Lompat ke isi

Hidayat Nur Wahid

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Februari 2022 21.07 oleh NFarras (bicara | kontrib) (top: hapus templat bendera per MOS:IKON, removed: {{negara|Indonesia}})
Hidayat Nur Wahid
HNW sebagai Wakil Ketua MPR RI (2019)
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-12
Masa jabatan
1 Oktober 2004 – 1 Oktober 2009
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
Wakil PresidenHamzah Haz
Jusuf Kalla
WakilAndi Mappetahang Fatwa
Aksa Mahmud
Mooryati Soedibyo
Sebelum
Pendahulu
Amien Rais
Pengganti
Taufik Kiemas
Sebelum
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Mulai menjabat
8 Oktober 2014
Menjabat bersama
Periode 2014–19
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
Wakil PresidenBoediono
Jusuf Kalla
Ma'ruf Amin
Ketua MPRZulkifli Hasan (2014–19)
Bambang Soesatyo (2019–)
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Mulai menjabat
1 Oktober 2004
Daerah pemilihanDKI Jakarta II
Presiden Partai Keadilan Sejahtera ke-2
Masa jabatan
21 Mei 2000 – 11 Oktober 2004
Informasi pribadi
Lahir
Muhammad Hidayat Nur Wahid

8 April 1960 (umur 64)
Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Keadilan Sejahtera
Suami/istriKastiyan Indriyati (–2008, Wafat)
Diana Abbas Thalib (2008–)
AnakInayati Dzil Izzati
Ruzaina
Alla Khairi
Hubaib Shidiqi
Daffa Muhammad Hidayat[1]
Daffi Muhammad Hidayat[1]
Tempat tinggalMampang Prapatan, Jakarta Selatan
AlmamaterPondok Modern Darussalam Gontor
UIN Sunan Kalijaga
Universitas Islam Madinah
ProfesiPolitikus
Situs webwww.hidayatnurwahid.com
X: hnurwahid Instagram: hnwahid Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, MA (lahir 8 April 1960) adalah seorang politikus Indonesia dan Wakil Ketua MPR RI periode 2019-2024. Ia sebelumnya merupakan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang ke-11, menjabat dari Oktober 2004 hingga Oktober 2009, dan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 2004 hingga kini. Ia juga merupakan salah satu deklarator dan presiden kedua Partai Keadilan Sejahtera.

Potret Hidayat Nur Wahid sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (20142019)

Lahir dari lingkungan keluarga Muslim konservatif di Jawa Tengah, ia belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor dan kuliah di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta sebelum menempuh studi magister dan doktor di Universitas Islam Madinah. Karier politiknya dimulai setelah ikut mendeklarasikan berdirinya Partai Keadilan (PK) pada tanggal 20 Juli 1998. Kemudian, ia menjadi ketua partai tersebut sejak bulan Mei 2000, dan ikut berperan dalam mentransformasikan PK menjadi PKS pada bulan Juli 2003. Mundur dari jabatan presiden pada Oktober 2004 setelah terpilih menjadi wakil rakyat di DPR, ia kemudian terpilih pula menjadi Ketua MPR untuk periode 2004-2009. Pada tahun 2012, ia turut serta dalam pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta sebagai calon gubernur dengan menggandeng Didik J. Rachbini dari Partai Amanat Nasional; namun pada putaran pertama, ia hanya menempati peringkat terbawah, sehingga gagal lolos ke putaran kedua. Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia menjadi salah satu kandidat calon presiden dari PKS.

Kehidupan awal

Masa kecil dan remaja

Hidayat lahir di Dusun Kadipaten Lor, Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara pada tanggal 8 April 1960. Pendidikan formal dimulainya dari SD Negeri Kebondalem Kidon, lulus pada tahun 1972.[butuh rujukan]

Ketertarikan mendalami Islam membuatnya mendaftar ke Pondok Pesantren Wali Songo di Ngabar, Siman, Ponorogo, sebelum melanjutkan pendidikannya di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, lulus tahun 1978.[2]

Selama di bangku sekolah, Hidayat sudah gemar berorganisasi. Dia menjadi salah satu staf koordinator kesekretariatan Pramuka di Gontor pada tahun 1978, ketika duduk di kelas lima pesantren tersebut. Dia juga tercatat sebagai anggota Pelajar Islam Indonesia (PII).

Masa kuliah

Setelah lulus dari Gontor pada tahun 1978, Hidayat mendaftar masuk ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.[3] Meskipun Hidayat sebelumnya ingin melanjutkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, namun karena dia merasa itu terlalu berat baginya maka diputuskan untuk mendalami ilmu agama Islam yang menurutnya lebih muda. Dia memilih masuk fakultas syariah dan sempat mengikuti pelatihan kaderisasi Himpunan Mahasiswa Islam di kampus tersebut.

