PSM Makassar
Nama lengkap | Persatuan Sepak bola Makassar | ||
---|---|---|---|
Julukan | Juku Eja (Ikan Merah) Ayam Jantan dari Timur Pasukan Ramang | ||
Berdiri | 2 November 1915, sebagai Macassarche Voetbalbond (MVB) 1942 sebagai PSM Makassar | ||
Stadion | Stadion Gelora B.J. Habibie (Kapasitas: 8,000[1] ) | ||
Pemilik | PT Persaudaraan Sepak Bola Makassar[2] (pemilik) Bosowa Corporation Grup | ||
CEO | Sadikin Aksa | ||
Pelatih | Bernardo Tavares | ||
Liga | Liga 1 | ||
2021-22 | Peringkat 14 | ||
Situs web | Situs web resmi klub | ||
| |||
Musim ini |
Departemen aktif PSM Makassar | ||
---|---|---|
Football |
Tim Sepak Bola Putri (Wanita) |
Tim Sepak Bola U-20 (Pria) |
Tim Sepak Bola U-18 (Pria) |
Tim Sepak Bola U-16 (Pria) |
Tim Esports |
Persatuan Sepak bola Makassar (disingkat PSM Makassar) adalah sebuah tim sepak bola profesional Indonesia yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
PSM Makassar didirikan pada 1915 sebagai Macassarche Voetbalbond (MVB) membuat PSM menjadi klub sepak bola tertua di Indonesia. Saat ini klub tersebut bermain di BRI Liga 1.
Walaupun berbasis di Kota Makassar, saat ini PSM memainkan laga kandangnya bukan di Kota Makassar, melainkan berkandang di Stadion Gelora B. J. Habibie, Kota Parepare.
Sejarah
Persatuan Sepak bola Makassar atau lebih populer dengan sebutan PSM Makassar, adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tim ini berjuluk Juku Eja atau 'ikan merah' berdasar pada warna kostum yang mereka kenakan, serta Ayam Jantan dari Timur.
PSM Makassar dimulai pada 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Macassaarsche Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian tercatat sebagai embrio PSM. Dalam perjalanannya, MVB menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda, seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dan cukup disegani. Pada masa itu, sekitar 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia. Pendek kata, MVB langsung melejit sebagai klub ternama. Kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Itu karena orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap, sedangkan pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa. Sebagiannya lagi dikirim ke Myanmar. MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia kala itu. Apalagi Jepang menerapkan aturan segala yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Tak terkecuali itu adalah klub sepak bola. Sebaliknya, untuk mencari dukungan penduduk setempat, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar). PSM pertama kali menjadi juara perserikatan pada 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan di partai final yang digelar di Medan. Sejak saat itu PSM menjadi kekuatan baru di jagad sepak bola Indonesia. Lima kali gelar juara perserikatan mereka raih serta beberapa kali runner-up pada era sepak bola profesional, tim ini pernah mencatat prestasi mengesankan dengan menjadi The Dream Team ketika mengumpulkan sejumlah pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Julianto, yang dikombinasikan dengan pemain asli Makassar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono.
Pra kemerdekaan
Kisah sejarah PSM Makassar dimulai pada tanggal 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian hari tercatat sebagai embrio Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar). Dalam perjalanan prestasinya, MVB menampilkan orang-orang bumi putera di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal sekaligus promotor yang disegani kalangan Belanda. Pada masa itu, sekitar tahun 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam negeri dan luar negeri, di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia.
Pada usianya ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap. Pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa, dan sebagian dikirim ke Burma (kini Myanmar). MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia. Di Makassar, ketika itu segala yang berbau Belanda mutlak dilenyapkan, sebaliknya untuk mencari dukungan penduduk, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. Dan MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM).
Pasca kemerdekaan
Saat Indonesia terlepas dari penjajahan, Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar) mengadakan reorganisasi dan reformasi di bawah pimpinan Achmad Saggaf yang terpilih menjadi sebagai Ketua PSM. Meskipun sederhana, roda kompetisi PSM mulai bergulir dengan baik dan teratur. Tahun 1950, PSM mulai mengadakan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan, termasuk Ramang. Ia menjadi legenda klub hingga media menjuluki PSM sendiri sebagai Pasukan Ramang hingga kini.[3]
Pada era 1950an, PSM diperkuat trio legendarisnya Suardi Arlan, Ramang, dan Nursalam. Mereka pertama kali menjadi juara Perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. PSM kembali meraih juara pada musim 1959, 1964-65, 1965-66, dan 1991-92, sehingga total raihan gelar di era Perserikatan sebanyak lima kali.
