Lompat ke isi

Maharani

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Mei 2017 09.21 oleh Hafidh Wahyu P (bicara | kontrib) (Tidak ada penjelasan mengenai penghapusan gelar "kaisarina". Gelar ini sudah digunakan di beberapa literatur, seperti di buku teremahan "Ratu, Permaisuri, Selir." Lebih lanjut, lihat di "pembicaraan")

Maharani adalah gelar istana yang merupakan bentuk wanita dari gelar maharaja. Gelar lain yang memiliki penggunaan hampir serupa dengan maharani adalah kaisarina. Kedudukan gelar maharaja-maharani serta kaisar-kaisarina lebih tinggi daripada gelar raja dan ratu.

Maharani

Maharani adalah gelar kebangsawanan yang merupakan padanan wanita dari gelar maharaja. Gelar ini dapat digunakan untuk istri maharaja atau seorang wanita penguasa monarki yang memerintah sebuah kemaharajaan atas namanya sendiri. Penggunaan istilah "permaisuri" atau "permaisuri maharaja" dapat digunakan untuk istri maharaja, untuk menghindari keambiguan penggunaan gelar maharani yang merujuk pada wanita yang menjadi penguasa monarki.

Sebagaimana maharaja, gelar maharani berasal dari anak benua India. Gelar ini mulai dikenal di Indonesia seiring masuk dan berkembangnya agama Hindu di nusantara. Gelar ini berasal dari bahasa Sansekerta dan merupakan gabungan dari kata mahānt- "agung, besar" and rāni "ratu". Di Indonesia, salah satu wanita yang kedudukannya dapat disetarakan dengan maharani adalah Tribhuwana Wijayatunggadewi, pemimpin ketiga Majapahit.

Kaisarina

Kaisarina adalah bentuk wanita dari gelar kaisar dan digunakan untuk merujuk pada kaisar wanita atau wanita yang memimpin sebuah kekaisaran atas namanya sendiri. Untuk istri kaisar, cukup disebut permaisuri, atau permaisuri kaisar, untuk membedakannya dengan permaisuri raja.

Gelar kaisar sendiri diturunkan dari kata caesar, diturunkan dari cognomen Julius Caesar, seorang diktator Romawi. Cucu saudarinya sekaligus anak angkatnya, Gaius Octavius atau Augustus, mengambil nama caesar saat dirinya menjadi Kaisar Romawi pertama. Langkah itu kemudian diikuti oleh para penerusnya. Hal ini menjadikan caesar berubah menjadi gelar penguasa monarki, dengan tingkatannya yang berada di atas raja.

Dikarenakan gelar kaisarina kurang begitu dikenal, maharani juga kerap digunakan untuk merujuk pada kaisarina. Maharani juga kadang digunakan untuk merujuk pada permaisuri kaisar. Tsarina, gelar yang digunakan untuk istri penguasa bangsa Slavia, memiliki akar kata yang sama dengan kaisarina.

Penguasa monarki

Sepanjang sejarah, jumlah kaisarina dan maharani (dalam konteksnya sebagai penguasa monarki) jauh lebih sedikit daripada kaisar dan maharaja. Hal ini karena banyak kebudayaan di masa lalu yang memandang bahwa kepemimpinan dan ranah masyarakat umum menjadi wilayah kaum pria.

Dalam hukum Salik yang dianut banyak monarki Eropa, dinyatakan secara jelas bahwa wanita tidak mendapat tempat dalam masalah pewarisan takhta.[1] Beberapa wanita yang naik takhta juga kerap tidak diakui. Saat Irene naik takhta menjadi Kaisarina Romawi Timur, pihak Eropa Barat tidak mengakuinya karena masalah jenis kelamin, dan Paus Leo III justru memahkotai Karel Agung sebagai Kaisar Romawi di wilayah Barat. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa wanita mulai muncul sebagai kaisarina. Kekaisaran Rusia memiliki empat kaisarina, Yekaterina I, Anna, Yelizaveta, dan Yekaterina II yang Agung. Di Inggris Raya, Victoria menjadi satu-satunya wanita yang menjadi kaisarina.

Di Asia Timur, hanya ada sejumlah wanita yang menjadi penguasa monarki. Jepang memiliki delapan wanita yang menjadi kaisarina. Namun saat Jepang mengadopsi sistem pewarisan takhta Prusia pada Zaman Meiji, wanita tidak diperkenankan lagi untuk menjadi kaisarina. Saat Kerajaan Silla di bawah kepemimpinan Ratu Seondeok, salah satu pejabat tinggi kerajaan melakukan pemberontakan dengan alasan "pemimpin wanita tidak dapat memimpin negara" (女主不能善理).[2] Di Tiongkok, hanya ada satu kaisarina yang pernah memerintah sepanjang sejarah Tiongkok, Wu Zetian.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa maharani yang pernah memerintah, seperti Tribhuwana Tunggadewi dari Majapahit dan Sima dari Kalingga.

