Arjawinangun, Arjawinangun, Cirebon
Arjawinangun | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Cirebon | ||||
Kecamatan | Arjawinangun | ||||
Kode Kemendagri | 32.09.24.2004 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Arjawinangun adalah desa di kecamatan Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Desa Arjawinangun bersama Desa Jungjang merupaka pusat kota Kecamatan Arjawinangun. Alun-alun Kecamatan, Kantor Kecamatan, dan Masjid Besar Fadlullah Arjawinangun berada di desa ini.
Sejarah Asal Usul Desa ArjawinangunDiceritakan dalam alam pengembaraannya untuk mencari dan memperdalam agama islam,dua orang Pajajaran Raden Walangsungsng dan Adiknya Nyi Rarasantang,sampai ke Mesir menunaikan Ibadah Haji,Raden Walangsungsang pulang ke Cirebon dengan sebutan Haji Abdullah Iman,sedangkan adiknyaNyi Rarasantang tetap berada di Mesir karena telah bersuami dengan Syarif Abdullah seorang Raja Mesir,berputra dua orang yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah,tidak lama kemudian setelah Syarif Hidayatullah dilahirkan,ayahandanya wafat.Menginjak usia dewasa,Syarif Hidayatullah berpamitan kepada ibunya pergi ke Cirebon sambil mencari Guru untuk memperdalam ajaran agama islam.di Cirebon bertemu dengan Uwaknya H.Abdullah Iman atau di sebut juga Pangeran Cakra Buana yang telah memiliki seorang PutriNyi Mas Pakungwati,dari pernikahan dengan Nyai Endang Geulis,Syarif Hidayatullah dinikahkan dengan Nyi Mas Pakungwati dan menduduki Keraton Paakungwati dengan gelarSultan Syarif Hidayatullah atas pemberian nama Uwaknya Pangeran Cakra Buana.Belum lama di Cirebon,Syarif Hidayatullah pergi mengembara ke Negri Cina untuk menuntut ilmu dan menyebarkan agama islam,di negri Cina Syarif Hidayatullah sangat dihormati oleh masyarakat yang di datangi dan banyak pula yang menganut agama islam,karena dianggap orang sakti dan sangat ramah dengan penduduk.Pada suatu ketika terjadi kebakaran di pembakaran keramik,di dalam rumah menyaladi landa api,tak ada seorangpun yang berani menyelamatkan bayi yang masih ada di dalamnya,dengan tenangnya Syarif Hidayatullah masuk untuk menyelamatkan bayi lewat kobaran api yang menyala,bayi dapat di selamatkan dengan keadaan segar bugar,begitu pula dengan Syari Hidayatullah,pakaiaannya tidak terbakar sedikitpun.penduduk terkagum kagum dan dianggap orang sakti.Peristiwa itu terdengar Kaisar Cina yang menjadikan dirinya gusar dan marah,maka dibuatlah tipu muslihat,diundanglah Syarif Hidayatullah ke Istana untuk menebak apakah Putri An Liong Tien benar-benar mengandung,semula Syarif Hidayatullah akan menerima hukuman yang berat dari Kaisar karena di perut Putri An Liong Tien hanyalah sebuah bantal belaka yang di letakkan di dalam perutnya,sehingga persis seperti orang mengandung,akan tetapi dalam keputren seorang emban menjerit-jerit bahwa Putri An Liong Tien benar- benar mengandung,setelah dilihat oleh Kaisar benar juga adanya,Syarif Hidayatullah menyelinap keluar dari Istana dan kembali ke Cirebon.Putri An Liong Tin berpamitan kepada ayahnya untuk mencari calon suami di Cirebon,dalam pertemuannya digunungjati Putri An Liong Tin dinikahi oleh Syari Hidayatullah dan di tempatkan di daerah Luragung,Putri An Lion Tinmengangkat putra Ki Gede Luragung bernama Arya Kemuning,kemudian namanya menjadi Adipati Arya Kemuning.Pada saat menginjak usia dewasa,Dipati Arya Kemuning yang telah ditinggal ibunya wafat,pergi ke Gunungjati untuk ayahandanya Syarif Hidayatullah,Sultan Syarif Hidayatullah menerimanya dengan suka hati,kemudian DipatiArya Kemuning di tugaskan untuk mengundang Suryadarma di Indramayu agar datang ke Gunungjati.Sekembalinya Arya Kemuning setelah melaksanakan amanat Ayahandanya,karena kelelahan,Dipati Arya Kemuning istirahat untuk melepaskan lelah,ditempat istirahat Dipati Arya Kemuning itulah sekarang disebut Arjawinangun.Arjawinangun terdiri dari dua kataARJA dan WINGUN. artinya bahagia dan Winangun artinya membangun atau telah selesai melaksanakan tugas.