Lompat ke isi

Komando Armada II

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komando Armada II Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
Berkas:Armatim.png
Logo Koarmada II
Dibentuk30 Maret 1985
Negara Indonesia
Cabang TNI Angkatan Laut
Tipe unitKomando Utama TNI AL
Bagian dariTentara Nasional Indonesia
MotoGhora Vira Madya Jala
Situs webwww.koarmatim.mil.id
Tokoh
Panglima Koarmada IILaksamana Muda TNI Didik Setiyono, S.E., M.M.
Kepala Staf Koarmada IILaksamana Pertama TNI I.N.G. Sudihartawan, S.Pi., M.M.
Berkas:Koarmatim logo.gif
Lambang Koarmada II

Komando Armada II atau disingkat (Koarmada II) adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut yang lahir pada 30 Maret 1985. Komando ini bermarkas besar di Surabaya, Jawa Timur. dan membawahi wilayah laut indonesia bagian tengah.

Sejarah

Sejarah Angkatan Laut dimulai dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945. BKR kemudian berkembang menjadi beberapa divisi, dimana BKR Laut, salah satu divisi awalnya, meliputi wilayah bahari / laut. Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut) pada tanggal 10 September 1945 oleh administrasi kabinet awal Soekarno menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan Laut di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terbentuknya BKR Laut ini dipelopori tokoh-tokoh bahariawan veteran yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine selama masa penjajahan Belanda dan veteran Kaigun selama masa pendudukan Jepang. Faktor lain yang mendorong terbentuknya badan ini adalah adanya potensi yang memungkinkan untuk menjalankan fungsi Angkatan Laut seperti kapal-kapal dan pangkalan, meskipun pada saat itu Angkatan Bersenjata Indonesia belum terbentuk. Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya.[1]

Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal – kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Sementara itu, sejarah Armada Republik Indonesia (Armada RI) tidak terlepas dari sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti dengan kelahiran TNI AL yang diawali dengan pembentuka tersebut di atas. Sejak masa TKR Laut ini struktur organisasi mulai disusun sesuai kebutuhan matra laut, yakni dengan membentuk beberapa satuan seperti Pangkalan, Corps Armada, Corps Mariniers, Polisi Tentara Laut, dan Kesehatan. Pada tanggal 25 Januari 1946 TKR Laut berubah menjadi Tentara Republik Indonesia Laut (TRI Laut). Demikian pada pada tanggal 19 Juli 1946 TRI Laut kemudian dirubah menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang disyahkan bertepatan dengan pelaksanaan Konferensi ALRI di Lawang, Malang.

Kemudian setelah kualitas unsur armada semakin canggih dan modern serta dan kuantitasnya semakin besar, akhirnya terbentuklah sebuah Komando Armada. Berdasarkan SK KSAL No. A. 4/2/10 tanggal 14 September 1959 ditetapkan berdirinya organisasi Komando Armada ALRI, yang diresmikan pembentukannya pada tanggal 5 Desember 1959 oleh KSAL Komodor Laut R.E. Martadinata. Pada tanggal ini selanjutnya tiap tahun diperingati sebagai “Hari Armada”. Sejalan dengan semakin komplexnya permasalahan yang terjadi di laut, pemimpin memandang perlu untuk membagi dua Armada. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Panglima ABRI Nomor : Kep.171/II/1985 tanggal 30 Maret 1985, Armada RI resmi di bagi menjadi dua kawasan wilayah kerja, yaitu Armada RI Kawasan Timur dan Armada RI Kawasan Barat. Pembagian wilayah kerja tersebut, juga secara bertahap melaksanakan Dispersi kekuatan Alut Sista yang semula seluruhnya berada di Armada Timur, sebagian di Dispersi ke Armada Barat, guna menyikapi perkembangan jaman dan tuntutan tugas semua wilayah kerja.