Gelar maharani dan kaisarina dalam berbagai bahasa

Ini adalah beberapa gelar asing yang dapat disepadankan dengan kaisarina dan maharani dalam konteksnya sebagai penguasa monarki. Gelar untuk istri kaisar dan istri maharaja, lihat halaman permaisuri.

Eropa

Sebagaimana gelar kebangsawanan Eropa yang lain untuk wanita, gelar untuk kaisarina di sini juga dapat digunakan untuk permaisuri kaisar.

  • Gelar caesar diturunkan ke dalam beberapa bahasa dan turunan itu memiliki bentuk wanitanya, di antaranya:
    • Kaiserin dalam bahasa Jerman, bentuk wanita dari kaiser. Meskipun secara teori gelar ini dapat disandang oleh kaisarina, pada praktiknya, gelar ini hanya pernah digunakan oleh permaisuri kaisar.
    • Tsarina (aksara Sirilik: цари́ца) dalam bahasa Rusia (dan bermacam ejaannya dalam rumpun bahasa Slavia yang lain), bentuk wanita dari tsar
  • Imperatrix, kaisarina dalam bahasa Latin, bentuk wanita dari imperator. Bersama imperator, gelar ini kemudian diturunkan ke dalam beberapa bahasa, di antaranya:
    • Impératrice dalam bahasa Prancis. Digunakan di masa Napoleon Bonaparte. Meskipun secara teori gelar ini dapat disandang oleh kaisarina, pada praktiknya, gelar ini hanya pernah digunakan oleh permaisuri kaisar.
    • Imperatritsa (aksara Sirilik: императрица) digunakan secara resmi di Rusia sejak tahun 1721, menggantikan gelar tsarina. Gelar ini pernah digunakan oleh kaisarina maupun permaisuri kaisar.
    • Empress dalam bahasa Inggris, bentuk wanita dari emperor. Gelar ini digunakan pada masa pendudukan Inggris Raya di India (British Raj). Victoria adalah satu-satunya wanita yang menyandang gelar ini atas kedudukannya sebagai kaisarina. Wanita lain yang menyandang gelar ini hanya berkedudukan sebagai permaisuri kaisar.
  • Basillissa (aksara Yunani: Βασίλισσα), gelar bahasa Yunani yang merupakan bentuk wanita dari gelar basileus (βασιλεύς). Di Kekaisaran Romawi Timur, umumnya gelar ini digunakan untuk permaisuri kaisar. Saat Irene naik takhta sebagai kaisarina, dia menggunakan gelar basileus untuk menandatangani dua dokumen, dan gelar itu pula yang muncul di koin emasnya yang ditemukan di Sisilia. Namun dalam dokumen dan koin yang lain, Irene menggunakan gelar basilissa.

Afrika

  • Nəgəstä Nägäs, gelar untuk Kaisarina Ethiopia, bentuk wanita dari gelar nəgusä nägäst (ንጉሠ ነገሥት). Gelar ini hanya dipakai satu kali, yakni oleh Kaisarina Zewditu (memerintah pada 1916-1930)

Asia Timur

  • Huángdì (hanzi: 皇帝), gelar untuk Kaisar Tiongkok. Mulai digunakan pada tahun 221 SM dengan Ying Zheng sebagai penyandang pertama gelar tersebut. Gelar ini tidak memandang jenis kelamin. Pada praktiknya, hanya satu wanita yang diakui menyandang gelar ini sepanjang sejarah Tiongkok, yakni Wu Zetian.
  • Tennō (kanji: 天皇), gelar untuk Kaisar dan Kaisarina Jepang. Secara harfiah bermakna "penguasa surgawi." Meskipun dalam catatan resmi gelar ini disematkan oleh pemimpin Jepang sejak tahun 660 SM, para sejarawan percaya bahwa gelar ini sebenarnya baru digunakan pada masa Kaisar Tenmu (berkuasa pada 672–686 M) dan Kaisarina Jitō (berkuasa pada 686–697 M). Gelar ini merupakan adopsi dari gelar Tionghoa tiānhuáng. Gelar ini pernah disandang oleh delapan wanita yang menjadi kaisarina.
  • Jotei atau nyotei (kanji: 女帝), kaisarina dalam bahasa Jepang. Berbeda dengan tennō yang hanya digunakan untuk merujuk Kaisar(ina) Jepang dan tidak memandang jenis kelamin, jotei dapat digunakan untuk merujuk kaisarina non-Jepang dan hanya untuk wanita.

Catatan kaki

  1. ^ Cave, Roy and Coulson, Herbert. A Source Book for Medieval Economic History, Biblo and Tannen, New York (1965) p. 336
  2. ^ * (7. Silla and Wa) - Bidam Diarsipkan October 5, 2011, di Wayback Machine.

Lihat juga