Lompat ke isi

Permaisuri Michiko

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Shōda Michiko
正田 美智子
Michiko, 24 April 2014
Permaisuri Kaisar Jepang
Periode7 Januari 1989 - 30 April 2019
Penobatan12 November 1990
PendahuluNagako, Permaisuri Kōjun
PenerusOwada Masako
KelahiranShōda Michiko (正田美智子)
20 Oktober 1934 (umur 90)
Tokyo
PasanganAkihito, Kaisar Jepang
KeturunanNaruhito, Kaisar Jepang
Fumihito, Pangeran Akishino
Kuroda Sayako
AyahShōda Hidesaburō
IbuSoejima Fumiko
AgamaShinto

Shōda Michiko (正田 美智子); lahir 20 Oktober 1934) adalah Permaisuri Kaisar Jepang sebagai istri dari Kaisar Akihito, Kaisar Jepang ke-125. Michiko adalah permaisuri pertama yang berassal dari kalangan non-bangsawan dan kelompok agama minoritas di Jepang.

Kehidupan awal dan pendidikan

Michiko, 1940

Shōda Michiko lahir pada 20 Oktober 1934 di Rumah Sakit Universitas Tokyo di Bunkyō, Tokyo. Dia adalah anak kedua dari Shōda Hidesaburō, presiden dan kepala kehormatan dari Nisshin Flour Milling Company. Dia adalah keponakan Shōda Kenjirō, seorang matematikawan dan presiden Universitas Osaka pada tahun 1954 sampai 1960.[1] Keluarganya sangat memerhatikan pendidikannya, diberi pendidikan tradisional dan Barat seperti bahasa Inggris, piano, melukis, memasak, dan kōdō.

Michiko masuk ke sekolah dasar Futaba di Kōjimachi, Chiyoda, Tokyo, tetapi harus keluar saat kelas empat lantaran bombardir Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Dia kemudian dididik secara berturut-turut di prefektur Kanagawa (di kota Katase, sekarang bagian dari kota Fujisawa), Gunma (di Tatebayashi, kota asal keluarga Shōda), dan Nagano (di kota Karuizawa, tempat Shōda punya rumah resor kedua). Dia kembali ke Tokyo pada tahun 1946 dan menyelesaikan pendidikan dasarnya di Futaba. Michiko menempuh pendidikan SMP dan SMA di yayasan Katholik Sekolah Hati Kudus (聖心女子学院, Seishin Joshi Gakuin) di Minato, Tokyo. Dia lulus dari sekolah tinggi pada tahun 1953. Pada tahun 1957, ia lulus summa cum laude dari Fakultas Sastra di Universitas Hati Kudus (聖心女子大学, Seishin Joshi Daigaku) dengan gelar Bachelor of Arts dalam sastra Inggris. Dia juga mengambil kursus di Harvard dan Oxford.[2]

Lantaran berasal dari keluarga kaya, orangtua Michiko sangat selektif dalam mencarikan jodoh untuknya. Ada beberapa nama yang direncanakan akan menjadi calon mempelainya pada pernikahan yang direncanakan akan dilangsungkan pada 1950-an,[3] salah satunya adalah Hiraoka Kimitake (terkenal dengan nama pena Mishima Yukio, seorang penulis dan sutradara.

Pernikahan

Pernikahan Akihito dan Michiko, 10 April 1959. Dari kiri: Hirohito (ayah Akihito), Akihito, Shōda Michiko, dan Nagako (ibu Akihito).

Pada Agustus 1957, dia bertemu Akihito, saat itu seorang putra mahkota, di lapangan tenis di Karuizawa, dekat Nagano. Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara resmi menyetujui pertunangan mereka pada 27 November 1958. Media saat itu menggambarkan hubungan Akihito dan Michiko sebagai "cerita dongeng" yang nyata[3] atau "kisah asmara di lapangan tenis." Upacara pertunangan mereka dilangsungkan pada 14 Januari 1959.

Pada masa itu, media beranggapan bahwa Badan Rumah Tangga Kekaisaran akan menjodohkan Akihito dengan wanita dari keluarga bangsawan atau cabang dari klan kaisar sebagaimana tradisi turun-temurun pernikahan istana. Meski berasal dari keluarga kaya, keluarga Shoda tetap dipandang sebagai rakyat jelata lantaran tidak memiliki latar belakang bangsawan. Keluarganya yang menganut Katholik juga menjadi alasan lain pihak tradisionalis untuk menentang perjodohan mereka.[4] Meski tidak pernah dibaptis, Michiko dididik di lembaga Katholik dan tampaknya memiliki keyakinan yang sama dengan orangtuanya. Kabar juga tersiar bahwa salah satu penentang perjodohan itu adalah ibu Akihito sendiri, Nagako, Permaisuri Kōjun. Setelah Nagako meninggal pada tahun 2000, Reuters melaporkan bahwa pada tahun 1960, Nagako membuat menantu perempuan dan cucunya depresi lantaran disalahkan terus-menerus sebagai sosok yang tidak pantas mendampingi putranya.[5] Mishima Yukio yang seorang tradisionalis berpandangan bahwa pernikahan ini akan menjadikan keluarga kaisar kehilangan kewibawaannya.[6]

Meski demikian, masyarakat luas mendukung perjodohan mereka, begitu pula para politisi. Michiko kemudian menjadi lambang modernisasi dan demokrasi. Pernikahan mereka dilangsungkan dengan upacara adat Shinto pada 10 April 1959. Selain diikuti di jalan-jalan Tokyo oleh lebih dari 500.000 orang yang tersebar di jalanan sepanjang 8,8 km, prosesi pernikahan ini juga menjadi pernikahan keluarga istana pertama yang disiarkan di televisi, dengan penonton sekitar 15 juta pemirsa.[6]

Rujukan

  1. ^ "History". University of Osaka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Maret 2009. 
  2. ^ "The commoners who married royalty". BBC. Diakses tanggal 11 Maret 2013. 
  3. ^ a b "JAPAN: The Girl from Outside". TIME. 1959-03-23. Diakses tanggal 2016-10-21. 
  4. ^ Herbert P. Bix, Hirohito and the Making of Modern Japan, New York, 2001, hlm. 661
  5. ^ "Japan's Dowager Empress Dead at 97". CBS News. 2000-06-16. Diakses tanggal 2016-10-21. 
  6. ^ a b "Imperial marriage created bond with people". The Japan Times. 9 April 2009. Diakses tanggal 21 October 2016. 

Pranala luar

Jepang
Didahului oleh:
Nagako, Permaisuri Kōjun
Permaisuri Kaisar Jepang
7 Januari 1989 - 30 April 2019
Diteruskan oleh:
Owada Masako