Lompat ke isi

Daftar marga Batak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suku Batak adalah suku yang berasal dari provinsi Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 5 sub suku/etnis yaitu: Angkola, Mandailing, Pakpak, Simalungun, dan Toba. Keseluruhan subetnis suku Batak memiliki marga yang diwarisi oleh keturunan mereka, dan terdapat banyak marga yang dipakai oleh lebih dari satu subetnis.

Berikut adalah daftar marga Suku Batak.

Daftar Marga Batak

Batak Angkola

Beberapa marga Suku Angkola adalah:

Batak Mandailing

Batak Pakpak

Batak Simalungun

Batak Simalungun memiliki empat marga utama yaitu: Damanik, Purba, Saragih, dan Sinaga. Tiap marga memiliki sub-marga masing-masing.

Batak Toba

PinayunganSaragi (tanpa huruf H di akhir) Maharaja

Marga Batak lainnya yang ada pada etnis diluar Batak

Untuk menambah pengetahuan dan khasanah Marga-Marga Batak, perlu ditambahkan beberapa suku diluar Batak lainnya yang jarang diketahui memiliki kemiripan/persamaan marga serta ada keterkaitan/hubungan dan marga yang berkaitan. Dari sini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai penyebaran marga-marga Batak dan juga perubahannya sesuai sub-etnis yang ada.

Di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Pesisir Barat Kabupaten Tapanuli Tengah & Tapanuli Bagian Selatan sekitar wilayah Batahan-Natal-Sibolga-Sorkam-Barus, hingga ke Utara sampai pesisir perbatasan Aceh (Kabupaten Aceh Singkil), terdapat keturunan etnis Batak berbahasa pesisir (Minang - Melayu Pesisir). Sebagian masih menggunakan marga asli Batak mereka dari leluhurnya, sebagian menggunakan marga yang berasal dari nama suku Minangkabau (juga Aceh) namun dianggap marga oleh mereka. Beberapa diantara marga tersebut tidak ditemukan di luar wilayah ini. Keturunan Batak ini telah beradaptasi dan berasimilasi dengan penduduk keturunan Minangkabau yang dominan di pesisir Barat sejak berabad-abad yang lalu.

Marga Pesisir Barat Sumatra Utara

Marga Pesisir Barat Aceh

Di luar Provinsi Sumatera Utara, terdapat pula beberapa Sub-etnis yang secara etnis dan bahasa dekat dengan kelompok etnis Batak di Sumatera Utara, khususnya dengan sub-etnis Pakpak, Toba dan sub-etnis Angkola. Mereka mendiami beberapa wilayah di bagian Selatan Provinsi Aceh. Sejarah di masa lalu telah menempatkan mereka dan wilayah ulayat mereka di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh. Kemudian dilanjutkan pada periode penjajahan Belanda dan diteruskan hingga masa kemerdekaan. Sebagian mereka masih menggunakan nama marga dalam kesehariannya. Beberapa marga adalah asimilasi dari pendatang asal Minangkabau dan juga Aceh yang telah menyatu dalam masyarakat adat setempat dan diakui sebagai marga.

Marga Pesisir Timur bagian Utara

Di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Pesisir Timur bagian Utara di sekitar Kabupaten Langkat, terus ke Utara hingga Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh yang bersuku Melayu, terdapat masyarakat asli (bukan pendatang) yang masih mengenali marga asli Batak mereka dari leluhurnya. Diduga mereka adalah keturunan suku/etnik yang dekat dengan Sub-etnis Batak. namun telah beradaptasi, berasimilasi, dan terabsorbsi sepenuhnya menjadi Suku Melayu sejak berabad-abad yang lalu. Marga mereka nyaris punah karena tak lagi digunakan sejak beberapa generasi yang lalu. Beberapa marga mereka tak ditemukan penyebarannya di tempat lain.

Marga Pesisir Timur bagian Selatan

Di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Pesisir Timur bagian Selatan di sekitar Kabupaten Asahan yang bersuku Melayu, terdapat beberapa masyarakat asli (bukan pendatang) yang masih menggunakan marga asli Batak mereka dari leluhurnya.

Suku Alas

Suku Keluwat (Kluet)

Suku Singkil

Marga pada Suku Gayo yang mempunyai kemiripan/persamaan serta hubungan/keterkaitan dengan marga Batak

Suku Gayo di Provinsi Aceh masih punyai keterkaitan budaya dan bahasa pada suku karo di Sumatera Utara dan suku alas di Aceh mereka termasuk dalam kelompok yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier Islands" dari rumpun bahasa Austronesia. Pada masa lalu konon Suku Gayo juga menggunakan Marga. Namun sebagian besar diantaranya telah punah atau ditinggalkan karena pengaruh kesultanan Aceh yang menguasai wilayah Gayo selama berabad-abad. Saat ini hanya sebagian kecil saja masyarakat Gayo yang masih mencantumkan nama marga-marganya, terutama yang bermukim di wilayah Bebesen. Namun lebih pada untuk mengetahui asal atau garis keturunan. Secara perlahan mulai banyak masyarakat Gayo yang kembali menggunakan marga dibelakang namanya. Beberapa Marga ini dapat ditemukan persamaan/kemiripan dengan nama marga-marga lainnya terutama marga Batak, juga ada marga yang saling berkaitan utamanya, Merga Karo, Merge Alas, Marga Batak Pakpak/Dairi, & Marga Batak Toba. Dikalangan suku Gayo pengguna marga ini sering disebut sebagai Batak 27 tetapi sejarah tentang Batak 27 pun belum terlihat bukti keberadaannya atau fakta (kenyataannya).

Marga-marga Gayo yang masih bisa ditemukan saat ini adalah:

Selain itu pun masih ada banyak lagi marga-marga yang tak tersebut.