Liga Indonesia
Ketika tim-tim Perserikatan digabung dengan tim-tim Galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas. Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia. Meski demikian, baru sekali klub ini menjadi juara yakni pada Liga Indonesia 1999-2000, dan selebihnya lima kali menjadi tim peringkat dua pada Liga Indonesia 1995/1996, 2001, 2003, 2004, dan 2018
Saat juara Liga Indonesia PSM mencatat prestasi mengesankan dengan hanya menderita 2 kali kekalahan dari total 31 pertandingan. Saat itu PSM mengumpulkan pilar-pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto yang dikombinasikan dengan pemain asli Makassar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. PSM merajai pentas Liga Indonesia dengan menjuarai Wilayah Timur, dan di babak 8 besar menjuarai Grup Timur. Di semifinal, PSM mematahkan perlawanan Persija Jakarta, sebelum mengatasi perlawanan gigih Pupuk Kaltim di final yang berkesudahan 3-2.
Sementara itu di level internasional, PSM tercatat satu kali berlaga di Piala Winners Asia dan tiga kali mewakili Indonesia di laga Liga Champions. PSM merupakan klub Indonesia yang stabil hingga saat ini. Bahkan PSM Makassar pernah menjadikan Makassar sebagai tuan rumah Perempat Final Liga Champions 2010, di mana saat itu untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Perempat Final Liga Champions yang menghadirkan klub-klub lain dari Asia yakni Jubilo Iwata (Jepang), Shandong Luneng Taishan (China), dan Suwon Samsung Bluewings (Korea).
Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi. PSM juga didukung oleh regenerasi yang berkelanjutan dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional. Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi PSM.
PSM Makassar memiliki sekitar 24 kelompok suporter, diantaranya adalah The Macz Man, Laskar Ayam Jantan (LAJ), Mappanyuki, Ikatan Suporter Makassar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC (Pongtiku, Kalumpang, dan Cumi-cumi, Red Gank (Pattene), KVS, Zaiger, Antang Communitty.
Pada Desember 2010, PSM Makassar memutuskan untuk mengundurkan diri dari Liga Super Indonesia. PSM kemudian memutuskan untuk bergabung ke Liga Primer Indonesia dengan melakukan merger dengan Makassar City FC yang sudah lebih dulu menjadi anggota LPI. Nama yang kemudian dipergunakan adalah PS Makassar (tetap disebut sebagai PSM Makassar dalam berbagai pemberitaan).[4] PSM berhasil menjadi juara 3 di musim Liga Primer Indonesia 2011 di bawah Persebaya 1927 dan Persema Malang.
Pada musim 2011 sampai 2013, PSM Mengikuti kompetisi Liga Prima Indonesia dibawah naungan PSSI. Berada di peringkat 6 musim 2011–2012, dan peringkat 6 pula di musim 2013.
Liga Super Indonesia
Pada tahun 2014, PSM Makassar kembali ke Liga Super Indonesia setelah lolos play-off unifikasi liga PSSI yang pada musim 2015 berganti nama menjadi QNB League, setelah terjadi kesepakatan PT. Liga Indonesia dengan QNB Group dari Qatar.
Liga 1
PSM menjuarai Piala Indonesia 2018–2019 setelah mengalahkan Persija dengan skor agregat 2-1 dalam dua leg di babak final.[5] Tim berhak mengikuti Piala AFC 2022, menjuarai fase grup dengan bermain seri 1-1 melawan Kuala Lumpur City FC dan mengatasi Tampines Rovers FC 3-1. Di babak semifinal Asean yang hanya dimainkan dalam satu leg saja, tim mengalahkan Kedah Darul Aman FC 2-1.[6] Pada final zona Asean, PSM kembali bertemu Kuala Lumpur City FC, namun dikalahkan dengan skor 2-5 di Stadion Kuala Lumpur pada tanggal 24 Agustus 2022.[7]
Stadion
PSM Makassar dulunya memainkan laga kandang di Stadion Andi Mattalatta yang dahulu bernama Mattoangin. Stadion Andi Mattalatta didirikan tahun 1955 dan merupakan pusat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang ke-4 pada tahun 1957. Pada tanggal 21 Oktober 2020 Stadion Andi Mattalatta dihancurkan dan hingga kini belum ada kelanjutannya.
Pada musim 2014, PSM Makassar terpaksa harus berlaga diluar Sulawesi Selatan yakni menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, setelah Stadion Andi Mattalata tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk mengikuti Liga Super Indonesia 2014. Setahun kemudian, dilakukan renovasi stadion setelah manajemen PSM mengadakan kesepakatan dengan pihak Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS) selaku pengelola stadion. Di Liga Super Indonesia 2015, PSM kembali bermarkas di Makassar.