Setahun kemudian, Hidayat mendapat beasiswa untuk studi sarjana di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Dia memilih masuk ke fakultas dakwah dan ushuluddin, dan lulus dengan predikat cum laude pada tahun 1983.[2] Setelah lulus sarjana, ia melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang magister (lulus 1987) dan doktor (lulus 1992) di universitas yang sama. Di Madinah, ia aktif berorganisasi hingga terpilih sebagai Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Arab Saudi periode 1983-1985.[3][4]

Karier dakwah

Irfan Hakim dan Hidayat Nur Wahid selaku narasumber tetap sedang mempersiapkan diri untuk rekaman acara Titian Semangat (2007).

Pulang ke Indonesia setelah merampungkan studinya di tanah Arab, Hidayat mulai terlibat aktif dalam Gerakan Tarbiyah dan ikut mendirikan Yayasan Alumni Timur Tengah. Dia turut mendirikan Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam (LP2SI) di bawah Yayasan al-Haramain, dan di situ dia menjadi ketuanya dan juga menjabat sebagai redaktur jurnal Ma'rifat yang diterbitkan oleh lembaga tersebut, untuk mengimbangi peredaran jurnal-jurnal yang menyuarakan pembaharuan Islam yang dipimpin tokoh seperti Nurcholish Madjid (Cak Nur).[butuh rujukan]

Hidayat menjadi dosen studi Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta, dosen pascasarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga di Universitas asy-Syafi'iyah. Dia juga turut aktif dalam gerakan dakwah Tarbiyah yang mulai marak di kampus-kampus Indonesia pada era 1980-an, terutama setelah pulangnya para mahasiswa dari negeri-negeri Arab seperti Salim Segaf Al-Jufri, Yusuf Supendi, dan Mustafa Abdul Rahman. Gerakan inilah yang kelak melahirkan Lembaga Mujahid Dakwah, Lembaga Dakwah Kampus, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dan kelak, Partai Keadilan Sejahtera.[5]

Hidayat juga terlibat aktif di berbagai forum dakwah, seperti Forum Dakwah Islam dan ketua koordinator tim agama di Forum Indonesia Damai yang digagas tokoh lintas agama seperti Cak Nur, Ahmad Syafii Maarif, Franz Magnis Suseno dan Asmara Nababan.

Selain itu, selama masih aktif menjabat sebagai ketua MPR, Hidayat pernah menjadi narasumber tetap dalam acara Titian Semangat di stasiun televisi RCTI. Acara yang dibawakan oleh Irfan Hakim tersebut mengulas masalah-masalah kemasyarakatan dari perspektif Islam.[butuh rujukan]

Karier politik

Memimpin PK dan PKS (2000-2004)

Setelah bergulirnya reformasi, Hidayat menjadi salah satu deklarator Partai Keadilan yang dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 1998.[6] Ia menolak tawaran menduduki posisi presiden, namun terpilih menjadi Ketua Dewan Pendiri dan menerima pelantikan menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Ketua Dewan Syariah, satu tingkat di atas presiden.[7]

Hidayat mulai dikenal luas ketika dia terpilih menjadi presiden PK pada tanggal 21 Mei 2000, menggantikan pemangku jabatan sebelumnya, Nurmahmudi Ismail yang ditunjuk menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan oleh Presiden Gus Dur. Hidayat terpilih lewat mekanisme Musyawarah Nasional, menyisihkan dua kandidat lain, Anis Matta dan Irwan Prayitno dan menerima jabatan tersebut dari pejabat presiden, Untung Wahono.[8]

Pada masa-masa awalnya, Hidayat dihadapkan pada masalah kegagalan PK untuk memenuhi ambang batas parlemen yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengikuti pemilu 2004.[7] Pada awalnya, Hidayat berusaha untuk mendesak DPR mengkaji kembali UU no. 3 tahun 1999 tentang pemilihan umum yang menjadi penghalang tersebut,[8] sebelum akhirnya PK memutuskan untuk berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera terhitung mulai 2 Juli 2003.[butuh rujukan]

Ketua MPR (2004-2009)

Sempat digadang-gadang menjadi calon presiden,[9] Hidayat mencalonkan diri untuk kursi DPR lewat daerah pemilihan DKI Jakarta II pada pemilihan umum 2004, dan terpilih mewakili PKS dengan meraih 262.019 suara, tertinggi di dapilnya.[10]

Ia diajukan sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat lewat Koalisi Kerakyatan yang diusung fraksi PKS, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan.[11] Hidayat didampingi tiga orang calon wakil ketua, yaitu AM Fatwa (anggota DPR dari PAN), Aksa Mahmud (anggota DPD) dan Mooryati Soedibyo (anggota DPD).[12] Paket ini akhirnya terpilih menjadi pimpinan MPR setelah mendapat 326 suara, hanya berbeda dua angka dengan Koalisi Kebangsaan yang mengusung politisi Sutjipto asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai calon ketua dan Theo L. Sambuaga dari Golkar sebagai calon wakil ketua. Hidayat dilantik pada 20 Oktober 2004, di hadapan sidang paripurna MPR.[13]

Hidayat tercatat sebagai pejabat tinggi negara dengan kekayaan terkecil, yaitu hanya sebesar Rp. 233 juta dan 15 ribu dolar Amerika Serikat, menurut data yang diumumkan Komisi Pemberantasan Korupsi pada bulan Desember 2004.[14]

Selama menjabat, Hidayat sempat beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang cukup kontroversial, seperti menyerukan pengadilan in-absentia terhadap mantan presiden Soeharto [15] dan meminta Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa pengharaman golput.[16]

Ketua BKSAP dan memimpin PKS di parlemen (2009-kini)

Hidayat mewakili DPR di sidang First Standing Committee on Peace and International Security, Ekuador, 25 Maret 2013.

