Astra International
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Maret 2017) |
Publik | |
Kode emiten | IDX: ASII |
Industri | Otomotif, jasa keuangan, alat berat, agribisnis, teknologi informasi, infrastruktur |
Didirikan | Jakarta, Indonesia (1957) |
Pendiri | Tjia Kian Tie William Soerjadjaja Liem Peng Hong |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh kunci | Prijono Sugiarto (Presiden Direktur) |
Produk | Otomotif, jasa keuangan, alat berat, agribisnis, teknologi informasi, infrastruktur, Retail |
Pendapatan | 206,057 triliun IDR (2017) |
Karyawan | 221.719 (30 Juni 2018) |
Situs web | www.astra.co.id |
Astra International (IDX: ASII) merupakan perusahaan multinasional diversifikasi[1] yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990, perseroan mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk.[2] Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990. Per 30 Juni 2018, mayoritas saham Astra dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage Ltd. sebesar 50,11%.[2]
Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di JI. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta.[2] Ruang lingkup kegiatan Perseroan seperti yang tertuang dalam anggaran dasarnya adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor dengan suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.[2]
Sampai dengan Desember 2017, Grup Astra memperkerjakan lebih dari 218.000 karyawan di 212 perusahaan, anak perusahaan, dan entitas asosiasi.[3] Jumlah ini bertumbuh hingga 221.719 per 30 Juni 2018.[2]
Sejarah
Astra International pada awalnya didirikan oleh Tjia Kian Liong (William Soerjadjaja), Tjia Kin Joe (Benyamin), dan Liem Peng Hong pada tahun 1950-an.[4] Perusahaan ini pada awalnya menempati sebuah toko di Jalan Sabang no. 36A, Jakarta. Nama Astra sendiri diusulkan oleh Kian Tie, adik Kian Liong, yang berarti terbang ke langit dan menjadi bintang terang.[5] Ketiga pendirinya kemudian mendaftarkan nama Astra International Inc. ke notaris Sie Khwan Djioe pada tanggal 20 Februari 1957 dengan modal sejumlah 2,5 juta rupiah. [5]
Pada awal berdirinya, perusahaan ini menjadi distributor dan importir limun merek Prim Club Kornet CIP. Selain produk impor, ada juga produk lokal dari Bandung seperti pasta gigi Fresh O Dent dan pasta gigi Odol Dent. Bisnis usahanya yang lain meliputi pengiriman fosfat alumunium, bohlam lampu, dan mengekspor kopra serta minyak goreng. [5] Namun belakangan, hanya Kian Liong yang mengelola Astra, karena Kian Tie bekerja di Palembang sementara Pang Hong dengan bisnisnya yang lain. Saham-saham perusahaan pun seluruhnya beralih ke tangan Kian Liong pada 1961.[5] Setelah itu, Astra memasuki babak baru. Pada masa-masa sulit Demokrasi Terpimpin orde lama Presiden Sukarno, antara 1962 hingga 1964, Astra sempat menjadi pemasok lokal proyek pembangunan Waduk Jatiluhur. [5]
Memasuki tahun 1965, di tengah situasi ekonomi yang buruk, Kian Liong mencoba mempertahankan perusahaannya agar bisa tetap hidup. Ia kemudian memindahkan kantornya dari Jalan Sabang ke Jalan Juanda III no 8.[5] Pada tahun 1966, Astra menjadi importir 80 ribu ton aspal dari Marubeni, Jepang untuk membangun jalan. Perusahaan ini juga mendapat pinjaman dana dari USAID sebesar $2,9 juta untuk mengimpor apapun, termasuk truk-truk dari Amerika. Ia mengimpor 800 unit truk merek Chevrolet buatan General Motors Co. dan menjualnya kepada Pemerintah.[4] Sayangnya, Astra tak bisa mengimpor lebih banyak lagi truk-truk dari General Motors karena ia dianggap melanggar dan tidak memahami ketentuan USAID yang melarang perusahaan untuk memasok ke pemerintahan.
