Lompat ke isi

Kanon Alkitab Kristen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Januari 2016 09.16 oleh Ign christian (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{for|kanon Yahudi|Perkembangan kanon Alkitab Ibrani}} {{for|kanon Perjanjian Lama|Perkembangan kanon Perjanjian Lama}} {{for|kanon Perjanjian Baru|Perkembangan kanon...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kanon Alkitab Kristen merupakan sekumpulan kitab yang dianggap oleh suatu denominasi Kristen sebagai terinspirasi secara ilahi dan dengan demikian membentuk sebuah Alkitab Kristen. Kendati Gereja perdana utamanya menggunakan Septuaginta (Perjanjian Lama Yunani, atau LXX) atau Targum dalam kalangan yang berbahasa Aram, para Rasul tidak mewariskan sebuah set kitab-kitab suci baru yang sudah terdefinisikan dengan jelas sehingga kanon Perjanjian Baru dikembangkan seiring berjalannya waktu.

Sebagaimana perkembangan kanon Perjanjian Lama, kanon Perjanjian Baru juga mengalami proses secara bertahap. Sebuah artikel dari Catholic Encyclopedia tentang Perjanjian Baru menjelaskan proses perangkaian berbagai surat dan sejarah yang beredar dalam Gereja awal mula sampai kanon tersebut disahkan oleh serangkaian konsili yang berupaya memastikan legitimasi kitab-kitab tersebut sebagai kitab suci yang terinspirasi atau terilhami:

Gagasan bahwa kanon yang lengkap dan jelas dari Perjanjian Baru telah ada sejak awal, yaitu dari masa Apostolik, tidak memiliki dasar dalam sejarah. Kanon Perjanjian Baru, seperti yang Lama, merupakan hasil dari suatu perkembangan, dari suatu proses yang secara bersamaan dipicu oleh perdebatan dengan mereka yang meragukannya, baik di dalam maupun di luar Gereja, diperlambat oleh berbagai keraguan alamiah dan ketidakjelasan tertentu, dan tidak mencapai kesepakatan akhir sampai definisi dogmatis yang dilakukan dalam Konsili Tridentin.[1]

Lima Puluh Alkitab Konstantinus

Pada tahun 331, Kaisar Konstantinus I menugaskan Eusebius dari Kaisarea untuk mengirimkan 50 Alkitab bagi Gereja Konstantinopel. Athanasius[2] mencatat para ahli kitab dari Aleksandria sedang mempersiapkan Alkitab-Alkitab untuk Kaisar Konstans pada sekitar tahun 340. Hanya sedikit hal lainnya yang diketahui, kendati ada banyak spekulasi seputar hal tersebut. Sebagai contoh, ada dugaan bahwa hal ini mungkin mendorong adanya pendaftaran kanon, dan bahwa Kodeks Vaticanus dan Kodeks Sinaiticus merupakan beberapa contoh dari Alkitab-Alkitab ini. Kodeks-kodeks tersebut nyaris merupakan versi lengkap dari Septuaginta; Vaticanus hanya kekurangan 1–3 Makabe dan Sinaiticus tidak mencakup 2–3 Makabe, 1 Esdras, Barukh, dan Surat Nabi Yeremia.[3] Bersama dengan Peshitta dan Kodeks Alexandrinus, Kodek Vaticanus dan Sinaiticus merupakan Alkitab-Alkitab Kristen paling awal yang masih ada hingga sekarang.[4]

Tidak ditemukan bukti dalam kanon-kanon Konsili Nicea Pertama mengenai adanya suatu penetapan kanon Alkitab; namun Hieronimus (347–420), dalam Prologue to Judith, mengklaim bahwa Kitab Yudit "ditetapkan oleh Konsili Nicea untuk dimasukkan dalam keseluruhan Kitab Suci".[5]

Alkitab Vulgata

Penugasan oleh Paus Damasus I kepada Hieronimus untuk mengerjakan Alkitab edisi Vulgata berbahasa Latin, ca 383, memiliki peranan penting dalam penetapan kanon di Barat.[6] Daftar di bawah ini konon disahkan oleh Paus Damasus I:

Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yesus Nave, Hakim-hakim, Rut, 4 kitab Raja-raja, 2 kitab Tawarikh, Ayub, Mazmur Daud, 5 kitab Salomo, 12 kitab para Nabi, Yesaya, Yeremia, Daniel, Yehezkiel, Tobit, Yudit, Ester, 2 kitab Esdras, 2 kitab Makabe, dan dalam Perjanjian Baru: 4 kitab Injil, 1 kitab Kisah Para Rasul, 13 kitab Rasul Paulus, 1 darinya kepada Jemaat Ibrani, 2 dari Petrus, 3 dari Yohanes, 1 dari Yakobus, 1 dari Yudas, dan Apokalipsis Yohanes.