Meskipun kembali terpilih ke DPR pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2009 mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah V (meraih 106.251 suara, tertinggi kedua setelah Puan Maharani),[17] Hidayat tak lagi menjabat sebagai Ketua MPR. Posisi tersebut dijabat oleh Taufik Kiemas dari PDI-P.[18]

Ia menjabat sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR dari 22 Oktober 2009 hingga 22 Mei 2012,[19] ketika digantikan oleh Surahman Hidayat karena pencalonannya di pemilihan gubernur DKI Jakarta.[20][21] Selama masa kepemimpinan Hidayat sebagai Ketua BKSAP, Indonesia dipercaya sebagai pimpinan Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Konferensi Islam.[22]

Setelah kegagalannya di putaran pertama pemilihan gubernur Jakarta, Hidayat kemudian dipercaya menjadi ketua fraksi PKS di DPR, menggantikan Mustafa Kamal mulai 25 September 2012.[23]

Pemilihan gubernur Jakarta (2012)

Awalnya, Hidayat tak pernah muncul dalam bursa kandidat gubernur DKI Jakarta pada pemilihan tahun 2012, karena ia sendiri sempat mengajukan pasangan Joko Widodo dan Triwisaksana, Wakil Ketua DPRD DKI dari PKS sekitar bulan Maret 2012.[24] PKS berhak memajukan calon sendiri dalam arena pemilihan karena memiliki 15 kursi di DPRD DKI Jakarta.[25]

Walau bagaimanapun, rumor tentang majunya ia ke pertarungan memperebutkan kursi gubernur sudah berhembus beberapa hari sebelumnya.[26] Ia akhirnya secara resmi ditunjuk oleh partai sebagai calon gubernur, dan dipasangkan dengan Didik J. Rachbini, kader Partai Amanat Nasional sebagai calon wakil gubernur.[27] Pasangan ini mendapat nomor urut empat.[butuh rujukan]

Program kerja

Antara program kerja pasangan Hidayat-Didik adalah:

  1. Pemberian insentif kepada pengurus rumah ibadah,[28]
  2. Kenaikan gaji Ketua Rukun Tetangga dan Rukun Warga dan pembayaran gaji setiap bulan,[29]
  3. Membuka sekitar 500 ribu lapangan kerja, terutama untuk untuk pendatang yang datang ke Jakarta dengan mendirikan pabrik-pabrik baru, bekerjasama dengan pemerintah pusat,[30][31]
  4. Perlindungan terhadap perempuan agar terhindar dari tindakan kriminalitas dan pelecehan seksual,[32]
  5. Pengatasan banjir dengan cara membuat danau-danau tadahan dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah di sekitar Jakarta, seperti Kota Bogor dan Kota Depok,[24]
  6. Pembangunan rumah susun untuk warga yang tergusur dari bantaran sungai,[24]
  7. Menciptakan Jakarta sebagai kota yang bersahabat terhadap bisnis dan penanaman modal dengan tujuan untuk memperbesar Pendapatan Asli Daerah, yang nantinya digunakan untuk meningkatkan jumlah APBD Provinsi dan juga disalurkan ke warga miskin,[24]
  8. Memperbanyak taman, hutan kota dan ruang terbuka hijau,[24]
  9. Pembangunan dan pengembangan transportasi massal seperti bus, kereta bawah tanah dan kereta komuter,[24]
  10. Penambahan jumlah armada TransJakarta dan perluasan koridornya,[24]
  11. Santunan jiwa sebesar Rp. 2,5 juta untuk warga yang meninggal dunia,[30]
  12. Pelaksanaan ujian kelayakan kendaraan yang ketat untuk mengurangi emisi gas buang.[24]

Kampanye

Pasangan ini menyiapkan sekitar Rp 53 miliar untuk kampanye,[33] dan menyatakan siap melakukan transparansi dana kampanye.[34] Sebelumnya, Hidayat menyatakan setuju terhadap wacana pembatasan dana kampanye.[35] Hidayat juga menyatakan pengharaman terhadap politik uang selama pemilihan berlangsung.[36]

Hidayat-Didik menggelar kampanye perdana pada 25 Juni di GOR Lokasari, Taman Sari, Jakarta Barat,[30] dimana Hidayat sempat melontarkan pantun dalam bahasa Betawi untuk menyapa warga yang hadir.[37] Kampanye ini tercatat dipenuhi wanita dan anak-anak.[38] Hidayat kemudian bersilaturrahim dengan para ulama dan habib di Jakarta, termasuk dengan organisasi-organisasi Islam seperti Al-Irsyad dan Front Pembela Islam.

