mengandung konotasi negatif, dengan pengecualian bagi generasi tua Tionghoa.[1] Sebagian besar dari generasi muda Tionghoa maupun penduduk pribumi, tidak merasakan kata "Cina" bermakna peyoratif ataupun mengandung penghinaan.[1]
Namun demikian, pemerintah Republik Rakyat Cina sendiri tidak menyukai penggunaan kata "Cina" untuk merujuk kepada negara tersebut, dan keberatan ketika pemerintah Indonesia mengganti istilah Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat Cina pada 1967.[1] Sebagai alternatif, kata Tionghoa atau kadang China dapat digunakan untuk menunjuk kepada pribadi, suku atau ras. Pihak Kedubes RRT di Indonesia sendiri lebih menyukai kata "Tiongkok" (atau setidaknya "China" yang dibaca seperti dalam Bahasa Inggris) daripada "Cina".
Pranala luar
- Tentang Kata "Cina" - dari KOMPAS
- Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
- China: Penghinaan atau Bukan?
- Cina vs Tionghoa
Catatan kaki
- ^ a b c d Tentang Kata "Cina" Itu
- ^ The American Heritage Dictionary of the English Language, 4th ed (AHD4). Boston and New York, Houghton-Mifflin, 2000, dalam entri china dan Qin.
- ^ Cina, Tionghoa, dan Tiongkok, Solidaritas Nusa Bangsa.