Lompat ke isi

Kota Pekanbaru

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Oktober 2015 15.21 oleh Ganesha Ungel (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 10302407 oleh 36.68.31.158 (bicara))
Kota Pekanbaru
Daerah tingkat II
Dari atas, kiri ke kanan: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; Anjung Seni Idrus Tintin; Masjid Agung An-Nur; Lampion pada saat perayaan Tahun Baru Imlek di Kampung Tionghoa Melayu Pekanbaru; Jalan Tuanku Tambusai; Masjid ar-Rahman.
Dari atas, kiri ke kanan: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; Anjung Seni Idrus Tintin; Masjid Agung An-Nur; Lampion pada saat perayaan Tahun Baru Imlek di Kampung Tionghoa Melayu Pekanbaru; Jalan Tuanku Tambusai; Masjid ar-Rahman.
Lambang resmi Kota Pekanbaru
Motto: 
BERTUAH (Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan Harmonis)
Peta
Peta
Kota Pekanbaru di Indonesia
Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru
Letak Kota Pekanbaru di Indonesia
Koordinat: 0°28′53.50″N 101°28′7.23″E / 0.4815278°N 101.4686750°E / 0.4815278; 101.4686750
Negara Indonesia
ProvinsiRiau
Tanggal berdiri23 Juni 1784 (umur 240)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 12
  • Kelurahan: 63
Pemerintahan
 • BupatiH. Firdaus, ST, MT
Luas
 • Total632,26 km2 (244,12 sq mi)
Ketinggian
5 m (16 ft)
Populasi
 (2013)[1]
 • Total950,571
 • Kepadatan1,500/km2 (3,900/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
287111
Kode BPS
1471 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 761
Kode Kemendagri14.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023PKU
DAURp. 738.107.469.000.-
Situs webwww.pekanbaru.go.id


Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa,[2] termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.[3]

Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dan terminal bus antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.

Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.[4]

Sejarah

Sultan Syarif Hasyim beserta Dewan Menteri serta Kadi Siak tahun 1888.

Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang Minangkabau[5]. Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.[6][7]

Berdasarkan Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian distrik dari Kesultanan Siak. Namun pada tahun 1931, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur yang berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sampai tahun 1940. Kemudian menjadi ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942.[8] Setelah pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang disebut gokung.

Selepas kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kotapraja.[7] Kemudian pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.[9] Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk.[10] Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25[7] sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang[11] (kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau).

Geografi

Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.

Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum antara 20.2 °C hingga 23.0 °C.[12]

Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[13] Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.[12]

Kependudukan

Suasana perayaan Tahun Baru Imlek di Kampung Tionghoa Melayu Pekanbaru, Jalan Dr. Leimena (Karet)
Komposisi etnis di Kota Pekanbaru
Etnis Jumlah (%)
Minangkabau 37,96
Melayu 26,10
Jawa 15,70
Batak 11,06
Tionghoa 2,5
Lain-lain 6,7
Sumber: Sensus 2010 [15]

Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.

Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total penduduk kota.[15] Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau, hasil pemekaran Provinsi Riau.

Masyarakat Tionghoa Pekanbaru pada umumnya merupakan pengusaha, pedagang dan pelaku ekonomi. Selain berasal dari Pekanbaru sendiri, masyarakat Tionghoa yang bermukim di Pekanbaru banyak yang berasal dari wilayah pesisir Provinsi Riau, seperti dari Selatpanjang, Bengkalis dan Bagan Siapi-api. Selain itu, masyarakat Tionghoa dari Medan dan Padang juga banyak ditemui di Pekanbaru, terutama setelah era milenium dikarenakan perekonomian Pekanbaru yang bertumbuh sangat pesat hingga sekarang.

Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih okupansi.

Berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, membuka banyak peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong berdatangannya masyarakat Batak. Pasca PRRI eksistensi kelompok ini makin menguat setelah beberapa tokoh masyarakatnya memiliki jabatan penting di pemerintahan, terutama pada masa Kaharuddin Nasution menjadi "Penguasa Perang Riau Daratan".