Hidayat juga sempat berkampanye naik motor sport di Jakarta Utara pada 27 Juni,[39] sementara sekitar sepuluh ribu orang tercatat memenuhi kampanye mereka di GOR Otista, Jatinegara pada 29 Juni.[40] Pasangan ini juga menggelar kampanye di Stadion Soemantri Brodjonegoro pada tanggal 1 Juli, yang disesaki oleh kader dua partai pendukung, yaitu PKS dan PAN.[41] Pada hari-hari terakhir kampanye, Hidayat sempat bertemu dengan kalangan buruh di Cakung, Jakarta Timur yang menyatakan dukungan mereka terhadapnya.[42]

Selama kampanye berlangsung, pasangan ini berkali-kali mendapat serangan. Hidayat sempat dilarang berkhutbah di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu pada 4 Mei oleh pihak kelurahan setempat.[43] Pasangan ini juga mendapat kampanye hitam oleh oknum yang diduga dari Dinas Sosial DKI Jakarta, mengampanyekan "PKS anti maulid, PKS anti tahlil" menggunakan pengeras suara di Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.[44] Relawan pasangan ini ditodong pistol oleh aparat yang tidak diketahui,[45] dan salah satu rumah relawan bahkan dilempari bom molotov oleh orang yang tidak dikenal.[46]

Hidayat dan Didik kemudian memimpin langsung penertiban atribut kampanye mereka pada hari terakhir kampanye, 7 Juli.[47]

Hasil

Pasangan Hidayat-Didik meraih posisi ketiga pada putaran pertama pemilihan gubernur yang dilaksanakan pada 11 Juli. Pasangan ini mendapat total 508,113 suara, atau 11,72% dari total seluruh suara sah.[48][49] Mereka berada di bawah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang menduduki posisi pertama dan kedua secara berturut-turut dan lolos ke pemilihan putaran kedua.[butuh rujukan]

Setelah pemilihan, Hidayat menyatakan mendukung pasangan Foke-Nara dan menyatakan kecewa dengan Joko Widodo (saat itu masih merupakan Wali Kota Surakarta), yang ia anggap kurang berkomitmen menyelesaikan masa jabatannya sebagai wali kota.[50] Pilihan ini sempat menuai reaksi tajam dari publik, termasuk dari budayawan Ridwan Saidi yang mengingatkan bahwa Hidayat pernah menyerang habis-habisan Foke.[51]

Calon presiden 2014

Hidayat terpilih menjadi salah satu dari 22 peserta pemilihan raya untuk mewakili PKS di pemilihan umum presiden Indonesia 2014 pada 21 November 2013.[52]

Dalam pemilihan yang digelar pada tanggal 28 dan 29 Desember ini, ia berhasil menjadi pemuncak dalam pemilihan ini dengan mengumpulkan total 50.567 suara dan unggul di empat belas provinsi.[53][54] Hidayat sendiri mengaku kaget dengan hasil pemilihan tersebut,[55] tetapi menyatakan siap untuk bersaing dengan siapapun dalam rangka memperebutkan kursi kepresidenan, termasuk dengan mantan lawannya di Jakarta, Joko Widodo.[56]

Walaupun memenangi pemilihan raya, Hidayat belum tentu akan menjadi calon presiden dari PKS, mengingat hasil pemilihan akan dibawa ke Majelis Syura yang berwenang menetapkan hal tersebut.[57] Majelis Syura baru menetapkan tiga orang kandidat capres dari PKS, yaitu Hidayat, Anis Matta dan Ahmad Heryawan pada awal bulan Februari 2014. Ketiganya akan menjalani uji publik untuk menilai penerimaan masyarakat sebelum satu orang ditetapkan sebagai capres yang akan diusung oleh PKS.[58][59]

Pemikiran dan pandangan politik

Seorang doktor lulusan Arab Saudi, Hidayat dikenal memegang teguh ideologi Islam moderat. Ia menyatakan Pancasila sebagai ideologi negara yang wajib dipatuhi,[60] dan mengusulkan perlunya ada Atase Agama untuk kedutaan-kedutaan besar di beberapa negara tertentu.[61] Saat terjadinya kudeta yang menjatuhkan Presiden Mesir Muhammad Mursi (yang notabene berasal dari partai yang didominasi oleh anggota Ikhwanul Muslimin, organisasi yang merupakan rujukan utama gerakan dakwah PKS) oleh pihak militer dan pembunuhan besar-besaran warga sipil yang menolak kudeta pada pertengahan 2013, Hidayat menyatakannya sebagai "kejahatan demokrasi"[62] dan menyerukan militer Mesir untuk "belajar dari Indonesia".[63] Namun, ketika Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dinyatakan sebagai tersangka, Hidayat menduga bahwa hal tersebut merupakan konspirasi yang mungkin melibatkan Zionis karena menurutnya PKS sering membantu Palestina.[64]

Sejak Juni 2012, Hidayat duduk di Liga Muslim Dunia sebagai perwakilan Indonesia.[65]

