Kereta api bisnis
Kereta api bisnis adalah kelas kereta penumpang di bawah kelas eksekutif. Kini kereta kelas bisnis di Indonesia telah dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). Jumlah kursi dalam kereta bisnis lebih banyak dibandingkan dengan kereta api eksekutif, yaitu sebanyak 64 buah. Sama seperti kelas ekonomi, setiap gerbong dilengkapi 6 unit AC.
Kereta bisnis pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, atau CC204. Tetapi CC206 kadangkala dioperasikan untuk menggantikan ketiga jenis lokomotif tersebut.
Ada juga kereta api kelas campuran, yaitu dalam satu rangkaian terdapat dua kelas, yaitu eksekutif dan bisnis. Namun kereta eksekutif di kelas campuran ini berbeda dengan kereta api kelas eksekutif (kelas argo dan kelas satwa). Harga tiket lebih murah daripada kelas argo atupun kelas satwa. Dan dalam satu rangkaian terdapat satu kereta khusus makan (KM), kereta makan dan pembangkit (KMP) ataupun Kereta makan Pembangkit (MP).
Penomoran
Format penomoran untuk kereta kelas bisnis yaitu K2-xxyzz. Artinya, K2 adalah gerbong bisnis, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut). Misalnya: K2-65534 artinya kereta kelas 2 (bisnis) yang mulai dinas tahun 1965 dengan jenis bogie '5' urutan ke-34 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik dipo tertentu.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K2 x yy zz. Artinya, K2 adalah gerbong bisnis, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulik; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Contoh: K2 0 80 27 JAKK, artinya gerbong bisnis yang ditarik lokomotif (0) mulai dinas tahun 1980 (80), dan memiliki nomor urut 27 dan diikuti dua atau tiga huruf alfabet yang menandakan kepemilikan Dipo Induk Jakarta Kota (JAKK).
Pengoperasian
Kereta api bisnis ini dibagi dua menjadi kereta api kelas campuran dan kelas bisnis saja.
Pada umumnya, harga tiket yang ditawarkan oleh KAI hampir setara dengan kereta api ekonomi AC, bahkan ekonomi AC ada yang lebih mahal! Akan tetapi, kenyamanan yang ditawarkan berada sedikit di atas ekonomi AC: kapasitas penumpang yang lebih sedikit (64 kursi), serta jenis kursinya yang empuk dan sandarannya dapat diatur (reclining seat).
Kereta kelas bisnis (termasuk kereta makan, kereta makan pembangkit) ada yang diproduksi tahun 1964, 1965, 1978, 1980, 1981, 1982, 1984, 1985, 1986, 1991, dan terakhir 1996. KA buatan 1978, 1982, dan 1986 adalah yang paling mendominasi. Awalnya, kereta api bisnis diimpor dari luar negeri, namun sejak tahun 80-an, kereta bisnis dapat diproduksi oleh PT INKA.
Livery kereta kelas bisnis terbaru sama seperti yang ada di kereta Jayabaya, tetapi dengan pintu berwarna abu-abu. Livery ini juga dijadikan patokan untuk seluruh kereta ekonomi dan eksekutif yang sudah ada maupun yang baru.
Wacana penghapusan
Kini banyak gerbong bisnis dimodifikasi menjadi aling-aling, kereta bagasi (bagasi bercat hijau 1 pintu), kereta wisata (Jawa, Sumatera, Imperial, dan Priority), kereta makan kelas eksekutif (M1), kereta pembangkit (P), dan ada yang diretrofit menjadi KA eksekutif (K1), karena terancam dihapus sesuai rencana.[1] Perlahan-lahan kereta bisnis juga diganti, seperti KA Fajar dan Senja Utama Semarang yang diganti dengan KA Menoreh (ekonomi AC), KA Senja Kediri yang dulunya bisnis sekarang diganti dengan KA Majapahit kelas ekonomi AC, KA Jayabaya Utara, yang dulu kelas bisnis dan diluncurkan kembali sebagai KA ekonomi AC sebagai Jayabaya saja, dan pada kereta campuran, terlihat bahwa kereta kelas bisnis lebih sedikit dibandingkan eksekutif, meskipun dulu kereta bisnis dalam satu rangkaian kereta campuran seperti Cirebon Ekspres, bisa lebih banyak dari eksekutifnya. Kereta bisnis juga perlahan dihilangkan pada kereta kelas campuran seperti Purwojaya, yang kelasnya telah menjadi eksekutif sepenuhnya.
Sampai saat ini, PT INKA belum membuat KA bisnis baru lagi sejak terakhir kali kereta bisnis diproduksi INKA pada tahun 1996, karena rencananya kereta kelas bisnis terancam dihapus.[1] Apabila wacana penghapusan kereta bisnis terus menguat, maka semua kereta bisnis dapat diretrofit kapan saja.
