Theodora (abad ke-11)
Theodora Porphyrogenita | |
---|---|
Maharani dari Kekaisaran Romawi Timur | |
Berkuasa | 19 April 1042 – 31 Agustus 1056 (14 tahun, 134 hari) |
Pendahulu | Michael V & Zoe |
Penerus | Michael VI |
Co-reign | Zoe[1] (1042-1050) Konstantinus IX (1042-1055) |
Pemakaman | |
Dinasti | Dinasti Makedonia |
Ayah | Konstantinus VIII |
Ibu | Helena |
Theodora (bahasa Yunani: Θεοδώρα, Theodōra, tahun 980 – akhir Agustus/awal September, 1056) merupakan Maharani Bizantium. Lahir di dalam Dinasti Makedonia yang telah memerintah di Kekaisaran Romawi Timur selama hampir dua ratus tahun, ia merupakan pemimpin gabungan yang memerintah bersama dengan saudara perempuannya Zoe selama dua bulan di tahun 1042 dan pemimpin tunggal dari tanggal 1 Januari, 1055 s/d 31 Agustus, 1056. Ia merupakan garis keturunan terakhir Makedonia, dan atas kematiannya, kekaisaran memasuki periode penurunan yang berlangsung sampai aksesi Alexios I Komnenos di tahun 1081.
Kehidupan awal
Ia merupakan putri terkecil dari Kaisar Bizantium Konstantinus VIII dan Helena, putri Alypius.[2]Posisinya sebagai puteri kekaisaran yang memenuhi syarat dianggap pasangan yang ideal untuk Kaisar Romawi Suci di barat, Otto III di tahun 996.[3]Ternyata ia adalah seorang wanita yang polos, ia diabaikan demi saudara perempuannya Zoe, yang diseleksi sebagai mempelai wanita yang berpotensial, namun Otto III wafat sebelum mereka dapat menikah.[4]Sejak saat itu, Theodora menjalani kehidupan di dalam kegelapan total virtual kekaisaran gynaeceum[5]sampai keadaan (pamannya Basil II meninggal tanpa keturunan dan ayahnya yang telah meninggal tidak memiliki keturunan laki-laki) mendesaknya ke dalam pusat politik kekaisaran.[6] Cerdas, dan memiliki karakter yang kuat dan keras, Theodora menantang ayahnya dengan menolak untuk menikah dengan pria yang telah dipilihnya untuk menggantikannya, Romanos Argyros, dengan dalih, pertama-tama, Romanos sudah menikah – istrinya menjadi seorang monastik untuk mengijinkan Romanos untuk menikah ke dalam keluarga kekaisaran.[7]Kedua, ia menjelaskan bahwa Romanos dan dirinya adalah sepupu ketiga, hubungan darah terlalu dekat untuk pernikahan.[8]Sebagai akibatnya, Constantine VII terpaksa untuk memilih saudara perempuan Theodora, Zoe, yang menikahi Romanos sebagai gantinya di tahun 1028.[9]
Dengan aksesi Romanos, Theodora bersikap bijaksana dan mundur kembali ke gynaeceum, dengan rutinitas sehari-harinya yang religius,[10] tapi ini tidak menutupinya dari kecemburuan saudara perempuannya. Theodora tidak pernah diampuni untuk menjadi pilihan pertama ayahnya,[11] Zoe meyakinkan suaminya untuk menunjuk satu dari pengawalnya sebagai kepala dari rumah tangga Theodora, dengan perintah untuk memata-matai Theodora.[12]Tak lama setelah itu, Theodora dituduh berkomplot untuk merebut tahta dengan Presian dari Bulgaria. Meskipun Presian dibuat menjadi buta dan dikirim ke sebuah biara, Theodora tidak dihukum, namun di tahun 1031 ia kembali dituduh di dalam konspirasi lainnya, kali ini dengan Constantine Diogenes, Archon dari Sirmium.[13]Ia dituduh menjadi bagian dari konspirasi tersebut, dan dipaksa dan dikurung di dalam Biara Petrion. Zoe kemudian mengunjunginya dan mendesaknya untuk mengambil Perintah Suci.[14]Ia akan menetap disana selama 13 tahun, ketika Zoe mengelola kekaisaran bersama dengan suaminya, Romanos III dan, setelah ia meninggal, Michael IV.