Sebagai Ketua MPR, Hidayat mendukung RUU Pornografi (dimana PKS menjadi salah satu pendukung utamanya), dan menyatakan RUU tersebut tidak bertujuan memberangus kreasi seni.[66] Ia juga berpendapat perlunya undang-undang yang mengatur peredaran minuman keras,[67] tetapi menolak berkomentar mengenai pelarangan konser Lady Gaga yang disuarakan oleh partainya, PKS.[68]

Hidayat juga mempromosikan kerukunan beragama, dibuktikan dengan kesiapannya merangkul umat Katolik dalam membangun Jakarta jika terpilih menjadi gubernur,[69] dan mengajak rakyat untuk menciptakan kehidupan beragama yang "indah dan berseni".[70]

Ia juga terkenal sebagai salah satu wakil rakyat yang vokal dalam menyuarakan pencegahan korupsi. Bersama beberapa tokoh nasional seperti Amien Rais dan Gus Dur, Hidayat mendeklarasikan Komite Penyelamat Kekayaan Negara pada 28 Juli 2008.[71][72] Hidayat juga angkat suara saat terjadinya perseteruan antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi pada bulan Desember 2012, mendesak Polri untuk merelakan penyidiknya yang bertugas di KPK.[73] Hidayat juga turut mendesak KPK untuk menyelidiki dugaan korupsi dana haji di Kementerian Agama Republik Indonesia.[74]

Ketika kasus suap menimpa Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq, Hidayat dengan sinis menganjurkan para koruptor untuk "menggasak lebih banyak uang negara" agar bisa mendapatkan hukuman yang lebih ringan, sebagai bentuk protesnya terhadap putusan pengadilan yang memvonis Luthfi kurungan 16 tahun dan denda Rp. 1 miliar pada Desember 2013.[75] Namun begitu, Hidayat mengimbau pada kader PKS untuk memenuhi panggilan KPK dan mengklaim bahwa partainya selalu bersikap kooperatif dalam usaha pemberantasan korupsi.[76]

Hidayat juga pernah mengingatkan Indonesian Corruption Watch untuk "tidak mengorupsi kebenaran" terkait penyebutan sejumlah nama kader PKS sebagai politisi yang diragukan komitmennya dalam pemberantasan korupsi.[77]

Penghargaan

Hidayat mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta pada 15 Agustus 2009 dalam rangka peringatan proklamasi kemerdekaan tahun 2009.[78][79]

Kehidupan pribadi

Pernikahan Hidayat dan Diana Abbas Thalib di Taman Mini Indonesia Indah pada bulan Mei 2008.

Dilahirkan dari keluarga yang termasuk golongan pemuka agama dan guru, kakek Hidayat dari pihak ibu berafiliasi kepada organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah, sementara ayahnya, H. Muhammad Syukri, seorang guru lulusan IKIP Yogyakarta, juga menjadi pengurus di organisasi tersebut. Siti Rahayu, ibunda Hidayat, merupakan aktivis Aisyiyah, sayap kewanitaan Muhammadiyah dan seorang guru Taman Kanak-kanak.[butuh rujukan]

Hidayat merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Saudara-saudarinya yang lain bernama Muhammad Agung Nugroho, Mabrur Dewantoro, Istiqomah, Ahmad Wiladi, Ahmad Wisanggeni, dan Sapti Swastanti. Ahmad Wisanggeni dan istrinya Nurus Baiti berdomisili di Banda Aceh sejak tahun 1997 dan wafat dalam bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda kota tersebut pada akhir Desember 2004.[80]

Dari pernikahannya dengan Kastrian Indriawati, Hidayat dikaruniai empat orang anak: Inayatu Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi.[81] Istri pertamanya meninggal dunia pada tanggal 22 Januari 2008 di Yogyakarta.[82]

Hidayat kemudian menikah dengan Diana Abbas Thalib, seorang dokter.[83] Pernikahan keduanya berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah pada 11 Mei 2008, dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertindak selaku saksi untuk mempelai pria dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai saksi untuk mempelai wanita.[84][85] Diana Abbas Thalib melahirkan anak kembar di Jakarta pada tanggal 15 April 2009.[86]

