Galat Lua: expandTemplate: template "db-tidak terlalu penting ada di wikipedia" does not exist.
. Untuk kriteria yang valid, lihat KPC. tidak+terlalu+penting+ada+di+wikipediaNA
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Pasukan nasi bungkus atau panasbung adalah istilah yang ditujukan kepada orang-orang yang dibayar untuk mendukung calon tertentu dalam pemilihan pejabat pemerintahan. Tugas pasukan nasi bungkus adalah membantah segala hal negatif dan menyampaikan hal positif mengenai calon yang membayarnya, serta menyampaikan hal negatif mengenai calon lawannya.[1][2] Menggunakan akun palsu atau anonim, pasukan nasi bungkus melakukan aksinya di dunia maya, mulai dari media sosial, kolom komentar di situs berita, hingga forum internet.[3] Istilah ini berasal dari nasi bungkus, yang biasanya diberikan sebagai makanan konsumsi bagi pendemo bayaran. Sebutan pasukan nasi bungkus awalnya muncul di forum Kaskus, lalu menyebar ke berbagai media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter.
Sejarah
Istilah nasi bungkus sebagai sindiran bermula di forum Kaskus, tepatnya di subforum Berita dan Politik, dan awalnya sasarannya adalah Front Pembela Islam (FPI). Banyak pengguna Kaskus menuduh para anggota FPI kerap kali memperoleh konsumsi nasi bungkus setelah melakukan tindakan anarkis. Pada pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012, di mana dua calon terkuatnya adalah Joko Widodo (Jokowi) dan Fauzi Bowo, sindiran tersebut berkembang menjadi pasukan nasi bungkus dan sasarannya pun berubah. Ketika itu para pendukung Jokowi menuduh bahwa akun-akun pendukung Fauzi Bowo di Kaskus merupakan akun bayaran dan sejak itu pendukung Fauzi Bowo disebut sebagai pasukan nasi bungkus. Pendukung Fauzi Bowo membalas dengan menyebut pendukung Jokowi sebagai pasukan nasi kotak (panastak), diambil dari pakaian kotak-kotak yang sering dikenakan oleh Jokowi selama berkampanye. Sementara itu, menurut Yose Rizal dari PoliticalWave, istilah pasukan nasi bungkus dipopulerkan pertama kali oleh sebuah akun anonim di Twitter untuk menyerang pendukung Jokowi.[4]
Pasukan nasi bungkus sebagai pendukung Prabowo diuraikan oleh Majalah Detik, yang memberitakan kesaksian seseorang yang mengaku dibayar 2,5 juta rupiah per bulan, ditambah makan dan minum, untuk menangkis berita negatif tentang Prabowo yang muncul di Facebook dan Twitter. Ia, beserta beberapa puluh orang lain, memperoleh tempat kerja dan jadwal tetap serta diberikan fasilitas yang dibutuhkan seperti komputer dan jaringan internet. Selain membela Prabowo, mereka juga bertugas memberi komentar-komentar negatif mengenai Jokowi.[5]
Pasukan Nasi Bungkus
Kami pasukan nasi bungkus Laskar cyber pejuang di belakang komputer Senjata kami facebook dan twitter Menyerang lawan tak pernah gentar Patuh setia pada yang bayar
Kami pasukan nasi bungkus
Hidup dari cacian dan fitnah harian
Tetap gagah bertopeng relawan
Tak kenal menyerah selalu melawan
Identitas diri jarang ketahuan
Kami pasukan nasi bungkus
Punya sejuta akun siluman
Bagai pedang terhunus
Siap menghujam setiap orang
Kami pasukan nasi bungkus
Tak takut dosa apalagi neraka
Kami bisa tertawa di balik luka
Demi sebungkus nasi dan kiriman pulsa
Hal sebaliknya disampaikan oleh Fadli Zon, wakil ketua umum Gerindra, yang justru menyindir para relawan Jokowi di media sosial sebagai pasukan nasi bungkus. Sindiran ini ia sampaikan melalui sebuah puisi berjudul Pasukan Nasi Bungkus:[6][7] Selain itu, Fadli juga berharap adanya tindakan tegas oleh institusi yang berwenang terhadap akun-akun yang dianggapnya sebagai pasukan nasi bungkus tersebut.[8] Puisi Fadli membuat istilah pasukan nasi bungkus menjadi semakin terkenal di berbagai media sosial, salah satunya di twitter, di mana diskusi tentang pasukan nasi bungkus ini menjadi sangat ramai, bahkan muncul tagar #panasbung yang di-retweet ratusan kali.[2]
Menanggapi tuduhan Fadli tersebut, Kubu Jokowi menyampaikan bantahan dan menyatakan bahwa relawan mereka di media sosial tidak dibayar. Juru bicara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang mencalonkan Jokowi, Eva Kusuma Sundari mengatakan, "...Salah kalau nasi bungkus, kita makan prasmanan sayur lodeh...". [9][10] Sementara itu, para pendukung Jokowi di media sosial, yang menyebut diri mereka Jokowers, juga membantah sindiran Fadli dan menyatakan bahwa pendukung Prabowolah yang merupakan pasukan nasi bungkus. Hal ini didasarkan dari penyelidikan yang mereka lakukan terhadap ratusan akun yang sering memberikan komentar negatif terhadap Jokowi. Mereka mendapati bahwa sebagian besar akun tersebut punya kecenderungan alamat Protokol Internet (IP) yang terkonsentrasi, dengan 7-9 IP induk, menunjukkan bahwa banyak akun yang dikelola oleh satu orang dan bahwa akun-akun tersebut dikelola dan diatur dari beberapa tempat secara terkonsentrasi.[11][12][13]
Tanggapan
Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio, mengatakan bahwa sindiran pasukan nasi bungkus untuk akun bayaran muncul dari upah yang dianggap setara nasi bungkus, dan bahwa keberadaan panasbung menunjukkan simbiosis mutualisme antara orang-orang yang membutuhkan uang dengan para calon yang membutuhkan dukungan. Agung menambahkan bahwa pasukan nasi bungkus memiliki kemiripan dengan jenis pendukung lainnya, yaitu akun-akun yang mendukung seseorang secara berlebihan berdasarkan ikatan ideologis. Namun ada perbedaan di antara keduanya, yaitu bahwa pasukan nasi bungkus menggunakan akun-akun yang rata-rata adalah anonim.
[14][15]
Juru bicara Jokowi dalam pemilu 2014, Anies Baswedan, mengaku baru mendengar istilah pasukan nasi bungkus setelah dipopulerkan oleh puisi Fadli Zon. Terkait hal ini, Anies mengimbau agar diskusi politik dilakukan dengan cerdas dan bermartabat karena kampanye pemilu turut memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Anies juga menegaskan bahwa relawan Jokowi memberikan dukungan dengan rasa kebersamaan dan ketulusan tanpa dibayar.[16] Sementara Hatta Rajasa, calon wakil presiden pasangan Prabowo Subianto, memberikan komentar bahwa siapa pun boleh mengeluarkan opini di dunia maya tapi tidak boleh menyampaikan hoax. Hatta menambahkan bahwa kebebasan menyuarakan pendapat merupakan hak setiap orang, dan, dengan kemajuan zaman, semua orang dapat mengakses dunia maya dan mengungkapkan suaranya melalui media tersebut.[1]