Lompat ke isi

Stasiun Babat

Koordinat: 7°6′23″S 112°10′19″E / 7.10639°S 112.17194°E / -7.10639; 112.17194
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 Februari 2021 14.14 oleh 182.1.80.118 (bicara)
Stasiun Babat

Tampak depan Stasiun Babat, 2020
Lokasi
Koordinat7°6′23″S 112°10′19″E / 7.10639°S 112.17194°E / -7.10639; 112.17194
Ketinggian+7 m
Operator
Letak
Jumlah peron4 (satu peron sisi yang rendah dan tiga peron pulau yang tinggi)
Jumlah jalur7 (jalur 3 dan 4: sepur lurus)
LayananJayabaya, Harina, Gumarang, Dharmawangsa, Sancaka Utara, Kertajaya (reguler & tambahan), Maharani, Ambarawa Ekspres, Ekonomi Lokal Bojonegoro, dan Parcel ONS (over-night service)
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiI[2]
Operasi layanan
Lua error in Modul:Adjacent_stations at line 237: Jalur tidak dikenal "KRD Bojonegoro".
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Musala Toilet Area merokok Ruang menyusui 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Babat (BBT) adalah stasiun kereta api kelas I yang terletak di Babat, Babat, Lamongan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +7 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya dan merupakan stasiun KA yang lokasinya paling barat di Kabupaten Lamongan. Walaupun bangunan stasiun ini lebih besar daripada Stasiun Lamongan, kereta api yang melintas lebih banyak yang berhenti di Lamongan.

Kereta api penumpang yang melintas langsung/tidak berhenti di stasiun ini adalah KA Argo Bromo Anggrek dan Sembrani.

Sejarah

Generasi pertama

Pada tanggal 1 September 1897, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) mendapat konsesi izin pembangunan jalur kereta api baru. Jalur ini akan menghubungan Stasiun Gundih yang sudah ada sebelumnya dengan calon stasiun baru NIS di Surabaya (kini Stasiun Pasarturi).[4] Dengan berbekal konsesi tersebut, NIS mulai membangun jalurnya dengan sepur sempit 1.067 mm. Mengingat terbatasnya dana dan biaya, semua stasiun dan perhentian yang terletak di lintas tersebut sangat sederhana dan terbuat dari kayu, termasuk Stasiun Babat. Stasiun ini diresmikan berbarengan dengan peresmian lintas Babat–Lamongan pada tanggal 15 Agustus 1900 dan pada 1 Februari 1903, jalur kereta api Gundih–Surabaya telah selesai dibangun.[5][6]

Pada Senin, 12 Januari 1914, koran Algemeen Handelsblad memberitakan bahwa Stasiun Babat generasi pertama akan dirombak guna mendukung kelancaran angkutan barang dan persiapan pembangunan jalur cabang ke Merakurak.[7]

Generasi kedua

Bangunan Stasiun Babat generasi pertama kemudian diperbesar dengan mengganti kanopi kecil dengan kanopi pelana—serupa kanopi di Stasiun Lempuyangan, Stasiun Bojonegoro, dan Stasiun Surabaya Pasarturi—serta mengubah bangunan yang sebelumnya semipermanen menjadi permanen.

Kemungkinan, bangunan stasiun generasi kedua ini mulai dipergunakan pada kisaran tahun 1920-an. Adapun buktinya, yaitu memiliki fisik yang cenderung serupa dengan stasiun-stasiun NIS lainnya yang juga diresmikan pada dekade tahun 1920-an, seperti Stasiun Tuban dan Stasiun Wonogiri. Stasiun-stasiun tersebut memiliki kemiripan di struktur atapnya, bangunan utama, dan adanya kanopi yang menaungi teras depan dan peron sisi.

Hingga kini, bangunan Stasiun Babat generasi kedua ini masih tetap dipertahankan.

Bangunan dan tata letak

Sisi barat halaman depan Stasiun Babat, 2019
Kereta api Ambarawa Ekspres saat meninggalkan Stasiun Babat, 2020. Terdapat peron baru di antara jalur 4 dan 5 dari kejauhan.

Awalnya, stasiun ini menggunakan sistem persinyalan mekanik dan memiliki enam jalur kereta api dengan jalur 3 merupakan sepur lurus ditambah dua sepur badug yang mengarah ke gudang di sebelah barat stasiun, satu sepur badug masing-masing di sisi timur laut dan barat daya stasiun, serta satu sepur badug yang terdapat di antara jalur 3 dan 4 eksisting. Setelah jalur ganda pada segmen mulai stasiun ini hingga Stasiun Bojonegoro resmi dioperasikan pada pertengahan April 2014[8] dan kemudian hingga Stasiun Kandangan pada awal Mei 2014[9], jumlah jalurnya bertambah menjadi tujuh. Sepur badug di area tengah tersebut diubah menjadi jalur 4 yang baru sebagai sepur lurus untuk arah Surabaya, jalur 3 dijadikan sebagai sepur lurus untuk arah Semarang saja. Selain itu, sistem persinyalannya telah diganti dengan sistem persinyalan elektrik.

Sejak November 2019, terdapat peron pulau baru yang terletak di antara jalur 4 dan 5 yang baru serta peron pulau yang terletak di antara jalur 2 dan 3 sudah dipanjangkan, sehingga jumlah peron di stasiun ini kini berjumlah empat buah: satu peron sisi dan tiga peron pulau. Stasiun ini juga memiliki depo lokomotif dan pemutar rel, tetapi sudah lama tidak dipakai lagi.

Dahulu di sebelah barat stasiun ini terdapat jalur cabang yang akan berakhir di Tuban (dari jalur 1) dan Jombang (dari jalur 5), tetapi kedua jalur cabang tersebut sudah dinonaktifkan. Berdasarkan Perpres No. 80 Tahun 2019, jalur menuju Tuban hingga Merakurak ini direncanakan akan kembali diaktifkan supaya mendukung pemerataan dan percepatan pembangunan di sekitar wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).[10] Selain itu, rencana reaktivasi jalur ini juga tercantum dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional tahun 2018.[11]

Layanan kereta api

Penumpang

Kelas campuran

Kelas ekonomi premium

Kelas ekonomi plus

Ambarawa Ekspres, tujuan Semarang dan tujuan Surabaya

Lokal/komuter ekonomi

Ekonomi Lokal Bojonegoro, tujuan Bojonegoro dan tujuan Surabaya bersambung Sidoarjo

Ekonomi Lokal Cepu, tujuan Cepu dan tujuan Surabaya

Barang

Parcel ONS (over-night service), tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya

Papasan dan persusulan

KA Dharmawangsa tujuan Surabaya (KA 136) berpapasan dengan KA Sembrani tujuan Jakarta (KA 81) yang melintas langsung.

Jadwal kereta api

Berikut ini adalah jadwal kereta api penumpang yang berhenti di Stasiun Babat per 10 Februari 2021 (revisi Gapeka 2021).

  • KA reguler
No. KA KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat
256A Kertajaya Surabaya Pasarturi (SBI) Ekonomi Premium 00.20 00.23
128 Gumarang Eksekutif & Bisnis 01.40 01.43
106/107 Jayabaya Surabaya Pasarturi (SBI) bersambung Malang Kotabaru (ML) Eksekutif & Ekonomi Plus 02.35 02.38
267 Maharani Semarang Poncol (SMC) Ekonomi Premium 06.59 07.02
396 Ekonomi Lokal Cepu Surabaya Pasarturi (SBI) Lokal Ekonomi 06.02 06.04
125/124 Harina Eksekutif & Ekonomi Premium 07.03 07.05
395 Ekonomi Lokal Cepu Cepu (CU) Ekonomi Plus 10.52 10.54
404/405 Ekonomi Lokal Bojonegoro Bojonegoro (BJ) Lokal Ekonomi 12.47 12.49
398 Ekonomi Lokal Cepu Surabaya Pasarturi (SBI) 14.40 14.42
266 Maharani Ekonomi Premium 15.15 15.18
406/407 Ekonomi Lokal Bojonegoro Surabaya Pasarturi (SBI) bersambung Sidoarjo (SDA) Lokal Ekonomi 15.28 15.30
266 Maharani Surabaya Pasarturi (SBI) Ekonomi Premium 15.17 15.20
108/105 Jayabaya Jakarta Pasar Senen (PSE) Eksekutif & Ekonomi Plus 15.31 15.34
127 Gumarang Eksekutif & Bisnis 16.35 16.38
129/132 Harina Cikampek (CKP) bersambung Bandung Hall (BD) Eksekutif & Ekonomi Premium 17.51 17.54
136 Dharmawangsa Surabaya Pasarturi (SBI) Eksekutif & Ekonomi 18.26 18.29
255A Kertajaya Jakarta Pasar Senen (PSE) Ekonomi Premium 22.07 22.10
170/167/166 Sancaka Utara Surabaya Pasarturi (SBI) Eksekutif & Bisnis 23.27 23.30
135 Dharmawangsa Jakarta Pasar Senen (PSE) Eksekutif & Ekonomi 23.36 23.39
  • KA tambahan (beroperasi pada masa lebaran dan natal-tahun baru; terkadang juga pada hari libur nasional atau akhir pekan tertentu)
No. KA KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat
7014 Kertajaya Tambahan Surabaya Pasarturi (SBI) Bisnis & Ekonomi Plus 16.04 16.07
7013 Jakarta Pasar Senen (PSE) 22.50 22.53

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ Data Stasiun Kereta Api (2017), Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
  3. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  4. ^ Handinoto. (1996). Perkembangan kota dan arsitektur kolonial Belanda di Surabaya, 1870-1940 (edisi ke-Ed. 1., cet. 1). Yogyakarta: Diterbitkan atas kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Kristen PETRA Surabaya dan Penerbit ANDI Yogyakarta. ISBN 9795333739. OCLC 38898570. 
  5. ^ Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935. 
  6. ^ Reitsma, Steven Anne (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlandsch-Indische Spoor en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLFF & Co. hlm. 119. 
  7. ^ "Uit Tjepoe schrijft men aan het N. v. d. D. v. N.-I-:". Algemeen Handelsblad. 12-01-1914. hlm. 10. 
  8. ^ Aziz, Abd (2014-04-22). "Rel jalur ganda Surabaya-Bojonegoro tersambung 55 km". Antara News. Diakses tanggal 2020-04-18. 
  9. ^ "Rel Ganda Tersambung, Bulan Depan Kereta Ditambah". Tempo.co. 2014-05-09. Diakses tanggal 2020-04-19. 
  10. ^ Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tahun 2019 Tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik – Bangkalan – Mojokerto, Surabaya – Sidoarjo – Lamongan, Kawasan Bromo - Tengger - Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan
  11. ^ Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2018 (PDF). Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan. 2018. 

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api tahun 2019

Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Bowerno
menuju Gambringan
Gambringan–Surabaya Pasarturi Gembong
Tangkir
menuju Merakurak
Merakurak–Babat Terminus
Terminus Babat–Jombang Nguwok
menuju Jombang