Referensi

  1. ^ a b Hery Winarno, 15 April 2009. "Putra Kembar Hidayat Nurwahid Lahir, Diberi Nama Daffa-Daffi". Detik.com, diakses 18 April 2014.
  2. ^ a b "Profil Muhammad Hidayat Nur Wahid" di merdeka.com
  3. ^ a b "Kedepankan Moral dan Dakwah". tokohindonesia.com, diakses 25 Maret 2014.
  4. ^ Curriculum vitae Hidayat Nur Wahid di situs Komisi Pemilihan Umum untuk Daftar Calon Tetap (DCT) pemilihan umum legislatif Indonesia 2014
  5. ^ Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). ISBN 9789799104380. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-10. Diakses tanggal 2014-03-25. 
  6. ^ "Wawancara Hidayat Nur Wahid: Hanya ada Satu PKS". pkspiyungan.org, 25 Maret 2011. Diakses 25 Maret 2014.
  7. ^ a b "Hidayat Nur Wahid: "Ruwet, Jika Pemimpin Main-Main dan Semau Gue". Tempo.co, 23 Mei 2000. Diakses 25 Maret 2014.
  8. ^ a b "Hidayat Nur Wahid Presiden PK" Diarsipkan 2014-03-25 di Wayback Machine.. library.ohio.edu, diarsipkan dari berita aslinya di Kompas.com, 22 Mei 2000. Diakses 25 Maret 2014.
  9. ^ "Hidayat Nur Wahid Capres Paling Disukai". Liputan6.com, 25 Desember 2003. Diakses 25 Maret 2014.
  10. ^ Data anggota DPR terpilih pada pemilu legislatif 2004 dapil DKI Jakarta di pemilu.asia
  11. ^ "Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR". majalah.gatra.com, 6 Oktober 2004. Diakses 25 Maret 2014.
  12. ^ Arifin Asyhdad, 6 Oktober 2004. "Profil Pimpinan MPR 2004-2009". Detik.com, diakses 25 Maret 2014.
  13. ^ "SBY dilantik, jalan berat di depan". BBC Indonesia, 20 Oktober 2004. Diakses 25 Maret 2014.
  14. ^ "Ketua MPR Hidayat Nur Wahid Tergolong Pejabat Termiskin" Diarsipkan 2014-03-25 di Wayback Machine.. antikorupsi.org, diarsipkan dari berita aslinya oleh Media Indonesia terbitan 23 Desember 2004. Diakses 25 Maret 2014.
  15. ^ "Ketua MPR: Adili Soeharto Secara In-absentia". Tempo.co, 23 Mei 2006. Diakses 25 Maret 2014.
  16. ^ "Hidayat Nur Wahid Minta Majelis Ulama Haramkan Golput". Tempo.co, 12 Desember 2008. Diakses 25 Maret 2014.
  17. ^ Data anggota DPR terpilih pada pemilu legislatif 2009 dapil Jawa Tengah di pemilu.asia
  18. ^ "Hidayat Nur Wahid Terlihat Legowo Lepas Jabatan Ketum MPR". Kompas.com, 3 Oktober 2009. Diakses 27 Maret 2014.
  19. ^ Reza Yunanto, 20 Oktober 2009. "Hidayat Nurwahid Resmi Pimpin BKSAP, Gayus Pimpin BK". Detik.com, diakses 27 Maret 2014
  20. ^ "Jadi Cagub DKI, PKS Tarik Hidayat Sebagai Ketua BKSAP DPR". Republika.co.id, 23 Mei 2012. Diakses 27 Maret 2014.
  21. ^ "Surahman Hidayat Jabat Ketua BKSAP" Diarsipkan 2014-04-07 di Wayback Machine.. Pikiran Rakyat, 23 Mei 2012. Diakses 27 Maret 2014.
  22. ^ "Indonesia Pimpin Parlemen Islam Dunia". ikadi.or.id, 1 Februari 2010. Diakses 27 Maret 2014.
  23. ^ Fiddy Anggriawan, 25 September 2012. "Jadi Ketua Fraksi PKS, HNW Harus Selesaikan 5 Masalah". Okezone.com, diakses 27 Maret 2014.
  24. ^ a b c d e f g h "Saya Siap Kalah" - wawancara khusus Hidayat Nur Wahid. Viva.co.id, 23 April 2012. Diakses 13 April 2014.
  25. ^ Suci Dian Firani, 19 Maret 2012. "Hidayat Siap Atasi Macet & Banjir di Jakarta". Detik.com, diakses 13 April 2014.
  26. ^ M. Rizki Maulana, 13 Maret 2012. "Menebak Peluang Hidayat Nurwahid di Pilkada DKI Jakarta. Detik.com, diakses 13 April 2014.
  27. ^ Suci Dian Firani, 19 Maret 2012. "Siap Hadapi Foke & Jokowi, Hidayat: PKS Tak Ajukan Saya untuk Kalah". Detik.com, diakses 13 April 2014.
  28. ^ Sabrina Asril, 6 April 2012. "Hidayat Nur Wahid Akan Gaji Pengurus Rumah Ibadah". Kompas.com, diakses 13 April 2014.
  29. ^ "Hidayat Nur Wahid Janji Gaji Setiap Bulan Ketua RT/RW". Tribunnews, 27 Juni 2012.
  30. ^ a b c "Ini Janji Hidayat di Kampanye Perdana". Viva.co.id., 25 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  31. ^ Fabian Januarius Kuwado dan Tri Wahono, 27 April 2012. "Ditanya Lapangan Kerja, Ini Visi Hidayat Nur Wahid" Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.. Kompas.com, diakses 13 April 2014.