Pada tahun 1969, Astra mengalihkan usahanya ke Jepang. Hideo Kamio, salah seorang mantan manager di Gaya Motor sewaktu zaman Jepang, juga bersikeras truk-truk Toyota yang akan masuk Indonesia harus dirakit di Gaya Motor. Saat itu, Gaya Motor sudah dipegang oleh William. Maka, Astra melalui PT Gaya Motor pun menjadi agen tunggal Toyota.[6]
Mulai tahun 1970, Astra secara perlahan-lahan ditunjuk menjadi distributor dari berbagai hasil produksi Jepang, di antaranya menjadi distributor tunggal sepeda motor Honda serta distributor alat-alat perkantoran produksi Fuji Xerox di Indonesia. Untuk mendukung produksi di Indonesia, Astra juga mendirikan PT Federal Motor (kini PT Astra Honda Motor) untuk menjadi pabrik perakitan sepeda motor Honda di Indonesia pada tahun 1971.[7]
Astra memasuki bisnis perdagangan dan penyewaan alat berat melalui pendirian PT United Tractors di tahun 1972. Sementara itu, Astra juga ditunjuk menjadi agen tunggal pemasaran produk-produk Daihatsu pada tahun 1973, hingga mendirikan PT Daihatsu Indonesia (kini PT Astra Daihatsu Motor) di tahun 1978.[7]
Lebih lanjut dari penunjukkan Astra sebagai distributor kendaraan bermotor Toyota, Astra kemduian mendirikan ventura bersama dengan Toyota Motor Corporation di Jepang, yaitu perusahaan PT Toyota-Astra Motor (TAM) pada tahun 1971, yang menjadi perusahaan distribusi kendaraan bermerek Toyota di Indonesia. TAM kemudian meluncurkan mobil Toyota Kijang pertama pada tahun 1977, salah satu tipe mobil keluarga pionir di Indonesia.[7]
Pada tahun 1990, Astra melalukan penawaran umum perdana atas 30 juta lembar sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia).
Pada tahun 2004, Astra bekerja sama dengan Standard Chartered Bank melakukan pengambilalihan atas Bank Permata, sebuah bank hasil merger dari lima bank yang berada di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot. Kepemilikan gabungan Astra bersama dengan Standard Chartered Bank mencapai 89,12% sejak 2006 hingga kini.[8]
Saat ini, sebanyak 50,11 persen saham Astra International dikuasai oleh Jardine Cycle & Carriage Limited, sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura.[2]
Pada tahun 2016, Astra meluncurkan lini bisnisnya yang ketujuh, yaitu lini bisnis properti.[9]
Filosofi, Visi, dan Misi
Filosofi
Filosofi bisnis Grup Astra terdiri dari empat poin yang dikenal sebagai Catur Dharma. Filosofi tersebut muncul atas prakarsa Gerry Kasih, seorang bagian Perencanaa Perusahaan Astra. Dengan keinginan untuk mewariskan nilai-nilai yang dimiliki William Soeryadjaja, Gerry mengupayakan lahirnya falsafah perusahaan melalui berbagai tahap penulisan. Filosofi yang kini menjadi Catur Dharma disetujui melalui sebuah surat yang ditandatangani pada 20 Desember 1982 oleh William Soeryadjaja dan keluarganya.[4] Empat poin filosofi tersebut adalah:[10]
- Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara
- Memberi Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan
- Menghargai Individu dan Membina Kerja Sama
- Senantiasa Berusaha Mencapai yang Terbaik
Visi
Visi bisnis Grup Astra adalah:[10]
- Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pembangunan kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang solid, kepuasan pelanggan dan efisiensi
- Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan
Misi
Misi bisnis Grup Astra adalah: Sejahtera bersama bangsa dengan memberika nilai terbaik kepada stakeholder kami.[10]
Lini Bisnis
Hingga 31 Desember 2017, Astra memiliki tujuh lini bisnis utama, dengan berbagai macam segmen usaha dan anak perusahaan yang menangani langsung masing-masing lini bisnis tersebut.[7]
Otomotif
Lini bisnis otomotif mencakup bisnis kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, komponen pendukung kendaraan, serta berbagai produk dan jasa terkait otomotif lainnya. Berbagai anak usaha lini bisnis otomotif di antaranya Toyota-Astra Motor, Astra Daihatsu Motor, Isuzu Astra Motor Indonesia, Astra Honda Motor, Astra Otoparts, dan Astra World.[7]