Tahun 1930 1954 1961 1971 1990 2000 2005 2006 2007 2008 2010 2015
Jumlah penduduk 2.990 28.314 70.821 145.030 398.694 587.842 720.197 754.467 779.899 799.213 897.767 1.093.416
Sejarah kependudukan kota Pekanbaru
Sumber:[16][17][18]

Agama

Komposisi agama di Kota Pekanbaru
Agama Jumlah (%)
Islam 84,8
Kristen 9,6
Buddha 3,46
Katolik 1,25
Lain-lain 0,89
Sumber: Sensus 2010

Agama Islam merupakan salah satu agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru, sementara pemeluk agama Kristen, Buddha, Katolik, Khonghucu dan Hindu juga terdapat di kota ini.

Sebagai bagian dalam pembangunan kehidupan beragama, Kota Pekanbaru tahun 1994, ditunjuk untuk pertama kalinya menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-17. Pada perlombaan membaca Al-quran ini, jika sebelumnya diikuti oleh satu orang utusan, untuk setiap wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang utusan.[19]

Pembagian administratif

Kecamatan di Kota Pekanbaru adalah:

Pemerintahan

Pasca PRRI

Kota Pekanbaru secara administratif dipimpin oleh seorang wali kota. Efektifitas pemerintahan kota di Pekanbaru adalah setelah berakhirnya peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, walau pada 14 Mei 1958 OKM Jamil telah ditunjuk menjadi Walikota Pekanbaru, namun pengaruh perang saudara membuat roda pemerintahan jadi tidak menentu. Pada 9 November 1959, kembali ditunjuk Datuk Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada 29 Maret 1962, digantikan oleh Tengku Bay, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Indragiri.

Orde Baru

Dimulainya dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru, membawa beberapa perubahan pada sistem pemerintahan dalam Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai mengambil peran dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu kekuatan politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya pada 1 Juni 1968, diangkat Raja Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal 10 Desember 1970, dan digantikan oleh Drs. Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari 10 tahun.

Kemudian pada masa berikutnya mulai diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan pada 5 Juli 1981, terpilih Ibrahim Arsyad, S.H., pada 21 Juli 1986 digantikan oleh Drs. Farouq Alwi, berikutnya pada 22 Juli 1991 terpilih H. Oesman Effendi Apan, S.H., memerintah selama dua periode.

Otonomi daerah

Memasuki era pemerintahan otonomi daerah yang lebih luas, telah menimbulkan euforia yang berlebihan pada beberapa kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama berkaitan dengan politik dan ekonomi, mendorong masyarakatnya berlaku diskriminasi. Klaim beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan kelompok lainnya, dapat menjadi api dalam sekam, jika dibiarkan akan dapat menimbulkan disintegrasi pada masyarakat Kota Pekanbaru.[20]

Pada tahun 2001 terpilih Drs. H. Herman Abdullah M.M. sebagai wali kota, memerintah selama dua periode, ia termasuk salah satu wali kota yang berhasil dalam menertibkan sistem birokrasi pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya.[21] Namun pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Cirebon. Hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10.

Pemilihan langsung

Pada tanggal 21 Juni 2006 dilaksanakan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung, dengan dua pasangan calon yang ikut serta yaitu Erwandy Saleh - Ayat Cahyadi yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Herman Abdullah - Erizal Muluk yang diusung oleh Golkar.[22]

Pada tanggal 18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru, H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan suara terbanyak,[23] namun berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil tersebut dibatalkan dan mesti diadakan pemungutan suara ulang (PSU).[24] Untuk mengisi kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau Drs. H. Rusli Zainal mengangkat Dr. H. Syamsurizal S.E., M.M., sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Pekanbaru.[25]

Kemudian berdasarkan PSU tanggal 21 Desember 2011,[26] Firdaus kembali memenangi pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru, walau dalam pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232 masyarakat atau 49% saja yang menggunakan hak pilihnya.[27]

Perwakilan

Dari hasil Pemilu Legislatif 2009, jumlah anggota DPRD kota Pekanbaru adalah sebesar 45 orang[28][29] yang tersusun atas perwakilan 12 partai.[30] Kemudian untuk struktur pimpinan DPRD Kota Pekanbaru disusun atas ketua (Fraksi Partai Demokrat), dan tiga wakil ketua (Fraksi PG, Fraksi PKS dan Fraksi PAN).[31]

DPRD kota Pekanbaru
2009-2014
Partai Kursi
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 9
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 9
Lambang PKS PKS 5
Lambang PAN PAN 5
Lambang PPP PPP 4
Lambang PDS PDS 4
Lambang PDI-P PDI-P 2
Lambang PKB PKB 2
Lambang Partai Hanura Partai Hanura 2
Lambang PBB PBB 1
Lambang Partai Gerindra Partai Gerindra 1
Lambang PDK PDK 1
Total 45
Sumber:[30]

Perekonomian

Mal SKA.

