Loango-Angola Belanda
Loango-Angola Belanda Loango-Angola | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1641–1648 | |||||||||
Kota Luanda oleh Johannes Vingboons (1665) | |||||||||
Status | Koloni | ||||||||
Ibu kota | Luanda | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Belanda (resmi) Kongo, Chokwe, Umbundu, Kimbundu, Ngangela, Kwanyama, Lingala | ||||||||
Agama | Reformasi Belanda, Agama tradisional Afrika | ||||||||
Gubernur | |||||||||
• 1641–1642 | Pieter Moorthamer | ||||||||
• 1642–1648 | Cornelis Hendrikszoon Ouman | ||||||||
Sejarah | |||||||||
26 Agustus 1641 | |||||||||
21 Agustus 1648 | |||||||||
Mata uang | Guilder Belanda | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Angola Republik Kongo | ||||||||
Loango-Angola merupakan nama bagi kepemilikan Perusahaan Hindia Barat Belanda di kawasan yang saat ini adalah Angola dan Republik Kongo. Utamanya, nama ini merujuk pada koloni yang diduduki dari Portugis antara tahun 1641 dan 1648. Setelah Angola direbut kembali oleh Portugis pada tahun 1648, perdagangan yang dilakukan Belanda dengan Loango-Angola, tetapi, tidak berhenti begitu saja. Sejak sekitar tahun 1670 dan seterusnya, Perusahaan Hindia Barat Belanda mengakuisisi budak dari wilayah Loango secara teratur, dan pedagang bebas dari Belanda terus melakukan praktik ini sampai dengan setelah tahun 1730.[1]
Dikarenakan jauhnya jarak antara Luanda dan Elmina, ibu kota Pantai Emas Belanda, pemerintahan tersendiri bagi "Selatan Afrika" didirikan di Luanda selama periode pendudukan Belanda.[2]
Sejarah
Upaya awal (1624)
Sebagai bagian dari rencana Groot Desseyn, Perusahaan Hindia Barat Belanda yang telah didirikan pada tahun 1621, mencoba untuk merebut Luanda setelah mereka berhasil merebut Salvador da Bahia, ibu kota Brasil. Di bawah kepemimpinan Piet Hein, armada Belanda mencoba untuk merebut Luanda pada tahun 1624, tetapi gagal, dikarenakan Filips van Zuylen juga telah mencoba untuk merebut kota itu beberapa bulan sebelumnya, yang menyebabkan Portugis untuk membangun pasukan bantuan.
Setelah Piet Hein berhasil merebut harta armada Spanyol pada tahun 1628, Perusahaan Hindia Barat Belanda sekali lagi mencoba untuk mengatur rencana pergerakan Groot Desseyn. Dengan banyaknya sumber daya untuk membayar pengeluaran militer mereka, Belanda berhasil merebut Recife dan Olinda, wilayah inti perkebunan tebu Brasil, di awal tahun 1630.
Perebutan Luanda (1641)
Pada tahun 1641, armada Belanda di bawah komando Cornelis Jol, merebut Luanda dari Portugis. pasukan Belanda menguasai Luanda dan menandatangani perjanjian dengan Ratu Nzinga dari Kerajaan Ndongo. Nzinga berhasil menyerang Portugis di Massangano. Ia merekrut pejuang baru dan bersiap untuk ikut serta bersama Portugis kembali dalam pertempuran, tetapi Salvador Correia de Sá memimpin pasukan Portugis dari Brasil dalam mengusir Belanda, dan menegaskan kembali kendalinya di Angola. Pasukan Nzinga tersebut mundur kembali ke Matamba.[3]
Belanda memerintah Angola dari 26 Agustus 1641 sampai 21/24 Agustus, 1648, menempati daerah pesisir (di bawah gubernur Perusahaan Hindia Barat Belanda) dari Angola. Serangan ini merupakan puncak dari rencana yang pertama kali diusulkan oleh Raja Pedro II dari Kongo pada tahun 1622. Setelah armada Belanda di bawah Laksamana Cornelis Jol merebut Luanda, Portugis menarik diri ke Sungai Bengo, tetapi setelah pembaharuan aliansi Kongo-Belanda, Bengo diserang dan kemudian pasukan Portugis mundur ke Massangano. Belanda tidak tertarik dalam menaklukkan Angola, dikarenakan kecewa terhadap Raja Garcia II dari Kongo dan Ratu Nzinga karena keduanya menekan mereka untuk membantu dalam mengusir Portugis dari koloni tersebut. Namun, pemerintah Belanda menyadari bahwa mereka tidak dapat memonopoli perdagangan budak dari Angola hanya dengan memegang Luanda dan beberapa tempat di dekatnya, dan terlebih lagi, Portugis mengirimkan beberapa bantuan ekspedisi ke Massangano dari Brasil. Akibatnya, pada tahun 1647, Belanda menyetujui untuk memperkuat pasukan Nzinga menyusul kekalahan oleh pasukan Portugis pada tahun 1646. Pada Pertempuran Kombi Belanda dan tentara Nzinga menghancurkan tentara Portugis dan setelahnya mengepung Ambaca, Massangano dan Muxima.
Catatan
- ^ Postma 1990, hlm. 101.
- ^ Postma 1990, hlm. 60.
- ^ Fage 1986, hlm. 354.
Referensi
- Fage, J.D.; Roland Anthony Oliver (1986). The Cambridge History of Africa.
- Postma, Johannes M. (1990). The Dutch in the Atlantic Slave Trade, 1600-1815. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-36585-6.