Terowongan Notog
Terowongan Notog | |
---|---|
Kategori bangunan hikmat: terowongan | |
Letak | |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Banyumas |
Kecamatan | Patikraja |
Desa | Notog |
Posisi | Dekat Stasiun Notog, sebelah utara jembatan Serayu |
Sejarah | |
Tahun dibangun | 1915 |
Tahun ditutup | 15 Februari 2019 (Terowongan lama) |
Informasi bangunan | |
Operator | Daerah Operasi V Purwokerto |
Panjang terowongan | 260 m |
Letak | km 359+290 s.d. 359+550 |
Nomor bangunan hikmat | 1440 |
Singkatan | NTG |
Layanan | Argo Lawu, Argo Dwipangga, Gajayana, Bima, Taksaka, Purwojaya, Singasari, Gaya Baru Malam Selatan, Ranggajati, Bangunkarta, Senja/Fajar Utama Solo, Mataram, Bogowonto, Gajah Wong, Senja Utama YK, Fajar Utama YK, Sawunggalih, Kertanegara, Joglosemarkerto, Logawa, Jayakarta, Jaka Tingkir, Kutojaya Utara, Bengawan, Progo, Serayu, dan ketel. |
Terowongan Notog (NTG) adalah terowongan kereta api di selatan Stasiun Notog, yang berada pada wilayah Notog, Patikraja, Banyumas.
Terdapat dua terowongan, yaitu terowongan lama yang berada pada jalur tunggal dan terowongan baru yang berada pada jalur ganda. Keduanya memiliki nomor bangunan hikmat (BH) 1440.
Sejarah
Era jalur tunggal (1915–2019)
Pembangunan lintas Prupuk–Kroya merupakan paket baru pembangunan jalur kereta api yang dilakukan oleh Staatsspoorwegen. Dekade 1910-an menjadi awal pembangunan lintas ini, karena merupakan bagian dari rencana penyambungan jalur yang saat itu telah sampai di Cirebon menuju Kroya. Pembangunan jalur ini juga mengalami beberapa kendala, seperti derasnya arus Kali Serayu dan harus didukung pembangunan jembatan dan terowongan mengingat jalurnya merupakan lintas pegunungan dengan kontur yang tak kalah ekstrem dengan jalur-jalur kereta api di wilayah Bandung Raya.
Terowongan Notog, sebagaimana yang ada pada angka tahunnya, dibangun pada tahun 1915 oleh SS dan kemungkinan dari angka tahunnya yang hanya satu ini, terowongan dikerjakan dalam jangka waktu beberapa bulan saja sudah tembus. Panjangnya 260 meter dan mulai beroperasi tanggal 1 Juli 1916, bersamaan dengan pembukaan segmen Patuguran–Kroya.[1][2]
Era jalur ganda (2019–sekarang)
Perencanaan pembangunan jalur ganda antara Purwokerto–Kroya sepaket dengan pembangunan jalur ganda Cirebon–Kroya yang nantinya terhubung juga dengan jalur ganda lintas selatan Jawa. Lokasi terowongan berada di sebelah terowongan yang lama serta memuat dua jalur sekaligus. Panjangnya 476 meter,[3] dibangun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan menggandeng kontraktor BUMN. BUMN yang turut serta menggaet proyek ini adalah Indra Karya selaku konsultan supervisi dan PT PP selaku kontraktor pelaksana.[4]
Diharapkan dengan adanya terowongan baru ini, kelajuan kereta api dapat dinaikkan hingga mendekati kecepatan maksimum kereta api Indonesia, 120 km/jam.[5]
Setelah proses switch-over di lintas Purwokerto–Kroya ini selesai, Terowongan Notog dan Kebasen lama resmi ditutup per 15 Februari 2019 dan dijadikan cagar budaya.[6]
Galeri
-
Proses pembangunan terowongan Notog, 1914 - 1915
-
Terowongan Notog ketika selesai dibangun, 1915
-
Terowongan notog lama pasca tidak beroperasi
Catatan kaki
- ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997-). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980.
- ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.
- ^ Media, Kompas Cyber. "Kebanggaan Bangsa Indonesia dalam Proyek Rel Ganda Purwokerto Kroya". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-05-31.
- ^ "Terowongan Notog Jadi Proyek Double Track Terpanjang - BUMN Track". bumntrack.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-21. Diakses tanggal 2019-01-21.
- ^ Aditiasari, Dana. "Mengintip Terowongan yang Tembus Gunung Banyumas Hingga Perut Jakarta". detikfinance. Diakses tanggal 2019-01-21.
- ^ Anugrah, Arbi. "Double Track Stasiun Kroya-Purwokerto Sudah Beroperasi". detikfinance. Diakses tanggal 2020-02-15.