Saat ini Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansikawan, (Pekanbaru, Siak, Kampar, dan Pelalawan). Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan inflasi sebesar 0,79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,88% dan 0,02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2,26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2,07% pada bulan Januari 2010 dan 2,14% pada bulan Februari 2010.[32]

Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern, diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra Seraya,[33] Lotte Mart, Metropolitan Trade Center, The Central, Ramayana dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini, pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang ada dapat bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.[34] Beberapa pasar tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik Puan.[35]

Sementara dalam pertumbuhan bidang industri di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri terbesar pada sektor industri logam, mesin, elektronika dan aneka, kemudian disusul industri pertanian dan kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku, penambahan peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil lainnya digunakan untuk industri baru.[36]

Kesehatan

Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencoba melengkapi sarana dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini baru memiliki 264 kamar untuk rawat inap. Dengan selesainya bangunan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad, akan bertambah menjadi 400 kamar.[37] Sementara kehadiran rumah sakit yang dikelola oleh pihak swasta di kota ini cukup signifikan antara lain Rumah Sakit Santa Maria yang sebelumnya bernama Balai Pengobatan Santa Maria,[38] Rumah Sakit Ibnu Sina yang didirikan oleh YARSI Riau kemudian dikelola oleh PT. Syifa Utama,[39] Rumah Sakit Awal Bros,[40] Rumah Sakit Bina Kasih, Pekanbaru Medical Centre (PMC) dan Eka Hospital.

Sampai tahun 2006 penyebaran dan pelayanan puskesmas di kota Pekanbaru masih belum merata terhadap masyarakatnya yaitu dengan ratio 1,99. Sementara persentase kunjungan penduduk memanfaatkan puskesmas baru sekitar 19%. Hal ini dimungkinkan karena telah banyaknya rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih baik.[41]

Pendidikan

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Gedung Perpustakaan Soeman HS milik Provinsi Riau, di pusat kota Pekanbaru.

Beberapa perguruan tinggi juga terdapat di kota ini, di antaranya adalah Politeknik Caltex Riau, Universitas Riau, UIN Suska, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Riau, dan Universitas Lancang Kuning. Sampai tahun 2008, di Kota Pekanbaru baru sekitar 13,87% masyarakatnya dengan pendidikan tamatan perguruan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar 37,32%. Sedangkan tidak memiliki ijazah sama sekali sebanyak 12,94% dari penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke atas.[42]

Perpustakaan Soeman Hs merupakan perpustakaan pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk penunjang pendidikan masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini terletak di jantung Kota Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan "termegah di Indonesia", dengan arsitektur yang unik serta telah memiliki koleksi 300 ribu buku sampai tahun 2008.[43] Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang guru dan sastrawan Riau, Soeman Hasibuan.[44]

Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 456 300 90 34 56 70
Data sekolah di kota Pekanbaru
Sumber:[45][46]

Pelayanan umum

Anjung Seni Idrus Tintin di Kompleks MTQ.

Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.[47]

Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah kota melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari Sungai Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik. Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi air bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada, telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum (HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 – 6 orang dan HU dapat digunakan 100 orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung air permukaan dari sungai Siak tersebut.[48]

Saat ini pemerintah kota telah menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km. Selain itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m³ untuk melayani pengumpulan individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan yang ada berupa bak sampah pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung 157.5 m³. Saat ini kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap total timbunan yang ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan adalah 2 – 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %. Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah, sehingga jumlah sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120 m³/hari atau sekitar 60 %.[48]

Daerah kota Pekanbaru yang memiliki ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran drainase yang ada maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase yang ada saat ini baru mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase besar sepanjang 10.123 meter, sistem drainase kecil sepanjang 15.456 m dan sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.[48]

Pemerintah kota saat menetapkan pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya, kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan (town house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.