Wakil Maharani dengan Zoe
Atas kematian Michael IV di bulan Desember 1041, Zoe mengadopsi keponakan Michael, yang dimahkotai sebagai Michael V.[15]Meskipun ia berjanji untuk menghormati Zoe, ia langsung dibuang ke Biara Kepulauan Pangeran dengan tuduhan percobaan pembunuhan raja.[16]Perlakuan terhadap pewaris sah Dinasti Makedonia menyebabkan pemberontakan populer di Konstantinopel, dan pada tanggal 19 April, 1042, rakyat menggulingkan Michael V dengan dukungan bukan hanya dari Zoe, namun juga dari Theodora. Michael V, putus asa dalam mempertahankan tahtanya, Zoe dibawa kembali dari Kepulauan Pangeran dan ditampilkan kepada rakyat,[17]namun desakan bahwa ia terus memerintah bersama Zoe ditolak. [18]Para anggota kunci istana memutuskan bahwa Zoe yang bertingkah itu memerlukan seorang wakil-pemimpin, dan orang yang tepat menjabat posisi tersebut adalah saudara perempuannya, Theodora. Sebuah delegasi menuju Patrician Constantine Cabasilas[19] pergi ke Biara Petrion untuk meyakinkan Theodora untuk menjadi wakil-maharani bersama-sama dengan saudara perempuannya.[18] Theodora menolak permohonan mereka, dan melarikan diri ke kapel biara untuk mencari suaka. Constantine dan pengikutnya mengejarnya, dengan paksa menyeretnya dan mengganti pakaian biaranya dengan pakaian kekaisaran.[19]Pada pertemuan di Hagia Sophia, orang-orang yang mengawal Theodora yang marah dari Petrion, dan mengumumkannya sebagai maharani bersama dengan Zoe.[20]Setelah memahkotai Theodora, massa menyerbu ke dalam istana, memaksa Michael V untuk melarikan diri ke biara.[21]
Zoe segera mendapatkan kekuasaan dan mencoba untuk memaksa Theodora kembali ke biara, namun Senat dan pihak lain meminta agar kedua bersuadara itu dapat memerintah bersama-sama.[22]Di dalam tindakan pertamanya, Theodora dipanggil untuk melakukan apa yang saudaranya tak akan melakukannya – berurusan dengan Michael V. Zoe, lemah dan mudah dimanipulasi, ingin mengampuni dan membebaskan Michael. Theodora memiliki karakter yang lebih kuat daripada saudaranya; pertama-tama ia menjanjikan keselamatan Michael sebelum ia memerintahkan untuk membutakannya dan menghabiskan seluruh hidupnya sebagai seorang biarawan.[23]Selesai menangani Michael V, Theodora menolak untuk meninggalkan Hagia Sophia sampai ia menerima pesan dari Zoe, 24 jam lamanya setelah Theodora dimahkotai.[24]Secara resmi, ketika Theodora masih merupakan maharani junior, dan tahtanya masih berada sedikit dibelakang Zoe di dalam upacara-upacara umum, ia adalah kekuatan pendorong dibelakang administrasi gabungan. Kedua kakak beradik tersebut kemudian memproses untuk mengelola kekaisaran, difokuskan pada pembatasan penjualan kantor publik dan administrasi peradilan.[25] Meskipun Michael Psellus menyatakan bahwa pemerintahan gabungan tersebut merupakan sebuah kegagalan total, John Scylitzes menjelaskan bahwa mereka sangat rajin memperbaiki penyalahgunaan di dalam pemerintahan sebelumnya.[26]
Meskipun Theodora dan Zoe muncul bersama-sama di dalam pertemuan Senat, atau ketika mereka memeberikan audiensi publik, segera terlihat bahwa pemerintahan gabungan mereka berada di bawah ketegangan yang masuk akal.[27] Zoe masih merasa iri pada Theodora, dan tidak memiliki hasrat untuk mengelola kekaisaran, namun tidak akan mengijinkan Theodora untuk melaksanakan binis publik sendirian. Istana segera terbagi menjadi dua, dengan fraksi-fraksi yang dibentuk dibelakang setiap maharani.[27]Setelah dua bulan ketajaman dari perbedaan mereka meningkat, Zoe memutuskan untuk mencari suami yang baru, jadi menyangkal Theodora adalah kesempatan untuk meningkatkan pengaruhnya, membendung dari bakat saudaranya dalam memerintah.[28]Ia akhirnya menikahi Konstantinus IX Monomachos, pada tanggal 11 Juni, 1042, dan manajemen kekaisaran diserahkan kepadanya.[29]Meskipun secara resmi Theodora dan Zoe tetap diakui sebagai maharani dan Theodora tetap muncul di segala fungsi resmi, seluruh kekuasaan diserahkan kepada saudara iparnya. Oleh karena itu ia masih dapat memiliki beebrapa pengaruh di istana, seperti demonstrasi perintahnya untuk menahan dan membutakan John yang Dikebiri, seorang menteri yang berkuasa yang memerintah di istana Romanos III, Michael IV dan Michael V, yang hidup di dalam pengasingan setelah Michael V digulingkan.[30]
