Lompat ke isi

Abdul Qadir al-Jailani

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 Agustus 2023 19.06 oleh 114.79.0.243 (bicara)
ʿAbdul Qōdir Al-Jailānī
Sulthonul Auliyā-ì wa Imāmil ʿUlama wa Qudwatul Ashfīyā-ì Quthbir Råbbānī wal Ghoutsush Shomadànì Quthub Al-ʿAlāmin Sayyidi as-Sayyid Syeikh Muhyiddīn ʿAbdul Qōdir Al-Jailānī Al-Imām Al-Quthubūl Aqthåb Qoddasallāhu Sirrahu
Berkas:Abdul Qadir Gilani (calligraphic, transparent background).png
Kaligrafi Arabic nama Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Kun-yahTuan Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani
NamaʿAbdul Qōdir Al-Jailānī
NisbahAl-Gilānī (Al-Jailānī)
KeturunanShaikh Abdul-Wahab, Sheikh Abdul-Razzaq, Shaikh Abdul-Aziz, Shaikh Isa, Shaikh Musa, Sheikh Yahya, Sheikh Abdullah, Sheikh Saleh, Sheikh Muhammed dan 40 lainnya. Sheikh Ibrahim.

Sulthonul Auliyā-ì wa Imāmil ʿUlama wa Qudwatul Ashfīyā-ì Quthbir Råbbānī wal Ghoutsush-Shomadànì Quthub Al-ʿAlāmin Sayyidi as-Sayyid Syeikh Muhyiddīn ʿAbdul Qōdir Al-Jailānī Al-Imām Al-Quthubūl Aqthåb Qoddasallāhu Sirrahu atau dikenal luas dengan panggilan Tuan Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani[1][2] (bahasa Kurdi: Evdilqadirê Geylanî, bahasa Persia: عبد القادر گیلانی, bahasa Urdu: عبد القادر آملی گیلانی Abdolqāder Gilāni) (470–561 H) (1077–1166 M) adalah seorang Sufi Masyhur yang tidak diragukan lagi pangkat kewaliannya. Beliau merupakan Ulama Fiqih bermazhab Hambali yang memiliki segudang Karomah dan sangat dihormati oleh Sunni. Tuan Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani dianggap sebagai Waliyullah yang paling Agung dan Keramat bergelar Sulthonul Auliya (Rajanya Para Wali) dan Al-Imām Al-Quthubul Aqthāb (Pemimpin dan Penguasa Seluruh Wali di Alam Semesta).[3].[4] Beliau adalah Mursyid Kamil Mukammil sekaligus Pengasas Perkumpulan Thoriqoh Qodiriyah (bahasa Arab: القادِرية‎ طريقة), dengan keluasan Ilmunya Ajarannya tersebar luas keseluruh dunia, menjadikannya sebagai aliran Tarekat yang paling banyak dianut. Orang-orang Tarekat selalu mengadakan Manaqib dan Haul untuk Menghormatinya, bahkan pada bulan Rabiuts-Tsani diadakan Penghormatan besar-besaran oleh seluruh Pengikutnya yang tersebar dipenjuru dunia.

Genealogi

Ibnul Imad Menyebutkan Silsilah Beliau Dari Garis Ayah:

  1. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
  2. Fatimah Az-Zahra dan Ali Karramallahu Wajhah
  3. Hasan As-Sibthi
  4. Hasan al-Mutsanna
  5. Abdullah Al-Mahdi
  6. Musa al-Jun
  7. Abdullah Abul Makarim
  8. Musa Ats-Tsani
  9. Dawud Al-Amir
  10. Muhammad Al-Madani
  11. Yahya Az-Zahid
  12. Abdullah Al-Jili
  13. Musa Janki Dausat (Persia: جنكى دوست Jankidost)
  14. Abdul Qadir Al-Jailani[5]

Sedangkan Silsilah Garis Ibu:

  1. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
  2. Fatimah Az-Zahra dan Ali Karramallahu Wajhah
  3. Husain Asy-Syahid
  4. Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad_al-Baqir
  6. Ja'far Ash-Shadiq
  7. Musa Al-Kadzim
  8. Ali Ar-Ridha
  9. Abi Alauddin Muhammad Al-Jawad
  10. Kamaluddin Isa
  11. Abu Al Atha' Abdullah
  12. Thahir
  13. Mahmud
  14. Abu Jamaluddin Muhammad
  15. Abdullah Sauma'i Az-Zahid
  16. Syarifah Ummul Khair Fatimah
  17. Abdul Qadir Al-Jailani

Kontroversi

Imam Adz-Dzahabi

Al-Sam'ani berkata, "Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Ia seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup dia." Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.

Ibnu Rajab Al-Hambali

Dalam mengomentari kitab kontroversial di atas, Ibnu Rajab Al-Hambali menegaskan: "Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar", demikian kata Imam Ibnu Rajab. "Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh dari agama dan akal, kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas, seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya. Semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani rahimahullah."[6]

Kemudian didapatkan pula bahwa al Kamal Ja'far al Adfwi (nama lengkapnya Ja'far bin Tsa'lab bin Ja'far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal al Adfawi), seorang ulama bermadzhab Syafi'i. Ia dilahirkan pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 685 H dan wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi dia dimuat oleh al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452. al Kamal menyebutkan bahwa asy-Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini. Subhanallah[7]

Kewafatan

Ia wafat pada hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 11 Rabiul akhir di daerah Babul Azaj wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M.[8][9]

Festival Urs Syekh Jilani dirayakan sebagai Gyarvi Sharif di anak benua India dan luar negeri.[10]

Pranala luar

  • Manakib Syekh Abdul Qodir Al Jailani, Perjalanan Spiritual Sulthanul Auliya, Pustaka Setia, Bandung, 2003
  • Al Ghunyah, 2010
  1. ^ Biographical encyclopaedia of Sufis: Central Asia and Middle East by N. Hanif, 2002, p123
  2. ^ The Sultan of the saints: mystical life and teaching of Shaikh Syed Abdul Qadir Jilani, Muhammad Riyāz Qādrī, 2000, p24
  3. ^ From the 12th century onward, Sufism spread amongst the Kurds. The main Sufi orders amongst them are the Qadiriya who trace their origin to the Kurdish Sufi 'Abd al-Qadir al-Jilani. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-11. Diakses tanggal 2012-11-19. 
  4. ^ Philip Khuri Hitti, "Islam, a way of life ", University of Minnesota Press (August 12, 1970). pg 64: "The earliest and most attractive Sufi order was al-Qadiri, named after its founder, the Persian ‘Abd al-Qadir al-Jili (al-Jilani 1077–1166)
  5. ^ Syadzarat Adz-Dzahab (4/198) oleh Ibnul Imad Al-Hanbali)
  6. ^ Lihat Ibnu Rajab, Adz-DZail Ala Thabaqaat Al-Hanabilah, jilid 1 hal. 290.
  7. ^ Kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa'dah 1415 H / 8 April 1995 M.
  8. ^ Kozlowski, Gregory C. (1980). Muslim Endowments and Society in British India (dalam bahasa Inggris). University of Minnesota. 
  9. ^ Khān, ʻAlī Muḥammad (1924). The Supplement to the Mirat-i-Ahmedi (dalam bahasa Inggris). Education department. 
  10. ^ "Gyarvi Sharif". Diakses tanggal 2021-04-15.