Lompat ke isi

Dorokandang, Lasem, Rembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dorokandang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenRembang
KecamatanLasem
Kode pos
59271
Kode Kemendagri33.17.14.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas203,5 ha
Jumlah penduduk-
Kepadatan-


Berkas:449 Lasem 1990.jpg
Stasiun Lasem pasca dinonaktifkan, terletak di dukuh Persilan dan dukuh Trobayan, Dorokandang

Dorokandang adalah desa di kecamatan Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Indonesia.

Geografi

Desa Dorokandang termasuk desa kota di Kecamatan Lasem, berjarak lebih kurang 2,5 km ke arah barat dari ibukota kecamatan Lasem dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.

Utara Jalan Raya Lasem dan desa Gedongmulyo
Timur Desa Babagan
Selatan Desa Kasreman (Kecamatan Rembang)
Barat Desa Gedongmulyo dan desa Punjulharjo (Kecamatan Rembang)

Desa Dorokandang mempunyai luas wilayah seluas 203,5 ha dan terletak di dataran rendah. Desa yang terletak di bagian terbarat kota Lasem ini terbagi dalam beberapa dusun/dukuh, yaitu:

Tokoh

Rupang dari Raden Panji Margono.
  1. Di desa ini terdapat makam salah satu Pahlawan Lasem yaitu Raden Panji Margono (RPM Tedjokusumoputro) putra Adipati Lasem Tejokusumo V periode 1714-1727. Beliau salah satu Tiga Bersaudara bersama Mayor Oey Ing Kiat (Adipati Tumenggung Widyaningrat, Adipati Lasem 1727-1750) dan Tan Kee Wie. Mereka adalah 3 (tiga) pemimpin pemberontakan Tionghoa – Mataram terhadap VOC di Lasem. Bersama Tan Kee Wie, seorang pendekar kungfu dan pengusaha Lasem, mereka bersumpah untuk mengikatkan diri sebagai tiga saudara angkat. Makam Raden Panji Margono terletak di dukuh Sambong, desa Dorokandang. Untuk mengenang kepahlawanan Tiga Bersaudara itu, masyarakat Lasem terutama warga Tionghoa, membuat monumen berupa klenteng Gie Yong Bio di desa Babagan. Mereka dianggap Dewa Penyelamat/Kongco bagi warga Tionghoa dan dibuat Rupangnya dipuja oleh masyarakat Tionghoa. Rupang Kongco Raden Panji Margono (RPM Tedjokusumoputro) berada di altar khusus. Rupang Oey Ing Kiat dan Tan Kee Wie, menyatu berdampingan dialtar utama. R.Panji Margono juga dikenal dengan nama samarannya yaitu Tan Pan Ciang saat Perang Kuning. (Abad ke-18)
  2. Panglima Tionghoa Singseh (Tan Sin Ko) yang merupakan salah satu pahlawan nasional (sedang diajukan) yang bersama kaum pribumi berjuang melawan VOC. Beliau adalah sahabat dekat dari Raden Said (Alap-alap Sambernyawa/Mangkunegara). Makamnya terletak di Bong Singseh, tepatnya di areal persawahan Dukuh Narukan. (Abad ke-18)
  3. Ki Mursada, beliau adalah abdi setia dari RP.Margono, bersama dengan Ki Galiyo. Beliau dimakamkan di bawah pohon trenggulun dekat makam RP.Margono, sementara Ki Galiyo (Mbah Sedandang) dimakamkan di utara Jalan Raya Rembang-Lasem dengan nama Makam Sedandang. (Abad ke-18)
  4. Raden Panji Witono, adalah putra bungsu dari Raden Panji Margono. Beliau sejak kecil dikucilkan oleh masyarakat karena dianggap anak brandal (istilah dari VOC bagi pemberontak yang menentang VOC). Beliau membunuh mandor kerja rodi di jalan Rembang-Lasem dan melarikan diri ke Kaliwungu sampai wafat dan dimakamkan di sana. (Abad ke-18)
  5. Raden Panji Kamzah, adalah keturunan Raden Panji Margono. Beliau yang menulis naskah Carita Lasem sebagai kisah pembuka pada Kitab Sabda Badra Santi karangan Mpu Santibadra Tumenggung Wilwatikta, yang masih terhitung sebagai sesepuhnya. Beliau dimakamkan di pemakaman dukuh Sambong. (Abad ke-19)
  6. Jaswadi, beliau adalah seorang kamituwo (Kadus I) yang dahulu rumahnya berada di belakang kantor Dinas P & K Lasem, dukuh Persilan. Almarhum Jaswadi merupakan sosok yang menjunjung tinggi adat Jawa. (Abad ke-21)
  7. Sukarman, beliau adalah seorang mantan kepala desa Dorokandang. Pada masa pemerintahannya, kantor kepala desa Dorokandang dipindahkan dari dukuh Persilan (di rumahnya) menuju ke dukuh Sambong sampai sekarang ini. Masa tua beliau sangatlah tidak seperti pemimpin besar, beliau wafat dalam keadaan ekonomi yang serba pas-pasan (wong cilik). (Abad ke-21)
  8. Hadi Pawiro, atau Mbah Abas, beliau adalah seorang veteran pada zaman penjajahan Jepang. Almarhum Hadi tinggal di dukuh Persilan dan menghabiskan masa tua sampai wafatnya sebagai seorang peladang dan pembuat sapu kelud. (Abad ke-21)
  9. Mbah Karban, beliau adalah seorang tokoh Islam Jawa yang menjunjung tinggi ilmu luhur Jawa. Almarhum dahulu tinggal di dukuh Sambong dan masih saudara tiri dengan Mbah Hadi Abas Pawiro. (Abad ke-21)
  10. Sentot Ali Muksin, adalah seorang seniman karawitan, ketoprak dan seni beladiri. Beliau berasal dari Jepara dan menikah dengan warga Dorokandang. Tempat tinggalnya di dukuh Persilan. Masa tua beliau sangat memprihatinkan, banyak diisi dengan kegiatan memancing, serta merawat burung kicauan. (Abad ke-21)
  11. Mbah Kardi, adalah seorang seniman Jaran Kepang (Kuda Lumping) dan Barongan sekaligus kepala paguyupan seni kuda lumping Songgo Buwono di dukuh Narukan. Walaupun beliau berasal dari Desa Jeruk Pancur, namun beliau berjasa melestarikan seni Kuda Lumping dan mengharumkan nama Desa Dorokandang.
  12. Ali Ghofar, adalah seorang politikus (DPRD Rembang) dari Partai Keadilan Sejahtera yang telah membangun yayasan pendidikan Mutiara Hati, yang membangun Playgroup dan SDI Mutiara Hati.
  13. Mbah Wagiran, seorang tabib dan ahli ilmu kejawen yang banyak membantu masyarakat sekitar. Beliau tinggal di dukuh Narukan
  14. Ki Rustamaji, seorang dalang wayang kulit yang mempunyai sanggar di rumahnya sendiri, tepatnya di dukuh Karanganyar, Dorokandang.
  15. Hilmi, seorang tokoh muda yang membangun Padepokan Seni Beladiri Pencak Silat Jibril (Jiwa Bersih Ridlo Illahi) sebagai satu-satunya pencak silat yang asli berasal dari Lasem.