Perlakuan preferensial Konstantinus IX terhadap istrinya pada bagian awal pemerintahannya membuat tersebarnya rumur bahwa ia berencana untuk membunuh baik Zoe dan Theodora.[31]Hal ini memicu terjadinya pemberontakan dari rakyat Konstantinopel di tahun 1044, yang diredakan oleh kemunculan Zoe dan Theodora di teras, yang memastikan massal bahwa mereka tidak dibunuh.[32]
Kembali berkuasa
Zoe akhirnya wafat di tahun 1050, ketika Konstantinus IX akhirnya wafat pada tanggal 11 Januari, 1055. Pada saat Konstantinus sekarat, ia dibujuk oleh para kanselirnya, terutama logothetes tou dromou John Leichoudes, untuk mengabaikan hak-hak Theodora dan mewariskan tahta kepada doux dari Bulgaria, Nikephoros Proteuon.[33]Namun rencana mereka digagalkan oleh Theodora, yang, meskipun 70 tahun usianya, dengan penuh semangat menegaskan kembali hak aktif untuk memerintah. Ia dibawa ke suatu tempat pengunduran dirinya di dalam sebuah biara, memegang Senat dan diumumkan sebagai "kaisar" oleh pengawal kekaisaran tak lama setelah kematian Konstantinus.[34][35]
Diikuti dengan pembersihan para pejabat senior dan pemimpin unit militer Eropa. Nikephoros Bryennios, yang merupakan tagmata barat sebalkinya kelihatan ingin mengumumkan kaisar, juga dibubarkan dan diasingkan atas perintah Theodora,[36][37]setelah itu ia menyita seluruh propertinya dan memusnahkan para pendukungnya dari istana.[33]
Theodora menjadi sakit parah dengan gangguan usus di akhir bulan Agustus 1056, dan wafat beberapa hari kemudian, pada tanggal 31 Agustus, 1056, pada usia 76 tahun.[38]Tidak memiliki keturunan dan merupakan anggota terakhir dari dinastinya, ia telah memilih orang kesukaannya, bekas menteri keuangan militer, Michael VI Bringas, sebagai pewarisnya atas rekomendasi kepala menterinya, Leo Paraspondylos.[39]Berharap untuk sembuh dari sakitnya, Theodora membuat penggantinya bersumpah bahwa ia akan selalu mematuhi perintah-perintahnya ketika ia masih hidup. Pada akhirnya ia tidak dapat mematuhinya dengan lama, karena Theodora selamat dari nominasinya hanya beberapa jam saja.[40]
Karena Michael VI tidak ada hubungan dengan dinasti Makedonia yang telah memerintah Kerajaan Bizantium selama 189 tahun, ia tidak menerima dukungan umum. Kekurangan dukungan tersebut mengakibatkan sebuah seri konflik dari berbagai keluarga bangsawan yang berlangsung di tahun 1056 sampai 1081 sampai Dinasti Komnenos.
Sumber
Sumber pertama
- Michael Psellus, Chronographia.
Sumber kedua
- Norwich, John Julius (1993), Byzantium: The Apogee, Penguin, ISBN 0-14-011448-3
- Kazhdan, Alexander, ed. (1991), Oxford Dictionary of Byzantium, Oxford University Press, ISBN 978-0-19-504652-6
- Garland, Linda (1999), Byzantine Empresses: Women and Power in Byzantium AD 527–1204, Routledge, ISBN 978-0-415-14688-7 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan) - Canduci, Alexander (2010), Triumph & Tragedy: The Rise and Fall of Rome's Immortal Emperors, Pier 9, ISBN 978-1741965988
- Treadgold, Warren T. (1997), A History of the Byzantine State and Society, Stanford, CA: Stanford University Press, ISBN 978-0804726302 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan) - George Finlay, History of the Byzantine Empire from 716 – 1057, William Blackwood & Sons, 1853
Referensi
- ^ Kazhdan, pg. 2038
- ^ Kazhdan, pg. 503
- ^ Norwich, pg. 253
- ^ Norwich, pg. 259
- ^ Norwich, pg. 269
- ^ Canduci, pg. 265
- ^ Finlay, pg. 465
- ^ Norwich, pg. 270
- ^ Canduci, pg. 257
- ^ Norwich, pg. 276
- ^ Canduci, pg. 269
- ^ Finlay, pg. 469
- ^ Kazhdan, pg. 627
- ^ Finlay, pg. 471
- ^ Finlay, pg. 495
- ^ Norwich, pg. 295
- ^ Norwich, pg. 297
- ^ a b Finlay, pg. 496
- ^ a b Norwich, pg. 298
- ^ Norwich, pg 299
- ^ Norwich, pg. 300
- ^ Finlay, pg. 497
- ^ Norwich, pg. 301
- ^ Norwich, pg. 304
- ^ Finlay, pg. 498
- ^ Norwich, pg. 305
- ^ a b Norwich, pg. 306
- ^ Finlay, pg. 499
- ^ Norwich, pg. 307
- ^ Finlay, pg. 505
- ^ Norwich, pg. 309
- ^ Finlay, pg. 503
- ^ a b Finlay, pg. 527
- ^ Garland (1999), pp. 165–166
- ^ Treadgold (1997), pp. 596
- ^ Kazhdan, pg. 329
- ^ Treadgold, pg. 597
- ^ Finlay, pg. 529
- ^ Kazhdan, pg. 1366
- ^ Norwich, pg. 327
Pranala luar
Theodora (abad ke-11) Lahir: 984 Meninggal: setelah 31 Agustus, 1056
| ||
Gelar | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Konstantinus IX |
Maharani Bizantium 1055–1056 |
Diteruskan oleh: Michael VI |