Ashapoorna Devi
Lahir | Potoldanga, Kalkuta, India | 8 Januari 1909
---|---|
Meninggal | 13 Juli 1995 | (umur 86)
Pekerjaan | Novelis, Penyair |
Bahasa | Bengali |
Kebangsaan | India |
Periode | 1939–1995 |
Genre | Fiksi |
Karya terkenal | Prathom Protishruti Subarnolata Bakul Katha |
Penghargaan | Penghargaan Jnanpith Padma Shri Sahitya Akademi Fellowship |
Ashapoorna Devi (8 Januari 1909 – 13 Juli 1995) juga Ashapurna Debi atau Asha Purna Devi, adalah seorang novelis dan penyair Bengali. Ia dihargai dengan sejumlah penghargaan. Pada 1976, ia dianugerahi Penghargaan Jnanpith dan Padma Shri oleh Pemerintah India; D.Litt oleh Universitas Jabalpur, Rabindra Bharati, Burdwan dan Jadavpur. Universitas Vishwa Bharati menganugerahinya dengan Deshikottama pada 1989. Atas jasa-jasanya sebagai novelis dan penulis cerita pendek, Sahitya Akademi memberikannya penghargaan tertingginya, Fellowship, pada 1994.[1] Selama 70 tahun, Ashapurna Devi menulis sebanyak 300 buku tanpa pernah menempuh pendidikan formal apapun.
Selama 70 tahun, Ashapurna Devi menulis sebanyak 300 buku tanpa pernah menembuh pendidikan formal bentuk apapun. Melalui buku trilogi Pratham Pratishruti (1964), Subarnalata (1967), dan Bakul Katha (1974), Ashapurna Devi menceritakan tentang tiga generasi wanita di India. Narasinya mengenai patriarki dimulai dengan cerita tentang kultur antahpur yang “mencegah wanita untuk terekspos di publik”, di mana ia justru dengan tegas menggunakan suara wanita untuk menyiarkan hal tersebut. Tulisannya menginspirasi pergerakan feminisme di India, dimana budaya patriarki sangat kental di sana.[2]
Pada masa-masa menulisnya, Ashapurna Devi menyempatkan diri untuk menulis di tengah-tengah tugas domestiknya sebagai seorang wanita, seperti memasak dan mengurus anak. Dalam melancarkan strategi melawan patriarki di India, Ashapurna Devi menggunakan pendekatan yang berbeda dibanding kebanyakan feminis di Inggris maupun negara Eropa lainnya. Gaya menulis Ashapurna Devi lebih menempatkan dirinya sebagai seorang “saksi” patriarki dibanding seorang reformis sosial. Seperti Thucydides menceritakan Perang Peloponnesia, seperti itu pula Ashapurna Devi menceritakan posisi subversif wanita dalam struktur sosial di India. Di mana, ia lebih memosisikan dirinya sebagai seseorang yang mengharapkan adanya emansipasi wanita di generasi Bakul. Melalui cara itu, pembaca dibiarkan untuk memiliki refleksi tersendiri tentang fenomena sosial yang ada.
Referensi
- ^ [1] Diarsipkan 13 March 2008 di Wayback Machine.
- ^ Lal, Malashri (September 16, 2017). "Ashapurna Devi and the Feminist Consciousness in Bengal: A Biocritical Reading". The Daily Star Net. Diakses tanggal March 10, 2018.