Lompat ke isi

Kerajaan Singapura

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Singapura
1299–1398
Lokasi  Kerajaan Singapura  (red)
Lokasi  Kerajaan Singapura  (red)
Ibu kotaSingapura
Bahasa yang umum digunakanMelayu Kuno
Agama
Sinkretis dari Hinduisme, Buddhisme dan Animisme; Islam
PemerintahanMonarki
Raja 
• 1299-1347
Sri Tri Buana
• 1347-1362
Paduka Seri Wikrama Wira
• 1362-1375
Paduka Seri Rana Wikrama
• 1375-1389
Paduka Seri Maharaja
• 1389-1398
Iskandar Shah
Sejarah 
• Didirikan
1299
• Invansi Majapahit
1398
Mata uangKoin emas dan perak
Kode ISO 3166SG
Didahului oleh
Digantikan oleh
Sriwijaya
kslKesultanan
Malaka
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Singapura adalah sebuah kerajaan Melayu yang pernah berpusat di wilayah Temasek yang kini adalah pulau Singapura modern. Sejarah konvensional menyebutkan kerajaan ini didirikan pada tahun 1299 oleh Sang Nila Utama, pangeran pelarian dari Sriwijaya yang berdasarkan Sulalatus Salatin mengaku memiliki trah keturunan penguasa Melayu-India-Persia.[1][2][3] Pandangan pendirian ini dipertentangkan dengan pandangan sejarah yang baru yang mengatakan bahwa kerajaan ini telah didirikan sejak tahun 1170.[4]

Sejarah

Pendirian awal

Serangkaian serangan yang diluncurkan oleh Kekaisaran Chola pada abad ke-11 telah melemahkan kerajaan Melayu Sriwijaya pada waktu itu, dan pada akhir abad ke-13, Kerajaan Sriwijaya terpecah dari kerajaan Jawa, Kertanegara terhadap Singhasari. Pada tahun 1275, ia mengeluarkan perintah yaitu melaksanakan ekspedisi Pamalayu untuk menaklukkan Sumatra. Pada tahun 1288, pasukan laut Singhasari akhirnya dapat merebut Jambi dan Palembang dan membawa Sriwijaya bertekuk lutut. Kehancuran total Sriwijaya menyebabkan para pangeran dan bangsawan Sriwijaya meninggalkan kerajaannya dan menyebar ke daerah lain. Pemberontakan terhadap kerajaan Jawa terjadi dan upaya yang dilakukan oleh pangeran Melayu adalah melarikan diri agar nantinya dapat menghidupkan kembali Kerajaan, dan akhirnya meninggalkan wilayah Sumatera Selatan dalam kekacauan dan kehancuran.

Referensi

Bibliografi

Galat Lua: unknown error.