Lini bisnis ini merupakan lini bisnis yang mengawali kiprah bisnis Astra International, dan merupakan salah satu lini bisnis utama perusahaan. Astra mengelola berbagai merek kendaraan bermotor yang dipasarkan di Indonesia, di antaranya Toyota, Daihatsu, Isuzu, BMW, Peugeot, dan UD Trucks (roda empat) dan Honda (roda dua). Pada tahun 1990, kontribusi dari lini bisnis otomotif terhadap pendapatan bersih Astra sempat mencapai 80,27%, hingga turun menjadi 52% pada tahun 2015 seiring pertumbuhan portfolio lini bisnis lainnya.[9]
Astra juga menjadi perusahaan pertama yang membangun pabrik perakitan sepeda motor di Indonesia melalui PT Federal Motor (yang kini menjadi Astra Honda Motor). Dimulai pada tahun 1971, Federal Motor merakit 1.500 unit sepeda motor Honda per tahunnya, dan pada tahun 2015, Astra mampu menjual 4,5 juta unit sepeda motor setiap tahunnya, dengan kapasitas produksi 5,8 juta unit pertahun.[9]
Jasa Keuangan
Lini bisnis jasa keuangan mencakup bisnis jasa perbankan, pembiayaan mobil, pembiayaan alat berat, pembiayaan sepeda motor, asuransi jiwa, dan asuransi umum. Berbagai anak usaha lini bisnis jasa keuangan di antaranya Bank Permata, Astra Sedaya Finance, Toyota Astra Financial Services, Federal International Finance, Komatsu Astra Finance, Asuransi Astra Buana, dan Astra Aviva Life.[7]
Lini bisnis ini bermula dari keinginan untuk meningkatkan penjualan dari lini bisnis otomotif di tahun 1980-an, khususnya untuk sepeda motor Honda. Melalui kerjasama dengan Fuji Bank dengan mendapatkan pinjaman USD 1 juta (disusul dengan bank lainnya), Astra mendirikan sebuah perusahaan leasing bernama Rahardja Sedaya pada tahun 1982, yang kini menjadi Astra Credit Companies. Lini bisnis keuangan kemudian berkembang kepada pembelian saham mayoritas Maskapai Asuransi Buana (kini menjadi Asuransi Astra) pada tahun 1990, dan mendirikan Federal International Finance (FIF) untuk pembiayaan konsumen sejak tahun 1991.[9]
Astra kemudian berkongsi dengan Standard Chartered Bank untuk mengelola Bank Permata sejak tahun 2004, melalui kepemilikan bersama sebesar 89,12% per 31 Desember 2017.[8]
Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi
Lini bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi mencakup perdagangan dan penyewaan mesin konstruksi, kontraktor pertambangan, pertambangan batu bara, konstruksi, dan energi. Berbagai anak usaha lini bisnis ini di antaranya United Tractors, Pamapersada Nusantara, Acset Indonusa, Bhumi Jati Power, dan Tuah Turangga Agung.[7]
Awal masuknya Astra ke dalam lini bisnis ini adalah pada dekade 1970-an melalui bisnis perdagangan dan penyewaan alat berat. Usai pendirian United Tractors pada tahun 1972, Astra mendapatkan keagenan dari Komatsu, sebuah perusahaan alat-alat berat asal Jepang. Kini, United Tractors juga menjadi distributor dari berbagai merek seperti UD Trucks, Scania, Bomag dan Tadano.[9]
United Tractors kemudian masuk ke bisnis batu bara di Indonesia melalui layanan kontraktor pertambangan batu bara dengan mendirikan perusahaan Pamapersada Nusantara pada tahun 1989, melalui berbagai jasa di antaranya disain pertambangan, eksplorasi, penyulingan, dan transportasi komoditas. Kemudian, dalam mengimbangi turunnya bisnis alat berat dan pertambangan batu bara, United Tractors memasuki bisnis konstruksi dengan mengakuisisi 50,1% saham dari Acset Indonusa, sebuah perusahaan konstruksi spesialisasi fondasi dan geoteknik.[9]
Agribisnis
Lini bisnis agri mencakup perkebunan kelapa sawit, pabrik pengolahan minyak sawit, peternakan, dan perdagangan komoditi. Berbagai anak usaha dalam lini bisnis ini di antaranya Astra Agro Lestari, Tanjung Sarana Lestari, Tanjung Bina Lestari, dan Agro Menara Rachmat.[7]