Sejak musim 2022-23, PSM memainkan laga kandangnya di Stadion Gelora B. J. Habibie yang terletak di Kota Parepare.[8]
Prestasi
Liga Domestik
- Perserikatan (1931-1994), Divisi Utama (1994-2008), LSI (2008-2010), LPI (2011), IPL (2012-2013), LSI (2014),ISC A (2016), Liga 1 (2017-sekarang):
Piala domestik
- Jusuf Cup
- Juara (7): 1965, 1967, 1975, 1978, 1980, 1984, 1999
- Soeharto Cup
- Juara (1): 1974
- Piala Tugu Muda (Semarang)
- Juara (1): 1980
- Piala Habibie
- T.D Pardede Cup
- Juara Tahun 1999[butuh rujukan]
- Sjarnoebi Cup
- Juara (1): 2005
- Piala Makassar
- Juara (1): 2009
- Walikota Ternate Cup
- Juara (1): 2012
- Piala Jenderal Sudirman
- Babak grup (1): 2015
- Piala Presiden
- Piala Indonesia
- Juara (1): 2018/2019
- Piala Menpora
- Juara Keempat (1): 2021
Kejuaraan Asia
- Piala Winners Asia
- Liga Champions AFC
- Supercup Asia
- Juara (1): 2018
- Piala AFC
Internasional
- Ho Chi Minh City Cup
- Juara (1): 2001
- Bangabandhu Cup
- Runners–up (1): 1996-97
Lambang dan kostum
Semenjak tahun 1950-an, klub-klub yang dulunya merupakan bentukan Belanda mutlak mesti di bawah kendali pemerintah daerah. Ini karena saat bertarung di kejuaraan nasional mereka membawa panji-panji daerah. Jadi seperti halnya klub sepak bola lain pada era Perserikatan, maka PSM Makassar juga mengadopsi logo pemda sebagai identitas dari diri klub.
Berdasarkan itulah maka warna utama PSM adalah merah, termasuk dalam hal kostum. Untuk kostum kandang, setiap musim PSM menggunakan warna merah. Sedangkan untuk kostum tandang, menggunakan warna yang berbeda. Pada musim 2016, PSM menggunakan warna hitam dengan aksen putih, sedangkan pada musim 2015 menggunakan warna biru dengan aksen putih.
Sponsor
Kit apparel
Period | Kit manufaktur |
---|---|
1994–1998 | Adidas |
1999–2000 | Reebok |
2000–2006 | Adidas |
2006–2007 | Diadora |
2008–2009 | Specs |
2011–2013 | Vilour[9] |
2013–2016 | Nike[10] |
2017 | Kelme |
2018-2020 | Umbro |
2021-Sekarang Rewako
Suporter
PSM Makassar dikenal memiliki beberapa kelompok suporter fanatik yang jumlahnya cukup banyak. Tercatat pernah ada 20'an kelompok suporter didirikan, sebagian besar masih ada hingga saat ini, diantaranya yang masih aktif beserta tempat tribun mereka adalah:
- The Macz Man (Tribun Timur)
- Red Gank (Tribun Utara)
- Laskar Ayam Jantan (LAJ) (Tribun Utara)
- Komunitas VIP Utara (KVU) (Tribun VIP Utara)
- Komunitas VIP Selatan (KVS) (Tribun VIP Selatan)
- PSM Fans 1915 (Tribun Selatan)
- Curva Sud Mattoanging (Tribun Selatan)
- Makassar Supporter Collective (Tribun Selatan)
- Ramang Mania (Tribun Timur)
- Komunitas Dottoro Suporter (Tribun VIP Selatan)
- Komunitas Suporter VIP Utama (Tribun VIP Utama)
- East Side Rooster (Tribun Atap)
- Gue PSM ( Kelompok Supporter PSM Jabodetabek )
Selain itu kelompok suporter yang pernah aktif adalah :
- Mappanyuki
- Ikatan Suporter Makassar (ISM)
- Suporter Hasanuddin
- Suporter Dealos
- Suporter Reformasi
- Komando
- Suporter Bias
- Suporter Kubis
- Karebosi
- Gunung Lokong
- Suporter PKC
- Zaiger
- Antang Community
Suporter terbesar yang dikenal di media massa dan terkenal sangat fanatik adalah The Macz Man.
Daftar Pelatih
Tahun | Nama |
---|---|
1999–2000 | Syamsuddin Umar |
2004–2005 | Miroslav Janů |
2005–2006 | Fritz Korbach |
2006–2007 | Carlos De Mello |
2007–2008 | Radoy Minkovski |
2008–2009 | Raja Isa |
2009–2010 | Hanafing |
2010 | Tumpak Sihite |
2010–2011 | Robert Rene Alberts[11] |
2011 | Wim Rijsbergen[12] |
2011–2013 | Petar Segrt[13] |
2013 | Imran Amirullah[14] |
2013–2014 | Jörg Steinebrunner[15] |
2014 | Rudy Keltjes[16] |
2014–2015 | Assegaf Razak[17] |
2015 | Alfred Riedl[18] |
2015 | Hans-Peter Schaller[19] |
2015–2016 | Assegaf Razak[20] |
2016 | Luciano Leandro |
2016–2019 | Robert Rene Alberts[21] |
2019 | Darije Kalezić[22] |
2020–2021 | Bojan Hodak[23] |
2021 | Syamsudin Batola [24] |
2021 | Milomir Šešlija |
2021 | Joop Gall[25] |
2022 | Bernardo Tavares [26] |
Pemain
Pemain saat ini
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
|
|