Kabupaten Pasaman
Kabupaten Pasaman كابوڤاتين ڤاسمن | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Saiyo | |
Koordinat: 0°10′00″N 100°07′01″E / 0.1667°N 100.117°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Barat |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | - |
Ibu kota | Lubuk Sikaping |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Yusuf Lubis |
Luas | |
• Total | 3.947,63 km2 (152,419 sq mi) |
Populasi ((2015)[1]) | |
• Total | 269.883 |
Demografi | |
• Agama | Islam 99.53% Kristen Protestan 0.45% Katolik 0.03%[2] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0753 |
Kode Kemendagri | 13.08 |
DAU | Rp. 481.180.159.000.- |
Situs web | www.pasamankab.go.id |
Kabupaten Pasaman adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Lubuk Sikaping. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.947,63 km² dan berpenduduk sebanyak 253.299 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2010. Perang Paderi (1821-1830) yang dipimpin oleh pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol terjadi di Pasaman. Sumber pendapatan utama Kabupaten Pasaman berasal dari subsektor tanaman pangan. Meski demikian, Kabupaten Pasaman lebih dikenal karena produksi kelapa sawitnya. Pada tahun 2000, produksi kelapa sawit di Kabupaten Pasaman tercatat sebanyak 788.446 ton. Jumlah tersebut dipanen dari areal seluas 78.387 hektare. Di samping kelapa sawit, kabupaten Pasaman juga dikenal akan produksi minyak nilamnya. Minyak nilam yang dihasilkan Pasaman, selain yang dihasilkan Kepulauan Mentawai, merupakan yang terbaik di dunia.
Sejarah
Perang Paderi (1821-1830)
Desa Tanjung Bungo, Bonjol, salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, pernah melahirkan sosok pahlawan nasional, sekaligus salah satu tokoh Perang Paderi, Peto Syarif Tuanku Imam Bonjol.[3] Beliau juga adalah tokoh pemuka agama di desanya.[3] Saat itu desa yang ditinggali Tuanku Imam Bonjol terlibat dalam pertikaian antara golongan agama yang menginginkan pemurnian kembali ajaran Islam, yang dipelopori Haji Miskin, dengan golongan adat yang tidak menghendaki hal tersebut.[3]
Peto Syarif menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat pertikaian antarsaudara ini, dan beliau berusaha menghentikannya dengan mempersatukan kedua golongan tersebut untuk bersama-sama melawan koloni Belanda yang telah menguasai Sumatera Barat termasuk Pasaman.[3] Usaha beliau berhasil dan perjuangannya dikenal sebagai Perang Paderi (1821-1830), tetapi mereka kalah akibat terlalu banyak permasalahan dalam kubu beliau.[3]
Candi Nenek Moyang
Selain sebagai kota kelahiran pahlawan nasional, Kabupaten Pasaman juga sebagai salah satu tempat tinggal nenek moyang bangsa Indonesia, yang dibuktikan melalui ditemukannya situs berupa bangunan bekas candi, dan hingga saat ini masih diteliti oleh para arkeolog untuk diketahui asal zamannya.[3]
Peninggalan sejarah tersebut kurang mendapat perhatian masyarakat, terlihat dari area sekitar Candi Mahligai dan Candi Puteri Sangkar Bulan dipenuhi semak belukar; bangunan Candi Mahligai sendiri sudah rata dengan tanah sejak lebih dari dua dekade lalu, dan; bangunan Candi Puteri Sangkar Bulan nyaris tinggal puing.[3] Candi Puteri Sangkar Bulan merupakan kumpulan tiga candi, bersama Candi Mahligai berarti Pasaman memiliki empat candi, dan proses penghancuran keempatnya disebabkan oleh proyek pembanguna saluran irigasi di Kecamatan Panti, Pasaman.[3]
Pertanian
Pada tahun 2000, pertanian Kabupaten Pasaman menyumbang Rp639 miliar lebih dari sekitar total Rp1,5 triliun kegiatan ekonominya, dan hal itu menjadikan pertanian selalu mengungguli sektor lainnya; angkatan kerja berusia di atas 10 tahun sebanyak 255.293 jiwa dengan 246.390 atau 96 persennya telah bekerja, dan 75 persennya bekerja di sektor pertanian; produksi kelapa sawit sebanyak 788.446 ton yang dipanen di area seluas 78.387 hektare dengan sebanyak 65 persen berasal dari Simpang Ampat, kawasan di Kecamatan Pasaman yang dikenal sebagai pusat perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pasaman, dan menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas primadona di subsektor perkebunan.[3]
Selain pertanian--juga perkebunan--, Kabupaten Pasaman juga dikenal dengan minyak nilam yang dihasilkan di Kepulauan Mentawai, dan walau merupakan salah satu dari lima industri kecil, minyak nilam di sana merupakan yang terbaik di dunia.[3]
Etimologi
Kata pasaman berasal dari Gunung Pasaman. Pasaman yang diambil dari bahasa Minangkabau yang berarti persamaan. Hal ini merujuk kepada masyarakat heterogen yang tinggal di kabupaten ini. Sedangkan di dalam bahasa Mandailing memiliki terdapat kata pasaman yang memiliki arti yang sama dengan bahasa Minangkabau.[4]
Batas wilayah
Utara | Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara |
Timur | Provinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh Kota |
Selatan | Kabupaten Agam |
Barat | Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Pasaman Barat |
Tokoh
Salah satu tokoh terkenal yang lahir di Kabupaten Pasaman adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Tuanku Imam Bonjol. Peto Syarif Tuanku Imam Bonjol lahir di Desa Tanjung Bungo di Kecamatan Bonjol. Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pemuka agama yang berwibawa di desanya.
Selain Tuanku Imam Bonjol, perlawanan terhadap penjajah di Pasaman juga dipimpin oleh Tuanku Rao yang memimpin perlawanan di Rao.
Kecamatan
Kabupaten Pasaman terdiri dari 12 kecamatan, yaitu:
- Dua Koto
- Tigo Nagari
- Bonjol
- Lubuk Sikaping
- Mapat Tunggul
- Mapat Tunggul Selatan
- Panti
- Rao
- Rao Selatan
- Rao Utara
- Simpang Alahan Mati
- Padang Gelugur
Demografi
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, penduduk Kabupaten Pasaman berjumlah 253.299 jiwa. Di antara12 Kecamatan di Kabupaten Pasaman penduduk terbanyak berada di Kecamatan Lubuk Sikaping dengan jumlah penduduk 43.746 jiwa sekaligus menjadi Ibukota Kabupaten Pasaman, maupun Pusat Pemerintahannya.
Referensi
- ^ "Kabupaten Pasaman Dalam Angka 2016"
- ^ "Kabupaten Pasaman Dalam Angka 2016"
- ^ a b c d e f g h i j Tim Litbang Kompas (2001). Profil Daerah Kabupaten dan Kota. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 979-709-009-4.
- ^ Budaya Masyarakat Suku Bangsa Minangkabau di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi