Lompat ke isi

Habib

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sebutan/gelar habib di kalangan Arab-Indonesia dinisbatkan secara khusus terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Habib yang datang ke Indonesia mayoritas adalah keturunan Husain bin Fatimah binti Muhammad. Diperkirakan di Indonesia terdapat sebanyak 1,2 juta orang yang masih hidup yang berhak menyandang sebutan ini. [butuh rujukan] Di Indonesia, habib semuanya memiliki moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut. Berdasarkan catatan organisasi yang melakukan pencatatan silsilah para habib ini, Ar-Rabithah,[1] ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang dapat menyandang gelar ini (disebut muhibbin) dari 114 marga. Hanya keturunan laki-laki saja yang berhak menyandang gelar habib.

Dalam perkembangannya, khususnya di kalangan masyarakat muslim Indonesia, gelar ini tidak hanya disandang oleh para da'i dari Yaman saja, karena warga telah memuliakan mereka sebagai pemimpin mereka tanpa melihat asal-usul keturunan dengan alasan seorang menjadi alim tidak diakibatkan oleh asal keturunannya. Selain itu terjadi pula pelanggaran terhadap aturan, dengan menarik garis keturunan secara matrilineal (keturunan dari perempuan juga diberi hak menyandang "habib") walaupun akhirnya pernyataan ini hanyalah sebuah fitnah dari kaum orientalis untuk menghilangkan rasa hormat masyarakat ndonesia terhadap kaum kerabat Nabi Muhammad.

Para habib sangat dihormati pada masyarakat muslim Indonesia karena dianggap sebagai tali pengetahuan yang murni, karena garis keturunannya yang langsung dari Nabi Muhammad. Penghormatan ini sangat membuat gusar para kelompok anti-sunnah yang mengkait-kaitkan hal ini dengan bid'ah. Para Habaib (jamak dari Habib) di Indonesia sangatlah banyak memberikan pencerahan dan pengetahuan akan agama islam. Sudah tak terhitung jumlah orang yang akhirnya memeluk agama islam ditangan para Habaib. Gelar lain untuk habib adalah Sayyid, Syed, Sidi (Sayyidi), Wan (Ahlul Bait) dan bagi golongan ningrat (kerajaan) disebut Syarif/Syarifah. Para habib terdapat pada golongan (firqoh) Sunni maupun Syiah seperti Ayatullah Ruhollah Khomeini. Kelak di akhir zaman, Imam Mahdi akan muncul dari keturunan Nabi Muhammad sendiri (habib).

Beberapa habib yang populer

Lihat pula

Postby El islaam » Fri Jul 06, 2007 11:15 pm

Hari Ini Ribuan Orang Padati Masjid Keramat Empang Ribuan orang mulai memadati Masjid An-Nur dan jalan-jalan di sekitarnya di Campung Pakojan, Empang, Bogor, Selasa (10/4). Mereka adalah massa peziarah yang datang menghadiri acara peringatan Maulid Nabi muhammad SAW, yang pada Rabu ini akan dilanjutkan dengan acara peringatan haul (temu tahun) wafatnya Al-Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atas, ulama abad ke-19 yang dimakamkan di kompleks masjid itu, yang juga dikenal sebagai Masjid Keramat Empang. "Para peziarah tak hanya datang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka ada juga yang berasal dari negara-negara lain, termasuk Singapura, Malaysia dan Yaman," kata Habib Zainal ibidin bin Abdullah bin Zein al-Atas, cicit Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atas. Peringatan haul Habib Abdulah bin Mukhsin Al-Atas adalah tradisi tahunan warga keturunan arab yang bermukim di sekitar jalan Pakojan, Empang, Bogor Selatan. Menurut seorang pengurus Masjid An-Nur, seperti biasanya, dalam rangka acara haul Habib Abdullah tahun ini warga juga akan memotong sampai ratusan ekor kambing untuk memasak nasi kebuli yang akan disantap bersama oleh segenap peziarah.

Makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atas berada di dalam sebuah bangunan berukuran sekitar 100 meter persegi di sisi barat bangunan utama masjid. Di dalam bangunan beratap kubah hijau itu juga terdapat makam putra-putrinya, yakni Habib Mukhsin bin Abdullah Al-Atas, Habib Zen bin Abdullah Al-Atas, Habib Husen bin Ab-dullah Al-Atas, Habib Abubakar bin Abdullah Al-Atas, Sarifah Nur binti Abdullah Al-Atas dan makam murid kesayangannya: Habib Alwi bin Muhammad bin Tohir. Banyak orang yakin akan ke-keramatan almarhum Habib Abdullah yang wafat pada 29 Zulhijjah 1351 Hijriah atau 24 April 1933. Dalam riwayat kekeramatannya, Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atas disebut sebagai seorang waliullah. Ia juga seorang ulama panutan para ahli tasawuf dan menjadi suri teladan jin. Keturunan Nabi Menurut Habib Zainal Abidin, Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atas merupakan keturunan ke-36 dari Nabi Muhammad SAW lewat Siti Fatimah, putrinya yang menikah dengan Ali bin Abu Talib, saudara sepupu Rasulullah. Fatimah adalah ibu dari kakak-beradik Hasan dan Husein. "Dengan begitu, ayah saya adalah keturunan ke-38 dan saya sendiri keturunan ke-39," kata laki-laki 45 tahun yang menjadi juru bicara Habib Abdullah bin Zein, ayahnya yang sudah berusia 70-an tahun. "Namun, perlu diingat, tak semua keturunan Nabi Muhammad menjadi ulama yang layak diteladani. Seperti buah yang jatuh dari sebatang pohon, anak-cucu Rasulullah juga ada yang baik, tetapi ada pula yang tidak," kata Habib Mahdi bin Sholeh bin Syekh Abubakar (32), menantu Habib Abdullah bin Zein. Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atas berasal dari Yaman, negeri di tenggara Arab Saudi. Ia dilahirkan di Kampung Khuraidoh, Hadramaut, pada 20 Ju-madiawal 1275 Hijriah atau 16 Desember 1859. Setelah menunaikan ibadah haji yang kedua pada 1866 atau 1867, Habib Abdullah pergi berkelana ke berbagai penjuru dunia untuk mencari karunia Tuhan dan penghidupan. Perjalanan pengembaraan inilah yang membawanya ke Indonesia. Sumber lain menyebut, Habib Abdullah pergi ke Indonesia dari Mekkah setelah ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Sesampai di Indonesia, ia bertemu dengan Habib Ahmad bin Hamzah Al-Atas, ulama di daerah Pakojan, yang memerintahkannya untuk berziarah kepada Habib Husen di Luar Batang, juga di Jakarta. Dari sana, ia kemudian ia melanjufkan perjalanan ke Bogor dan menetap di sana sampai akhir hayat. (MULYAWAN KARIM)

Referensi

  1. ^ Organisasi ini semula berpusat di Hadramaut, daerah hunian baru bagi migran dari Mekkah. Sekarang pusat kegiatan terdapat di Tanah Abang, Jakarta, karena Indonesia merupakan negara dengan populasi habib terbanyak.

Pranala luar