Pada tahin 1973, Astra mendirikan Multi Agro Corporation sebagai cikal bakal dari lini bisnis agri milik Astra. Pada awalnya, bisnis berjalan dengan penanaman singkong dan kelapa hibrida. Astra juga kemudian mengambil alih 50% saham dari Tunggal Perkasa Plantations, yang menjadi cikal bakal masuknya Astra ke dalam industri kelapa sawit.[9]
Infrastruktur dan Logistik
Lini bisnis infrastruktur dan logistik mencakup infrastruktur umum, jalan tol, logistik, dan pelabuhan laut. Berbagai anak usaha di antaranya Astra Tol Nusantara (sebelumnya Astratel Nusantara), Serasi Autoraya, Marga Mandalasakti, Marga Trans Nusantara, Trans Marga Jateng, dan Pelabuhan Penajam Banua Taka.[7]
Pada awalnya, Astratel Nusantara, yang didirikan pada tahun 1992, menjalani bisnis telekomunikasi, dan kemudian diperluas kepada bisnis pembangunan dan pengelolaan jalan tol. Kini, lini bisnis ini turut memiliki dan/atau mengelola sejumlah jalan tol seperti Jalan Tol Tangerang-Merak milik Marga Mandalasakti, Jalan Tol Jombang-Mojokerto (bagian dari Jalan Tol Trans Jawa) milik Marga Hanjaya Infrastruktur, Jalan Tol Kunciran-Serpong, Jalan Tol Semarang-Solo, dan Jalan Tol Serpong-Balaraja.[9]
Teknologi Informasi
Lini bisnis teknologi industri mencakup solusi dokumen, layanan kantor, serta teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai anak usaha dalam lini bisnis ini di antaranya Astra Graphia dan Astra Graphia Information Technology.[7]
Masuknya Astra ke dalam lini bisnis ini diawali setelah kerja sama Astra dan Toyota di Jepang, ketika Fuji-Xerox menyatakan keinginan menjadikan Astra sebagai distributor eksklusif untuk memasarkan produknya di Indonesia. Kerja sama tersebut disepakati pada tahun 1970, dan kemudian bertransformasi menjadi Astra Graphia pada tahun 1979. Kini, lini bisnis ini juga berfokus pada industri teknologi informasi berupa layanan dukungan teknologi informasi bagi pasar bisnis.[9]
Properti
Lini bisnis properti mencakup properti komersial dan perdagangan properti. Berbagai anak usaha dalam lini bisnis ini di antaranya Menara Astra, Astra Land Indonesia, dan Astra Modern Land.[7]
Lini bisnis properti merupakan lini bisnis terbaru Astra, yang diluncurkan pada 27 Oktober 2016. Proyek perdanan lini bisnis ini adalah Menara Astra dan Anandamaya Residences di kawasan Sudirman.[9]
Referensi
- ^ "Astra International | Jardine Cycle & Carriage". Jardine Cycle & Carriage (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-08-23.
- ^ a b c d e f PT Astra International Tbk, "Laporan Keuangan Konsolidasian 30 Juni 2018 Tidak Diaudit", https://www.astra.co.id/Public/Files/Astra%20Account%20June%202018.pdf
- ^ "Our Companies > Astra International | Jardines". www.jardines.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-08-23.
- ^ a b c 1972-, Pambudi, Teguh Sri,. Man of honor : kehidupan, semangat, dan kearifan William Soeryadjaya. Jakarta. ISBN 9789792290974. OCLC 829199021.
- ^ a b c d e f Matanasi, Petrik. "Astra, dari Perusahaan Mati Suri Jadi Raksasa Otomotif - Tirto.ID". tirto.id. Diakses tanggal 2018-07-29.
- ^ Bisuk., Siahaan, (2000). Industrialisasi di Indonesia : sejak rehabilitasi sampai awal reformasi. Bandung: Penerbit ITB. ISBN 9799299195. OCLC 45891398.
- ^ a b c d e f g h i j k PT Astra International Tbk, "Inspirasi 60 Tahun Astra: Memberdayakan Keunggulan Internal (Laporan Tahunan 2017)", https://www.astra.co.id/Public/Files/AstraInternational_AR_2017_Final_17May2018.pdf
- ^ a b Pasific, Bullseye Asia. "Sekilas PermataBank". www.permatabank.com. Diakses tanggal 2018-08-23.
- ^ a b c d e f g h i j Yakub,, Liman,. Astra : on becoming pride of the nation. Jakarta. ISBN 9786020337906. OCLC 981509019.
- ^ a b c Batavianet. "Astra International | Tentang Astra - Filosofi, Visi & Misi". www.astra.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-08-23.
Pranala luar
- (Inggris) (Indonesia) Situs web resmi