Transportasi

Jalan Tuanku Tambusai, salah satu jalan utama di Pekanbaru.
Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Medan di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Bandar Raya Payung Sekaki merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.

Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau Sumatera. Berdasarkan data yang diperoleh dari Angkasa Pura II pada tahun 2011 penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1.259.993 penumpang per tahun.[49]

Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di pesisi Provinsi Riau seperti Selatpanjang, Bengkalis, Siak Sri Indrapura, Sei Pakning dan lain sebagianya serta kota - kota di Kepulauan Riau, seperti Tanjungpinang dan Batam.

Selain itu, Transmetro Pekanbaru merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota ini.

Pada masa pendudukan tentara Jepang, dilakukan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju Padang melalui Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945,[50][51] walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.

Pariwisata

Perayaan Tabuik di Jalan Tuanku Tambusai.
Berkas:Aryaduta Hotel.JPG
Hotel Aryaduta Pekanbaru.

Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan Balai Adat Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji sastrawan keturunan Bugis.[52] Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama dapat dibaca pasal 1–4, sedangkan pasal 5–12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat Gedung Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat Museum Sang Nila Utama, merupakan museum daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi benda bersejarah, seni, dan budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam Sulalatus Salatin, pendiri Singapura. Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon budaya di Kota Pekanbaru, merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan nama seorang seniman Riau, Idrus Tintin, dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi tempat penyelengaraan MTQ ke-17.

Pada kawasan Senapelan terdapat Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya dikenal dengan nama Masjid Alam,[53] dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan merupakan masjid tertua di Kota Pekanbaru.[54] Sementara Tradisi Petang Megang disaat memasuki bulan Ramadan telah dilakukan sejak masa Kesultanan Siak masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.

Pada tahun 2011, masyarakat Pariaman untuk pertama kalinya mengadakan pesta budaya Tabuik di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini diselenggarakan pada bulan Muharram, untuk memperingati peristiwa Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi lokal, hal ini menunjukkan keanekaragaman sekaligus salah satu iven untuk pengembangan sektor pariwisata.[55] Sementara setiap tahunnya, komunitas Tionghoa di Pekanbaru juga menyelenggarakan perayaan Tahun Baru Imlek, kemudian ditutup dengan perayaan Cap Go Meh. Pesta ini umumnya dipusatkan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa vihara besar seperti di Vihara Dharma Loka atau Vihara Tridharma Dewi Sakti.

Olahraga

PSPS Pekanbaru merupakan klub utama sepak bola yang dimiliki oleh kota ini, dan bermarkas di Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu venue pada Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012 Riau. Sehingga pada kompetisi LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang menggunakan Stadion Agus Salim[56] dan Stadion Kuansing.[57]

Sejak tahun 2009 kota ini mulai membenahi berbagai fasilitas olahraga setelah provinsi Riau terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVIII dan kualifikasi Piala Asia U-22 tahun 2012. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru membangun Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.[58]

Selain itu, Lapangan Golf tersebar di beberapa tempat pada kawasan kota ini, antara lain Pekanbaru Golf Course Country Club di Kubang Kulim, Simpang Tiga Golf Course di Kompleks AURI, Rumbai Golf Course di Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di Kompleks Labersa.

Pers dan Media

Di Kota Pekanbaru telah berdiri TVRI Riau sejak tahun 1997, sementara Pekanbaru TV merupakan stasiun televisi swasta pertama di kota ini, walau sempat mengudara pada tahun 2000, namun beberapa tahun kemudian ditutup karena masalah keuangan. Riau TV yang berada dalam konsorsium Group Jawa Post, mengudara sejak tahun 2001, beberapa tahun kemudian berafiliasi dengan RTM-1 milik Malaysia.

RRI Pekanbaru merupakan stasiun radio penyiaran milik pemerintah yang didirikan tahun 1959, dan memainkan peranan penting selepas berakhirnya PRRI. Sementara beberapa stasiun radio swasta juga terdapat di kota ini yaitu Green Radio Pekanbaru Dan radio lain yang tergabung dalam PRSSNI Riau.

