Saloninus
Nama dalam bahasa asli | (la) Publius Licinius Cornelius Saloninus Valerianus |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | 242 Colonia Claudia Ara Agrippinensium (en) |
Kematian | 260 (17/18 tahun) Colonia Claudia Ara Agrippinensium (en) |
Kaisar Romawi | |
260 – 260 | |
Caesar | |
258 – 260 | |
Kegiatan | |
Pekerjaan | penguasa monarki |
Periode | Low Roman Empire (en) |
Keluarga | |
Keluarga | Valerian dynasty (en) |
Orang tua | Gallienus , Cornelia Salonina (en) |
Saudara | Valerian II (en) dan Marinianus (en) |
Publius Licinius Cornelius Saloninus Valerianus (sekitar tahun 242–260 M) adalah seorang Kaisar Romawi yang berkuasa singkat pada tahun 260 M, di masa krisis abad ketiga. Saloninus adalah putra Kaisar Gallienus dan cucu Kaisar Valerianus I, menjadikannya bagian dari Dinasti Valerianus yang berkuasa selama masa sulit yang ditandai dengan perang saudara, invasi barbar, dan keruntuhan ekonomi.
Kehidupan Awal
[sunting | sunting sumber]Saloninus lahir sekitar tahun 242 M, kemungkinan di wilayah Italia. Ia adalah putra kedua Gallienus dan Salonina, seorang permaisuri yang terkenal karena kecantikannya dan dukungannya terhadap seni serta filsafat Yunani. Nama lengkapnya menunjukkan pengaruh aristokrasi Romawi dan Yunani. Meskipun sedikit yang diketahui tentang pendidikan dan masa kecilnya, Saloninus dipersiapkan untuk mengikuti jejak ayah dan kakeknya dalam memimpin Kekaisaran Romawi.
Kenaikan dalam Politik
[sunting | sunting sumber]Pada awal tahun 258 M, Valerianus I, yang saat itu menjadi kaisar senior bersama Gallienus, mempromosikan Saloninus sebagai Caesar. Gelar ini memberinya status resmi sebagai pewaris takhta. Saloninus ditempatkan di Galia (sekarang Prancis) di bawah pengawasan Jenderal Silvanus untuk mempelajari administrasi dan strategi militer. Namun, situasi di Galia semakin memburuk karena ancaman dari suku-suku barbar, seperti Alemanni dan Frank, serta pemberontakan internal.
Perebutan Kekuasaan dan Kejatuhan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 260 M, kakek Saloninus, Valerianus I, ditangkap oleh Kekaisaran Sassaniyah di Persia, menyebabkan kekosongan kekuasaan di wilayah timur. Pada saat yang sama, situasi di Galia memburuk karena pemberontakan yang dipimpin oleh Postumus, seorang gubernur militer yang populer di kalangan pasukan.
Sebagai Caesar, Saloninus mencoba mempertahankan otoritas Romawi di Galia, tetapi pasukannya, yang tidak puas, berpihak kepada Postumus. Silvanus berusaha melindungi Saloninus dengan memindahkannya ke Cologne (Köln modern), tetapi kota itu dikepung oleh pasukan Postumus. Ketika Cologne jatuh, Saloninus dan Silvanus dibunuh oleh pasukan pemberontak.
Pemerintahan Singkat
[sunting | sunting sumber]Saloninus secara resmi dinyatakan sebagai Augustus oleh ayahnya, Gallienus, selama pengepungan Cologne. Namun, pemerintahan Saloninus sebagai kaisar hanya berlangsung beberapa minggu sebelum ia dibunuh. Pengangkatannya sebagai kaisar di masa krisis tidak cukup untuk menghentikan pembentukan Kekaisaran Galia, sebuah negara pecahan yang dipimpin oleh Postumus dan bertahan selama lebih dari satu dekade.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]- Ayah: Gallienus, Kaisar Romawi (253–268 M).
- Ibu: Salonina, permaisuri yang dihormati.
- Kakek: Valerianus I, Kaisar Romawi (253–260 M).
- Saudara: Tidak banyak yang diketahui tentang saudara-saudara Saloninus, tetapi ia diduga memiliki saudara laki-laki yang meninggal muda.
Kematian dan Dampaknya
[sunting | sunting sumber]Saloninus dibunuh pada usia sekitar 18 tahun di Cologne. Kematiannya menandai salah satu dari serangkaian tragedi yang menimpa Dinasti Valerian selama krisis abad ketiga. Perpecahan internal ini mempercepat fragmentasi Kekaisaran Romawi dan memperkuat ancaman dari musuh eksternal.
Gallienus, yang kehilangan putra dan pewarisnya, terpaksa menghadapi tantangan yang semakin besar tanpa dukungan keluarga. Peristiwa ini juga memicu meningkatnya otonomi wilayah-wilayah seperti Galia dan Palmyra, yang pada akhirnya melemahkan kontrol pusat Romawi.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Kehidupan dan pemerintahan Saloninus tercatat dalam beberapa sumber sejarah, termasuk karya-karya Historia Augusta dan tulisan-tulisan Zosimus. Namun, karena keterbatasan sumber primer, beberapa detail tentang kehidupannya tetap menjadi bahan spekulasi di kalangan sejarawan.