Panglima

Saat bernama Armada ALRI:


  1. Kolonel Laut Mohammad Nazir (1950 - 1957)
  2. Kolonel Laut R.S. Hadi Winarso (1957 - 1959)
  3. Kolonel Laut Omar Basri (1959 - 1960)
  4. Kolonel Laut R. Moeljadi (1960 - 1962)
  5. Kolonel Laut Hamzah Atmohardojo (1962 - 1964)
  6. Laksda Laut Rachmat Sumengkar (1964 - 1966)
  7. Laksda Laut L.M. Abdul Kadir (1966 - 1970)
  8. Laksda Laut Subroto Judono (1966 - 1970)
  9. Laksda Laut M. Subarkah (1970 -1970)
  10. Laksda TNI Syamsul Bahri (1970 - 1973)
  11. Laksda TNI Rudy Poerwana (1973 - 1977)
  12. Laksdya TNI Prasodjo Mahdi (1977 - 1981)
  13. Laksda TNI R. Kasenda (1981 - 1985)

Saat bernama Armada RI Kawasan Timur:


  1. Laksda TNI Gatot Suwardi (1985 - 1986)
  2. Laksda TNI R. Moh Arifin P.S (1986 - 1989)
  3. Laksda TNI Sumitro (1989 - 1991)
  4. Laksda TNI Tanto Kuswanto (1991 - 1993)
  5. Laksda TNI Mochammad Sochied (1993 - 1994)
  6. Laksda TNI Gofar Soewarno (1994 - 1995)
  7. Laksda TNI Bambang Surjanto (1995 - 1997)
  8. Laksda TNI Edi Suyadi (1997 - 1999)
  9. Laksda TNI Adi Haryono (1999 - 2001)
  10. Laksda TNI Syahroni Kasnadi (2001 - 2002)
  11. Laksda TNI I Wayan Rampih Argawa (2002 - 2003)
  12. Laksda TNI Slamet Soebijanto (2003 - 2003)
  13. Laksda TNI Sosialisman (2003 - 2005)
  14. Laksda TNI Yosaphat Didik Heru Purnomo (2005 - 2005)
  15. Laksda TNI Waldi Murad (2005 - 2006)
  16. Laksda TNI Moekhlas Sidik (2006 - 2007)
  17. Laksda TNI Adi Prabawa (2007 - 2008)
  18. Laksda TNI Lili Supramono (2008 - 2009)
  19. Laksda TNI Ignatius Dadiek Surarto (2009 - 2010)
  20. Laksda TNI Among Margono (2010 - 2010)
  21. Laksda TNI Bambang Suwarto (2010 - 2011)
  22. Laksda TNI Ade Supandi (2011 - 2012)
  23. Laksda TNI Agung Pramono (2012 - 2014)
  24. Laksda TNI Sri Mohamad Darojatim (2014 - 2014)
  25. Laksda TNI Arie Henrycus Sembiring (2014 - 2014)
  26. Laksda TNI Darwanto, M.AP. (2015 - 2017)
  27. Laksda TNI Didik Setiyono, S.E., M.M. (2017 - Sekarang)

Pangkalan

Koarmatim membawahi lima Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) dan 2 Gugus (Guskamla dan Gupurla) yang meliputi:

  1. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V (Lantamal V) di Surabaya, membawahi:
    1. Lanal Semarang
    2. Lanal Cilacap
    3. Lanal Tegal
    4. Lanal Batuporon
    5. Lanal Yogyakarta
    6. Lanal Malang
    7. Lanal Banyuwangi
    8. Lanal Denpasar
  2. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VI (Lantamal VI) di Makassar
    1. Lanal Palu
    2. Lanal Mamuju
    3. Lanal Kendari
    4. Fasharkan Makassar
  3. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VII (Lantamal VII) di Kupang
    1. Lanal Mataram
    2. Lanal Pulau Rote
    3. Lanal Maumere
  4. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VIII (Lantamal VIII) di Manado
    1. Lanal Tahuna
    2. Lanal Gorontalo
    3. Lanal Tolitoli
    4. Lanudal Manado
  5. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut XIII (Lantamal XIII) di Tarakan
    1. Lanal Nunukan
    2. Lanal Sangatta
    3. Lanal Balikpapan
    4. Lanal Kota Baru
    5. Lanal Banjarmasin