Genta merupakan surat kabar lokal pertama yang terbit di Pekanbaru tahun 1979, surat kabar ini beroplah 2 ribuan dan disponsori oleh pemerintah provinsi Riau waktu itu.[59] Saat ini beberapa media cetak jenis surat kabar yang cukup banyak dikenal masyarakat Kota Pekanbaru antara lain: Haluan Riau, Riau Pos, Tribun Pekanbaru, Pekanbaru Pos, Pekanbaru MX dan Koran Riau.

Selain itu di Pekanbaru juga banyak hadir media-media online seperti Gotoriau.com yang menampilkan info-info populer seputar Pekanbaru pada khususnya dan Riau pada umumnya, kemudian ada juga Politikriau.com yang berisi pemberitaan seputar situasi politik di Pekanbaru dan Riau. Kemudian ada juga petahmelayu.com yang mengkhususkan diri pada berita lokal dengan bahasa melayu yang sangat kental pada setiap pemberitaannya.

Galeri

Referensi

  1. ^ Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Pekanbaru
  2. ^ Profil daerah kabupaten dan kota. Penerbit Buku Kompas. 2001. ISBN 979-709-054-X. 
  3. ^ Darmawati, (2008), Determinasi Registrasi Penduduk di Kota Pekanbaru, Teroka Riau, Vol. VIII, No. 2, hlm. 61-71.
  4. ^ Zaenuddin, Dundin, (2005), Modal sosial dalam pengembangan budaya sipil komunitas etnik: studi kasus di Kota Manado, Sulawesi Utara & Pekanbaru, Riau, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ISBN 979-3673-69-9.
  5. ^ Sejarah Daerah Riau, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
  6. ^ Samin, S.M. (2006). Dari kebatinan senapelan ke Bandaraya Pekanbaru: menelisik jejak sejarah Kota Pekanbaru, 1784-2005. Pemerintah Kota Pekanbaru bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Riau dan Penerbit Alaf Riau. 
  7. ^ a b c "Sejarah Pekanbaru". Pemda kota Pekanbaru. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  8. ^ Diah, M. (1986). Dampak modernisasi terhadap hubungan kekerabatan daerah Riau. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 
  9. ^ "Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia". Badan Pembinaan Hukum Nasional. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  10. ^ "Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia". Badan Pembinaan Hukum Nasional. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  11. ^ Syamsuddin, B. M. (1995). Cerita rakyat dari Bintan. Grasindo. ISBN 979-553-705-9. 
  12. ^ a b "Wilayah geografis". Pemda kota Pekanbaru. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  13. ^ "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987". Badan Pembinaan Hukum Nasional. Diakses tanggal 3 October 2012. 
  14. ^ iklim.bmg.go.id Rata-Rata Suhu Udara Kota Pekanbaru.
  15. ^ a b Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta, Indonesia's Population: ethnicity and religion in a changing political landscape, Institute of Southeast Asian Studies, 2003
  16. ^ "Penduduk menurut Kabupaten/Kota 2006-2008" (PDF). BPS Riau. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  17. ^ pekanbarukota.bps.go.id Penduduk Kota Pekanbaru
  18. ^ riau.bps.go.id Jumlah Penduduk 2010
  19. ^ Departemen Agama RI, (1996), Pembangunan sektor agama memasuki proses tinggal landas.
  20. ^ Butir 10, Rekomendasi Rapat Kerja Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), tanggal 1-2 Maret 2005.
  21. ^ Muhammad, Fadel (2008). Reinventing local government: pengalaman dari daerah. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 979-27-3367-1. 
  22. ^ http://preview.detik.com/detiknews/read/2006/06/20/184858/620224/10/pekanbaru-pesta-demokrasi-21-juni
  23. ^ http://www.kpu.go.id Tolak Hasil Pilkada Pekanbaru: Istri Gubernur Riau Gugat Ke Mahkamah Konstitusi (diakses pada 11 Januari 2012)
  24. ^ http://www.mahkamahkonstitusi.go.id Putusan MK Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 (diakses pada 11 Januari 2012)