Penghapusan
Kereta kelas Bisnis perlahan telah mulai dihapuskan sejak September 2016, dibuktikan dengan berubahnya kelas Bisnis di KA Mutiara Selatan, KA Fajar Utama Yogya, serta KA Senja Utama Yogya menjadi kelas Ekonomi AC plus non-PSO dengan rangkaian baru produksi PT INKA tahun 2016. Namun, sejak 15 Oktober 2016 ketiga kereta tersebut kembali menggunakan rangkaian kelas Bisnis. Kemudian, KA Mutiara Selatan kini kelasnya tidak lagi bisnis sepenuhnya, namun menjadi kelas eksekutif-bisnis.
Kereta api kelas campuran di Indonesia
Layanan kereta api kelas campuran (eksekutif-bisnis, eksekutif-bisnis-ekonomi, dan eksekutif-ekonomi) di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
Nama Kereta Api | Relasi | Dipo Induk | Lokomotif | Jarak Tempuh | Waktu Tempuh |
---|---|---|---|---|---|
Argo Parahyangan**/* | Gambir - Bandung | Bandung (BD) | CC206 | 166 km | 2 jam 40 menit s.d. 3 jam 15 menit |
Sawunggalih Utama* | Pasar Senen - Kutoarjo | Kutoarjo (KTA) | 451 km | 6 jam 35 menit s.d. 6 jam 51 menit | |
Gumarang*** | Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi | Jakarta Kota (JAKK) | CC201/CC203 | 730 km | 10 jam 30 menit s.d. 11 jam |
Lodaya* | Bandung - Solo Balapan | Bandung (BD) | CC206 | 447 km | 8 jam 30 menit |
Cirebon Ekspres** | Gambir - Cirebon | Cirebon (CN) | 219 km | 2 jam 50 menit s.d. 3 jam 15 menit | |
Tegal Bahari** | Gambir - Tegal | 310 km | 4 jam 10 menit s.d. 4 jam 12 menit | ||
Jebres Putra*** | Cepu - Solo Jebres | Solo Balapan (SLO), Yogyakarta (YK) dan Semarang Poncol (SMC) | CC300/CC206 | 122 km | 3 jam 35 menit |
Sancaka** | Surabaya Gubeng - Yogyakarta | Yogyakarta (YK) | CC201/CC203/CC206 | 312 km | 6 jam 40 menit |
Ranggajati* | Jember - Cirebon | Cirebon (CN) | CC206 | 887 km | 15 jam 35 menit s/d 16 jam 10 menit |
Malioboro Ekspres** | Yogyakarta - Malang | Yogyakarta (YK) | CC201/CC203/CC206 | 390 km | 7 jam |
Malabar*** | Bandung - Malang | Bandung (BD) | CC206 | 828 km | 15 jam 20 menit s.d. 15 jam 40 menit |
Mutiara Timur* | Surabaya Gubeng - Banyuwangi Baru | Banyuwangi (BW) | CC201/CC203/CC206 | 308 km | 6 jam 25 menit s.d. 6 jam 30 menit |
Mutiara Selatan* | Bandung - Surabaya Gubeng - Malang | Bandung (BD) | CC201/CC203/CC206 | 720 km | 15 jam 39 menit (Malang-Bandung)
14 jam 35 menit (Bandung-Malang) |
Harina*** | Bandung - Surabaya Pasarturi | Bandung (BD) | CC203/CC206 | 541 km | 11 jam |
Limited Express Sriwijaya* | Tanjungkarang - Palembang Kertapati | Tanjung Karang (TNK) | CC204 | 370 km | 9 jam |
Sribilah* | Medan - Rantau Prapat | Medan (MDN) | CC201/BB203 | ||
Sindang Marga * | Kertapati-Lubuk Linggau | Kertapati (KPT) | CC201/CC204 | 308 km | 7 jam 30 menit |
Keterangan
- Eksekutif dan Bisnis AC*
- Eksekutif dan Ekonomi AC Plus**
- Eksekutif, Bisnis dan Ekonomi AC Plus/PSO***
Kereta api kelas bisnis di Indonesia
Layanan kereta api kelas bisnis di Pulau Jawa
Nama Kereta Api | Relasi | Lokomotif |
---|---|---|
Sawunggalih Utama Bisnis | Pasar Senen - Kutoarjo | CC206/CC203/CC201 |
Fajar Utama Yogya | Pasar Senen - Yogyakarta | CC206/CC203/CC201 |
Senja Utama Yogya | Pasar Senen - Yogyakarta | CC206/CC203/CC201 |
Senja Utama Solo | Pasar Senen - Solo Balapan | CC201/CC203 |
Sidomukti | Yogyakarta - Solo Balapan | CC201 |
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia