KRI Kapitan Patimura (371)
Karier (ID) | |
---|---|
Produksi | VEB Peenewerft GmbH Wolgast, Jerman Timur |
Mulai dibuat | - |
Diluncurkan | 11 Mei 1983 |
Harga Unit | - |
Ditugaskan | 1996 |
Status | Aktif |
Pelabuhan utama | Armada Barat TNI-AL |
Karakteristik umum | |
Berat benaman | 793 ton standar 854 ton beban penuh |
Panjang | 752 meter (2.467,19 ft) |
Lebar | 978 meter (3.208,66 ft) |
Draft | 265 meter (869,42 ft) |
Tenaga penggerak | 3 shaft M504 Diesel, 14,250 hp |
Kecepatan | 247 knot (457,44 km/h; 284,24 mph) |
Jarak tempuh | 2.100 mil laut (3.889,20 km; 2.416,64 mi) pada 14 knot (26 km/h; 16 mph) |
Awak kapal | 62 orang |
Sonar & Radar | Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob |
Persenjataan elektronik | Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL |
Persenjataan | 2 x SA-N-5 SAM 2 x 57 mm gun (1x2) 2x30mm gun (1x2) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000-peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau |
KRI Kapitan Pattimura (bernomor lambung 371) merupakan kapal perang Indonesia dari jenis korvet. Kapal ini termasuk kapal korvet kelas Parchim dengan kode Pakta Warsawa Type 133.1. Kapal ini didesain untuk peperangan anti kapal selam di perairan dangkal / pantai. Enam belas kapal dibuat untuk Volksmarine (1977-1981) dan 12 kapal yang dimodifikasi dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh VEB Peenewerft, Wolgast. Setelah Penyatuan kembali Jerman, bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal ini ke TNI Angkatan Laut pada 1993.
Kapal ini dinamai KRI Kapitan Pattimura, mengambil nama seorang pahlawan nasional dari Maluku yang gugur melawan VOC pada tanggal 16 Desember 1817.
Riwayat
KRI Kapitan Pattimura 371 (KRI PTM-371) dibuat di galangan VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur. Diluncurkan pertama kali pada tanggal 11 Mei 1983 dengan nama "Prenzlau-231". Kapal tersebut sudah tidak digunakan lagi oleh Pemerintah Jerman pada saat dibeli Indonesia, sehingga perlu dilaksanakan refit untuk kesipan dan kelaikannya. KRI PTM-371 merupakan kapal pertama dari jenis korvet anti kapal selam (AKS) kelas Parchim yang dibeli Indonesia yang kemudian digunakan sebagai penyebutan kelas untuk kapal perang jenis tersebut, yaitu Korvet Kelas Kapitan Pattimura.
Tahun 2004, KRI Kapitan Pattimura 371 mengalami alih bina dari Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim ke Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmabar.
Operasi yang pernah dilaksanakan antara lain: Operasi Rakata Jaya, Operasi PAM ALKI I, Operasi Rencong Laut, Operasi Trisila, Operasi Gurita, Operasi MSSP, Operasi Indindo, dan Operasi Satuan Tugas Laut. Latihan yang pernah dilaksanakan antara lain: Latihan Armada Jaya, Latihan Gabungan TNI, Milan, Patkor Indindo, Latihan Bersama Malindo Jaya, Latihan Bersama Sea Eagle, dan Latihan Opslagab TNI XV/2014.
KRI Kapitan Pattimura 371 juga terlibat dalam misa SAR terhadap Pesawat Airasia yang jatuh di perairan Karimata pada Desember.
Senjata
Torpedo
KRI PTM-371 dipersenjatai dengan 4 tabung peluncur torpedo 400mm tipe SACT-40 1330L.
Pertahanan Udara
Sistem pertahanan udara terdiri atas meriam penangkis serangan udara (PSU) dan rudal hanud. Meriam PSU yang dipakai adalah kanon 20mm Vector G-12 buatan Denel, Afrika Selatan.
Rudal hanud yang terpasang adalah SAM Strella-2 (SA-N-5) pada platform peluncur ganda. Rudal tersebut merupakan rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat sayap tetap, pesawat sayap putar, dan terhadap rudal anti-kapal yang datang. Selain itu, ada pula tambahan 2 unit peluru kendali anti pesawat QinWei-8 buatan China yang dipasang dihaluan dan buritan kapal.
Anti kapal selam
Persenjataan anti kapal selam (AKS) berupa 2 menara peluncur roket RBU-6000, tiap-tiap menara berkapasitas 12 roket AKS. Selain itu, kapal juga dipersenjatai dengan 2 reel peluncur bom laut (Depth Charge).
Meriam
Meriam utama kapal perang KRI Kapitan Patimura yang dipasang pada dek haluan, yaitu kanon 30mm AK-230 laras ganda. Meriam buritan adalah kanon 57mm/70 AK-725 laras ganda.
PK-16 decol RL yang bisa diluncurkan dalam mode ganggu (distraction) atau menarik (seduction) untuk mengelabui rudal musuh. Selain itu ia juga mempunyai sistem pemantau Watch Dog intercept.
Radar kapal ini adalah MR-302/Strut Curve bisa digunakan untuk pencarian sasaran di permukaan dan di udara yang dipadukan dengan sistem kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob. Kedua alat itu bekerja secara bersamaan dalam men-scan area diudara maupun dipermukaan. Kapal anti-kapal selam (ASW) ini juga dilengkapi dengan sonar aktif berfrekuensi sederhana di badan kapal dari jenis MG-322T. Kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan Radio Monitoring dan Direction Finder untuk melakukan penyadapan dan pencarian dari gelombang-gelombang radio mulai dari VLF sampai UHF
Tenaga penggerak
Kapal ini mempunyai tiga mesin disel yang dihubungkan dengan tiga gandar bagi menghasilkan tenaga sebesar 14,250 bhp, dengan kecepatan beroperasi 24 nm.
Komandan
- Letkol Laut (P) Edi Haryanto (2013-)
- Mayor Laut (P) Antonius Manullang, S.E. (2013)
- Letkol Laut (P) Fajar Herawan (2015)
- Letkol Laut (P) Tri Hermawan Mokhamad Affandi, M.Tr (Opsla). (2020-Sekarang)
Referensi
1. Satkorarmabar: Armada Pengawal Perairan Barat Nusantara, Koarmabar: 2015, hal: 55.