Kedua kitab Esdras merujuk pada Kitab Ezra dan Kitab Nehemia sebagaimana adanya dalam satu kitab (‘Ezrā) di Alkitab Ibrani; Hieronimus, dalam Kata Pengantar Kitab Samuel dan Raja-raja, menjelaskan bahwa "untuk kelompok ketiga dalam Hagiografa, yang mana kitab pertama dimulai dengan Ayub, ... yang kedelapan, Ezra, yang mana juga dibagi menjadi dua kitab di kalangan Yunani dan Latin; yang kesembilan adalah Ester."[7] Kelima kitab Salomo mengacu pada Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, dan Sirakh (Eklesiastikus).[8]

Paus Damasus I seringkali dianggap sebagai bapa dari kanon Katolik, karena apa yang dipandang sebagai daftarnya sesuai dengan kanon Katolik saat ini. Apa yang disebut sebagai "daftar Damasian", yang mana sebagian kalangan mengaitkannya dengan Decretum Gelasianum,[9] dianggap merujuk pada Konsili Roma tahun 382 di bawah kepemimpinan Paus Damasus I. Daftar tersebut identik dengan apa yang kemudian dirumuskan dalam Kanon Trente,[10] dan kendati ada yang menganggap teks tersebut bukan Damasian, setidaknya dianggap sebagai suatu kompilasi yang berharga dari abad ke-6.[11][12] The Oxford Dictionary of the Christian Church menyatakan bahwa, "Suatu konsili kemungkinan diadakan di Roma pada tahun 382 di bawah kepemimpinan St. Damasus yang memberikan sebuah daftar lengkap berisi kitab-kitab kanonik baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru (juga dikenal sebagai 'Dekrit Gelasius' karena direproduksi oleh Gelasius pada tahun 495), yang mana identik dengan daftar yang diberikan di Trente."[13]

Agustinus dan konsili-konsili Afrika Utara

Agustinus dari Hippo menyatakan bahwa seseorang seharusnya "lebih memilih apa yang diterima oleh semua Gereja Katolik daripada apa yang tidak diterima oleh beberapa dari mereka" (De doctrina christiana 2.12, bab 8).[14] Yang dimaksudkan Agustinus oleh "Gereja-gereja Katolik" adalah mereka yang setuju dalam penilaian ini, karena saat itu banyak Gereja Timur yang menolak beberapa dari kitab yang dipertahankan penerimaannya secara universal oleh Agustinus. Dalam bagian yang sama ia menegaskan bahwa gereja-gereja yang tidak sepakat ini semestinya terkalahkan oleh pendapat-pendapat dari "gereja-gereja yang lebih banyak dan lebih tinggi", yang mungkin mencakup Gereja-gereja Timur, suatu wibawa yang mana Agustinus nyatakan menggerakkannya untuk menyertakan Kitab Ibrani di antara tulisan-tulisan kanonik, kendati ia masih bertanya-tanya mengenai kepengarangannya.[15]

Referensi

  1. ^  Herbermann, Charles, ed. (1913). "Canon of the New Testament". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  2. ^ Apol. Const. 4
  3. ^ (Inggris) Martin Hengel (2004), Septuagint As Christian Scripture, A&C Black, hlm. 57, ISBN 9780567082879 
  4. ^ The Canon Debate, pp. 414–15, for the entire paragraph
  5. ^  Herbermann, Charles, ed. (1913). "Book of Judith". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company.  Canonicity: "..."the Synod of Nicaea is said to have accounted it as Sacred Scripture" (Praef. in Lib.). It is true that no such declaration is to be found in the Canons of Nicaea, and it is uncertain whether St. Jerome is referring to the use made of the book in the discussions of the council, or whether he was misled by some spurious canons attributed to that council".
  6. ^ (Inggris) Bruce, F. F. (1988). The Canon of Scripture. InterVarsity Press. hlm. 225. 
  7. ^ (Inggris) "Jerome's Preface to Samuel and Kings", Jerome: The Principal Works of St. Jerome, CCEL 
  8. ^ (Inggris) Innocent I, Bible Research 
  9. ^ (Inggris) Decretum Gelasianum, Tertulian .
  10. ^ Lindberg (2006). A Brief History of Christianity. Blackwell Publishing. hlm. 15. 
  11. ^ (Inggris) Bruce, F. F. (1988). The Canon of Scripture. Intervarsity Press. hlm. 234. 
  12. ^ (Inggris) Turner, CH, ed. (1900), "Damasian Canon", JTS, 1: 554–60 .
  13. ^ (Inggris) F.L. Cross, E.A. Livingstone, ed. (1983), The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-2nd), Oxford University Press, hlm. 232 
  14. ^ (Inggris) Augustine, Aurelius, On Christian Doctrine, Book II, Georgetown .
  15. ^ (Inggris) Corey Keating, The Criteria Used for Developing the New Testament Canon.