Demografi

Mayoritas penduduk desa Dorokandang adalah suku Jawa, ada pula suku Sunda (perantauan; minoritas terbesar, terpusat di Dukuh Narukan). Sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, selain itu ada pula yang menganut agama Kristen, Katholik, dan penganut kepercayaan (Kejawen). Di desa Dorokandang berdiri 1 masjid (Masjid Al-Barokah) dan 1 gereja kristen (Gereja Kristen Jawa/ GKJ Lasem). Penduduknya sebagian besar bermatapercaharian sebagai petani dan buruh tani, buruh jasa, pedagang, dan pegawai negeri.

Berkas:SDN Dorokandang 1 Lasem.jpg
SDN Dorokandang 1 Lasem

Di bidang pendidikan, di desa Dorokandang juga dibangun beberapa tempat pendidikan, antar lain:

  • SDN Dorokandang 1
  • SDN Dorokandang 2
  • SLB Dorokandang Lasem
  • TK Harapan
  • TK Islam Bakti
  • TPQ & Madin Roudhotot Tholibin
  • Playgroup Mutiara Hati

Peninggalan Bersejarah

Berkas:Stasiun Lasem 1.jpg
Bekas Stasiun Lasem, gambar tampak dalam

Referensi

  • Kitab Carita (Sejarah) Lasem, sebuah Kitab Pembuka pada Kitab Badrasanti karangan mPu Tumenggung Wilwatikta Dhang Puhawang Santibadra.
  • Unjiya, M.Akrom, Lasem Negeri Dampoawang Sejarah yang Terlupakan, Yogyakarta: Eja Publisher, 2008.
  • R.M. Panji Kamzah, Carita Lasem, tanpa kota: tanpa penerbit, 1858.
  • LASKAR CHINA DAN PRIBUMI MELAWAN VOC 1740 -1743 [1]
  • Satu Satunya Di Dunia Kongco Pribumi Klenteng Gie Yong Bio Lasem [2]