  32. ^ "Bak Pujangga, Hidayat Sampaikan Visi dan Misinya". Beritasatu.com, 24 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  33. ^ "Hidayat-Didik siapkan dana kampanye Rp 53 miliar". Kontan, 7 April 2012. Diakses 13 April 2014.
  34. ^ Rico Afrido, 6 Juli 2012. "Hidayat siap transparansi dana kampanye" Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.. Sindonews.com, diakses 13 April 2012.
  35. ^ "Hidayat Setuju Dana Kampanye Harus Dibatasi". Liputan6.com, 7 April 2012. Diakses 13 April 2014.
  36. ^ "Hidayat Nurwahid Haramkan Politik Uang di Pilkada DKI". Investor.co.id, 31 Mei 2012. Diakses 13 April 2014.
  37. ^ "Hidayat Nur Wahid banggakan pantun kampanye". ANTARA, 25 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  38. ^ "Perempuan dan Anak Penuhi Kampanye Hidayat-Didik". Tempo.co, 25 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  39. ^ Ahmad Toriq, 27 Juni 2012. "Hidayat Nur Wahid Kampanye Naik Motor Sport". Detik.com, diakses 13 April 2014.
  40. ^ "10 Ribu Warga Jaktim Banjiri Kampanye Hidayat". beritasatu.com, 29 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  41. ^ "Kampanye Hidayat-Didik Disesaki Kader PKS dan PAN". Republika, 1 Juli 2012. Diakses 13 April 2014.
  42. ^ "Kalangan Buruh BKN Dukung Hidayat-Didik". investor.co.id, 5 Juli 2012. Diakses 13 April 2014.
  43. ^ "Hidayat Nur Wahid (Sempat) Dilarang Khutbah di Pulau Seribu". Republika, 4 Mei 2012. Diakses 13 April 2014.
  44. ^ "Hidayat-Didik Jadi Korban Kampanye Hitam Lagi". Tribunnews, 8 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  45. ^ "Relawan Hidayat-Didik Diancam Aparat Berpistol". Investor.co.id, 4 Juni 2012. Diakses 13 April 2014.
  46. ^ "Rumah Kader Hidayat-Didik Dilempar Bom Molotov". Investor.co.id, 22 Juni 2012. Diakses 13 Juni 2014.
  47. ^ "Hidayat Akan Pimpin Tertibkan Atribut Kampanye". Inilah.com, 7 Juli 2012. Diakses 13 April 2014.
  48. ^ "Ini Hasil Resmi Jumlah Suara Pilkada DKI Putaran Satu". Republika, 19 Juli 2012. Diakses 13 April 2014.
  49. ^ Nurvita Indarini, 20 September 2012. "Pilgub Putaran I Jokowi Kantongi 42,6% dan Foke 34%, Bagaimana Sekarang?". Detik.com, diakses 13 April 2014.
  50. ^ "Dukung Foke, Hidayat Kecewa dengan Jokowi" Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.. Okezone.com, 11 Agustus 2012. Diakses 13 April 2014.
  51. ^ "Dukung Foke, PKS Dicap Oportunis". Beritasatu.com, 14 Agustus 2012. Diakses 13 April 2014.
  52. ^ Bagus Prihantoro Nugroho, 21 November 2013. "Ini 22 Kandidat Capres Peserta Pemilu Raya PKS". Detik.com, diakses 14 April 2014.
  53. ^ "Hidayat Nur Wahid Menang Pemira PKS". Tempo.co, 29 Desember 2013. Diakses 14 April 2014.
  54. ^ Beno Junianto dan Tommy Adi Wibowo, 29 Desember 2013. "Hidayat Nur Wahid Capres PKS Terfavorit". VIVA.co.id, diakses 14 April 2014.
  55. ^ Ihsanuddin, 4 Januari 2014. "Unggul di Pemira PKS, Hidayat Nur Wahid Kaget". Kompas.com, diakses 14 April 2014.
  56. ^ Muhammad Iqbal, 2 Februari 2014. "Jadi Kandidat Capres PKS, Hidayat Siap Hadapi Lagi Jokowi di Pilpres". Detik.com, diakses 14 April 2014.
  57. ^ Ikhwanul Khabibi, 29 Desember 2013. "Menangi Pemira, Hidayat Nur Wahid Belum Tentu Jadi Capres PKS". Detik.com, diakses 14 April 2014.
  58. ^ Dian Maharani, 2 Februari 2014. "PKS Tentukan Tiga Kandidat Capres". Kompas.com, diakses 14 April 2014.
  59. ^ Muhamad Rizki, 2 Februari 2014. "PKS Resmi Ajukan Tiga Nama Ini Sebagai Capres". Tempo.co, diakses 14 April 2014.
  60. ^ "Personalities Trump Political Ideology in Indonesian Race for Ballot Box". The Jakarta Globe, 24 Maret 2014. Diakses 13 April 2014.
  61. ^ "Perlunya Dibentuk Atase Agama di Beberapa Negara" Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine.. Pikiran Rakyat, 17 Januari 2014. Diakses 13 April 2014.
  62. ^ "HNW: Apa yang Terjadi di Mesir adalah Kejahatan Demokrasi". Republika, 28 Juli 2013. Diakses 14 April 2014.