  25. ^ http://www.riau.go.id Syamsurizal Dilantik Jadi PLT Walikota Pekanbaru (diakses pada 11 Januari 2012)
  26. ^ politik.vivanews.com Pilkada Ulang Pekanbaru, Firdaus Klaim Menang (diakses pada 11 Januari 2012)
  27. ^ berita.liputan6.com Pilkada Pekanbaru Dituding Banyak Kecurangan (diakses pada 11 Januari 2012)
  28. ^ "Anggota DPRD Pekanbaru 2009-2014". www.pekanbaruriau.com. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  29. ^ "Gubernur Riau Harapkan Anggota DPRD Bebas dari KKN". www.antaranews.com. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  30. ^ a b "45 DPR Kota Pekanbaru 2009-2014 Resmi Dilantik". www.riauinfo.com. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  31. ^ http://www.pekanbaru.go.id Pimpinan DPRD Kota Pekanbaru
  32. ^ "Kajian Ekonomi Regional Provinsi Riau Triwulan I 2010" (PDF). Bank Indonesia Pekanbaru. Diakses tanggal 7 November 2010. 
  33. ^ Mal Ciputra Seraya
  34. ^ Pasar Cik Puan Tetap Akan Jadi Pasar Tradisional
  35. ^ PT. Feraco, (2004), Indonesian investment and trading opportunity by province, regency, city, Volume 5, Fery Agung, ISBN 979-3824-18-2.
  36. ^ Susanto, B.W., Deliarnov, Tantoro, S., Perkembangan Investasi Sektor Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Pekanbaru Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah, Jurnal Industri dan Perkotaan, Vol. XIII No 24, Agustus 2009.
  37. ^ http://www.riauinfo.com Bangun Gedung Baru, Kapasitas Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Bertambah (diakses pada 7 November 2010)
  38. ^ http://www.rssantamariapekanbaru.com RS Santa Maria
  39. ^ http://www.rsi-ibnusina.com RSI Ibnu Sina
  40. ^ pekanbaru.awalbros.com RS Awal Bros
  41. ^ http://www.depkes.go.id Profil kesehatan Riau 2006
  42. ^ pekanbarukota.bps.go.id Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tahun 2004 - 2008
  43. ^ "Termegah di Indonesia, Perpustakan Soeaman HS resmi dibuka". Riauterkini.com. 2008-10-28. 
  44. ^ Endarmoko, Eko, (1993), MEMOAR: senarai kiprah sejarah : diangkat dari majalah Tempo, Pustaka Utama Grafiti, ISBN 979-444-274-7.
  45. ^ nisn.jardiknas.org Data Siswa
  46. ^ riau.dapodik.org Data Sekolah
  47. ^ "Harga Lahan PLTU Rp10.000 per Meter". Pemda Kota Pekanbaru. Diakses tanggal 2 October 2010. 
  48. ^ a b c "Kota Pekanbaru" (PDF). Diakses tanggal 7 November 2010. 
  49. ^ http://www.angkasapura2.co.id Passenger (diakses pada 7 Januari 2013)
  50. ^ Dulm, J. van, et al. Geïllustreerde atlas van de Japanse kampen in Nederlands-Indië, 1942-1945 Purmerend: Asia Maior, 2000-2002, 2 vols.
  51. ^ Hovinga, Henk, Eindstation Pakan Baroe 1944-1945: dodenspoorweg door het oerwoud Amsterdam: Buijten & Schipperheijn, 1982.
  52. ^ http://www.rajaalihaji.com Raja Ali Haji - Tokoh Sastrawan dan Intelektual
  53. ^ Abdul Baqir Zein, (1999), Masjid-masjid bersejarah di Indonesia, Gema Insani, ISBN 979-561-567-X.
  54. ^ Tri Maya Yulianingsih, Ratino, (2010), Jelajah wisata Nusantara: berbagai pilihan tujuan wisata di 33 provinsi, Niaga Swadaya, ISBN 979-788-166-0.
  55. ^ http://www.zamrudtv.com Ribuan Warga Hadiri Pesta Adat Tabuik
  56. ^ Amril Amarullah. PSPS Berbagi Kandang di Padang. VIVANews, 22 September 2010. Diakses pada 23 September 2010.
  57. ^ pekanbaru.tribunnews.com PSPS Lakukan Perwatan Stadion Kuansing
  58. ^ http://www.ponxviii-riau.com Venues/Lokasi Acara PON XVIII Riau 2012 (diakses pada 7 November 2010)
  59. ^ Tempo, Volume 9, Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya, 1979.

Pranala luar

  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191 Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.