Satuan Operasi

  1. Gugus Tempur Laut Armada Timur (Guspurla Koarmatim) di Surabaya
  2. Gugus Keamanan Laut Armada Timur (Guskamla Koarmatim) di Biak

Satuan Pelaksana Armatim

Armada

Beberapa kapal yang tergabung ke dalam armada timur adalah:

  1. KRI Ahmad Yani - 351
  2. KRI Slamet Riyadi - 352
  3. KRI Yos Sudarso - 353
  4. KRI Oswald Siahaan - 354
  5. KRI Abdul Halim Perdanakusumah - 355
  6. KRI Karel Sasuit Tubun - 356
  7. KRI Fatahillah - 361
  8. KRI Malahayati - 362
  9. KRI Nala - 363
  10. KRI Ki Hajar Dewantara - 364
  11. KRI Diponegoro - 365
  12. KRI Hasanuddin - 366
  13. KRI Sultan Iskandar Muda - 367
  14. KRI Frans Kaisiepo - 368
  15. KRI Untung Suropati - 372
  16. KRI Sultan Nuku - 373
  17. KRI Lambung mangkurat - 374
  18. KRI Hasan Basri - 382
  19. KRI Cakra - 401
  20. KRI Nanggala - 402 (kapal selam)
  21. KRI Teluk Semangka -512
  22. KRI Teluk Penyu - 513
  23. KRI Teluk Mandar - 514
  24. KRI Teluk Sampit - 515
  25. KRI Teluk Banten - 516
  26. KRI Teluk Ende - 517
  27. KRI Teluk Cenderawasih - 533
  28. KRI Teluk Berau - 534 (Tenggelam sebagai sasaran tembak AJ/XXXI[2][3])
  29. KRI Teluk Jakarta - 541
  30. KRI Teluk Sangkulirang - 542
  31. KRI Multatuli MA-561
  32. KRI Kupang - 582
  33. KRI Nusa Utara - 584
  34. KRI Makassar - 590
  35. KRI Surabaya - 591
  36. KRI Mandau - 621
  37. KRI Rencong - 622
  38. KRI Badik - 623
  39. KRI Keris - 624
  40. KRI Hiu (634)
  41. KRI Singa - 651
  42. KRI Ajak-653
  43. KRI Pulau Rengat - 711
  44. KRI Pulau Rupat - 712
  45. KRI Pulau Raas - 722
  46. KRI Pulau Rimau - 724 (Satuan Kapal Ranjau)
  47. KRI Pandrong - 801
  48. KRI Sura - 802
  49. KRI Layang - 805
  50. KRI Suluhpari - 809
  51. KRI Katon - 810
  52. KRI Kakap - 811
  53. KRI Kerapu - 812
  54. KRI Tongkol - 813
  55. KRI Warakas - 816
  56. KRI Panana - 817
  57. KRI Kalakay - 818
  58. KRI Tedungnaga - 819
  59. KRI Piton - 821
  60. KRI Weling - 822
  61. KRI Tedungselar -824
  62. KRI Boiga - 825
  63. KRI Birang - 831
  64. KRI Mulga - 832
  65. KRI Badau-841
  66. KRI Salawaku-842
  67. KRI Patola -869
  68. KRI Taliwangsa - 870
  69. KRI Sambu - 902
  70. KRI Arun - 903
  71. KRI Sungai Gerong - 906
  72. KRI Sorong - 911
  73. KRI Soputan - 923
  74. KRI Dewa Kembar -932
  75. KRI Rigel - 933
  76. KRI Spica - 934
  77. KRI Waigeo - 961
  78. KRI Karang Pilang - 981
  79. KRI Karang Tekok - 982
  80. KRI Karang Banteng - 983
  81. KRI dr.Suharso - 990
  82. KRI Sutedi Putra - 878
  83. KRI Tanjung Dalpele - 972
  84. KRI Dewaruci
  85. KRI Arung Samudera

Lihat pula

Referensi

Pranala luar