  63. ^ Ahmad Romadoni, 19 Agustus 2013. "Hidayat Nur Wahid: Militer Mesir Harus Belajar dari Indonesia". Liputan6.com, diakses 14 April 2014.
  64. ^ Danu Damarjati, 1 Februari 2013. "Duga Ada Konspirasi Zionis, PKS Akan Bentuk Tim Investigasi Kasus Luthfi". Detik, diakses 22 Mei 2014.
  65. ^ "Hidayat Nurwahid Wakili Indonesia di Liga Muslim Dunia". Republika, 17 Juni 2012. Diakses 18 April 2014.
  66. ^ "Ketua MPR Dukung Pengesahan RUU Pornografi"[pranala nonaktif permanen]. Kompas.com, 30 Oktober 2008. Diakses 13 April 2014.
  67. ^ "Hidayat: Miras Gerogoti Bangsa, Perlu Diatur UU". Liputan6.com, 12 Desember 2012. Diakses 13 April 2014.
  68. ^ "PKS Tolak Lady Gaga, Hidayat Nur Wahid Bilang Apa?". Tempo.co, 19 Mei 2012. Diakses 13 April 2014.
  69. ^ "Hidayat Rangkul Umat Katolik Bangun Jakarta". Republika, 22 Mei 2012. Diakses 13 April 2014.
  70. ^ "Hidayat Nur Wahid Siap Mempererat Kerukunan Umat Beragama". suarapembaruan.com, 18 April 2012. Diakses 13 April 2014.
  71. ^ "Gus Dur dan Amien Rais 'Join' Selamatkan Kekayaan Negara". Detik.com, 28 Juli 2008. Diakses 13 April 2014.
  72. ^ "KPK-N: Selamatkan Kekayaan Negara; Hidayat Nur Wahid, Amien Rais, dan Gus Dur Bentuk Komite" Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.. antikorupsi.org, tanggal tidak diketahui. Diakses 13 April 2014.
  73. ^ "Hidayat Desak Polri Relakan Penyidiknya di KPK". Republika, 10 Desember 2012. Diakses 13 April 2014.
  74. ^ "Hidayat Dorong KPK Bongkar Korupsi Dana Haji" Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.. jpnn.com, 7 Februari 2014. Diakses 13 April 2014.
  75. ^ "PKS anjurkan korupsi lebih besar agar hukuman bisa ringan". Lensaindonesia.com, 10 Desember 2013. Diakses 13 April 2014.
  76. ^ "HNW Minta Kader PKS Penuhi Panggilan KPK". Republika, 20 Mei 2013. Diakses 13 April 2014.
  77. ^ "Hidayat Nur Wahid: ICW Jangan Korupsi Kebenaran". Liputan6.com, 2 Juli 2013. Diakses 13 April 2014.
  78. ^ Mega Putra Ratya, 15 Agustus 2009. "Terima Bintang Mahaputra, Ketua MPR Termotivasi Tingkatkan Kinerja". Detik.com, diakses 14 April 2014.
  79. ^ "Presiden Anugerahkan Tanda Kehormatan" Diarsipkan 2014-04-14 di Wayback Machine.. presidenri.go.id (situs resmi Kepresidenan), 15 Agustus 2009. Diakses 14 April 2014.
  80. ^ "Adik Kandung Hidayat Nur Wahid Menjadi Korban Tsunami di Aceh". Tempo.co.id, 31 Desember 2004. Diakses 25 Maret 2014.
  81. ^ "Istri Ketua MPR Belum Sadarkan Diri". KOMPAS.com. 2008-01-20. Diakses tanggal 2021-05-27. 
  82. ^ "Istri Ketua MPR Meninggal Dunia". KOMPAS.com. 2008-01-21. Diakses tanggal 2021-05-27. 
  83. ^ "Komitmen Pernikahan dengan Hidayat Nur Wahid, Dokter Diana Gelar Penyuluhan Ibu Hamil". rmol.co (Rakyat Merdeka Online), 24 Maret 2014. Diakses 25 Maret 2014.
  84. ^ "Hidayat Nur Wahid Resmi Menikahi Diana" Diarsipkan 2014-03-25 di Wayback Machine.. sctv.co.id, 11 Mei 2008. Diakses 25 Maret 2014.
  85. ^ "Hidayat Nurwahid Menikah, Presiden Jadi Saksi". antaranews.com, tanggal tidak diketahui. Diakses 25 Maret 2014.
  86. ^ "Istri Hidayat Nurwahid Lahirkan Bayi Kembar". VIVA.co.id, 15 April 2009. Diakses 25 Maret 2014.

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Amien Rais
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
2004–2009
Diteruskan oleh:
Taufiq Kiemas
Didahului oleh:
Hajriyanto Y. Thohari
Achmad Dimyati Natakusumah
Melani Leimena Suharli
Ahmad Farhan Hamid
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
2014–sekarang
Bersama dengan: Mahyudin (2014–2019)
Evert Ernest Mangindaan (2014–2019)
Oesman Sapta Odang (2014–2019)
Muhaimin Iskandar (2018–2019)
Ahmad Muzani (2018–)
Ahmad Basarah (2018–)
Fadel Muhammad (2019–)
Lestari Moerdijat (2019–)
Jazilul Fawaid (2019–)
Zulkifli Hasan (2019–)
Syarief Hasan (2019–)
Arsul Sani (2019–)
Petahana
Jabatan partai politik
Didahului oleh:
Nurmahmudi Isma'il
Presiden Partai Keadilan Sejahtera
2000–2004
Diteruskan oleh:
Tifatul Sembiring