Invasi Damaskus 750
Invasi Damaskus 750 (bahasa Arab: اجتياح دمشق 750), adalah invasi yang berhasil dimenangkan pasukan Abbasiyah pada tahun 750 setelah pengepungan selama satu setengah bulan di kota Damaskus setelah kemenangan mereka dalam melawan pasukan Marwan bin Muhammad, khalifah Umayyah terakhir, dalam Pertempuran Zab. Pasukan Abbasiyah kemudian melakukan tindakan pembunuhan, penjarahan, dan perusakan di kota.
Kronologi
Pada tahun 749, Marwan bin Muhammad dikalahkan dalam Pertempuran Zab oleh Abdullah bin Ali, paman khalifah Abbasiyah pertama, Abu al-Abbas As-Saffah. Pasukan Abbasiyah kemudian melanjutkan perjalanannya dari Irak utara, menuju Damaskus, di mana Marwan bin Muhammad telah membentengi dirinya sendiri. Namun, penduduk Damaskus, khususnya yang berasal dari suku Qais, menolak untuk mendukungnya, melainkan menentangnya. Banyak kekacauan yang muncul sejak melemahnya Kekhalifahan Umayyah, termasuk pemindahan ibu kota negara Marwan bin Muhammad dari Damaskus ke Harran.[1]
Pasukan Abbasiyah kemudian mengepung Damaskus dari semua sisi. Terlepas dari kelemahan kekuatan Bani Umayyah, kota itu bertahan selama satu setengah bulan, menurut sebagian besar catatan, dikarenakan kekuatan temboknya dan kerasnya bentengnya. Kemudian pasukan Abbasiyah berhasil menerobos tembok di Bab ash-Shaghir, dan akibat pertempuran tersebut, Al-Walid bin Muawiyah, komandan pasukan Umayyah yang ditempatkan di sana, terbunuh, dan dari sana semua gerbang Damaskus dibuka untuk pasukan Abbasiyah. Ketika pasukan Abbasiyah memasuki ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah, mereka melakukan banyak penjarahan dan perusakan. Al-Maqdisi mengatakan bahwa Abdullah bin Ali memerintahkan tembok untuk dihancurkan batu demi batu. Ibnu Asakir mengatakan bahwa pasukan Abbasiyah biasa memenggal kepala setiap orang yang ditemui di jalan dan menjarah apa yang mereka dapat dari harta itu. Mereka juga membunuh sebagian besar anggota keluarga Bani Umayyah dan menyalib sebagian dari mereka, seperti Abdullah bin Abdul-Jabbar bin Yazid. Anggota Bani Umayyah dari kalangan perempuan (الأمويات, Al-Umawiyat) bahkan tidak luput dari kekejaman mereka, misalnya Al-Baladzuri meriwayatkan bahwa istri Khalifah Hisyam bin Abdul-Malik dibawa ke hutan belantara dalam keadaan telanjang dan bertelanjang kaki, lalu dibunuh di sana. Putri Marwan bin Muhammad juga melakukan bunuh diri, bahkan orang-orang Bani Umayyah yang sudah meninggal kuburan mereka digali dan sisa-sisa tubuh mereka dibakar.[2]