Lompat ke isi

Banua Lima

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Februari 2008 18.25 oleh Alamnirvana (bicara | kontrib)

Banua Lima adalah sebuah negeri yang menjadi provinsi Kesultanan Banjar. Wilayah negeri ini meliputi sebagian besar wilayah Hulu Sungai, Kalimantan Selatan saat ini. Banua Lima artinya wilayah yang meliputi lima banua/lalawangan yaitu :

  1. Sungai Banar (ibukota)
  2. Amuntai (daerah Amuntai dan daerah hulunya : Balangan-Batang Alai)
  3. Alabio (daerah Alabio)
  4. Kelua (daerah Kalua serta daerah hulunya : Tabalong)
  5. Negara (daerah Negara dan daerah hulunya Amandit serta Labuan Amas)

Jadi dalam pengertian ini daerah Margasari, Banua Ampat, dan Bakumpai tidak termasuk dalam wilayah Banua Lima.

Adipati

Setiap lalawangan (distrik) dipimpin kepala daerah yang bergelar Kiai Tumenggung (Temanggung). Gabungan kelima lalawangan ini dipimpin seorang kepala daerah yang bergelar Kiai Adipati. Pada masa pemerintahan Sultan Adam Alwazikubillah (1825-1857), gubernur (adipati) Banua Lima adalah Kiai Adipati Danu Raja, yang merupakan anak kemenakan dari permaisuri Sultan Adam, Nyai Ratu Komala Sari. Kiai Adipati Danu Raja masih keturunan anak cucu orang sepuluh.

Banua Lima pada Masa Kerajaan Negara Dipa-Negara Daha (1300-1565)

Ketika Ampu Jatmika, saudagar dari negeri Keling datang ke pulau Hujung Tanah (Borneo) untuk membuka negeri baru, ia memasuki sungai Bahan (sungai Negara) kemudian mendirikan candi Laras, sebagai pusat kerajaan Negara Dipa. Setelah mengangkat dirinya sebagai raja, ia mencari daerah baru di sebelah hulu sungai Bahan dan menaklukan penduduknya yaitu daerah lima aliran sungai yaitu sungai Batang Alai, sungai Tabalong, sungai Balangan, sungai Pitak (sungai Pitap), dan sungai Amandit serta wilayah perbukitan yang sejak semula dihuni oleh suku Dayak Bukit. Kelima daerah inilah yang disebut sebagai Banua Lima. Masing-masing Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut dipimpin seorang yang bergelar sakai. Ampu Jatmika kemudian mendirikan Candi Agung (Amuntai) sebagai pusat kerajaan yang baru. Selanjutnya kemudian pusat kerajaan berpindah ke daerah Negara disebut Kerajaan Negara Daha. Menurut sebagian pendapat para ahli sejarah, pada masa Maharaja Tumenggung, pusat kerajaan berada di Muara Rampiau, (Margasari). Jadi sebutan wilayah di hulu (sungai Bahan) dari ibukota kerajaan tetap disebut Banua Lima sedangkan daerah hulu sungai Tapin disebut Banua Ampat. Sedangkan pelabuhan niaga kerajaan Negara Daha berada di Bandar Muara Bahan, di daerah Bakumpai. Wilayah Banua Lima pada masa itu sama cakupannya dengan wilayah Banua Lima pada masa Kesultanan Banjar.