Lompat ke isi

Bumi Manusia (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bumi Manusia
SutradaraHanung Bramantyo
ProduserFederica
Ditulis olehSalman Aristo
Berdasarkan
Bumi Manusia
oleh Pramoedya Ananta Toer
Pemeran
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
15 Agustus 2019
Durasi172 menit
Negara Indonesia
BahasaIndonesia

Bumi Manusia merupakan film Indonesia tahun 2019 yang disutradarai Hanung Bramantyo dan ditulis Salman Aristo. Film ini dibintangi Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, dan Sha Ine Febriyanti.

Pemeran

Produksi

Sejumlah sutradara mulai dari Garin (kiri) hingga Hanung (kanan) mencoba untuk menyutradarai film ini. Sejumlah sutradara mulai dari Garin (kiri) hingga Hanung (kanan) mencoba untuk menyutradarai film ini.
Sejumlah sutradara mulai dari Garin (kiri) hingga Hanung (kanan) mencoba untuk menyutradarai film ini.

Rencana produksi film ini sendiri sebetulnya telah lama bergulir sejak 2007, ketika Garin Nugroho berencana akan mempersiapkan produksi film ini. Saat itu Garin belum menentukan siapa artis yang akan terlibat dalam produksi film ini karena skenario film saat itu sedang dikerjakan. Produksi film dilaporkan dimulai pada 2008.[1] Produksi film akhirnya menggantung, hingga akhirnya terdapat laporan pada 2011 yang menyatakan Riri Riza dan Mira Lesmana menyatakan kesediannya untuk memproduksi ulang film ini; Riri Riza menjadi sutradara, manakala Mira Lesmana menjadi produser. Direncanakan film ini akan ditayangkan pada 2012, tetapi terdapat sejumlah hambatan dalam produksi film. Akhirnya, produksi film dibatalkan lagi karena Mira mengaku kekurangan dana untuk produksi film. Mira mengaku sudah berusaha meluangkan waktu selama dua tahun hanya untuk mengumpulkan dana, tetapi tidak dapat dilakukan dengan mudah.[2] Pada 2014, Falcon Pictures membeli hak cipta novel Bumi Manusia. Falcon kemudian menunjuk Anggy Umbara sebagai sutradara film ini pada tahun yang sama. Proyek yang digarapnya masih dalam tahap awal pengembangan, sehingga jadwal produksi berikut aktor dan aktris yang terlibat belum ditentukan.[3] Namun, proyek yang digarap Anggy surut di pertengahan jalan. Gagalnya produksi film ini disoroti oleh sastrawan Agus Noor dalam sebuah wawancara untuk Republika yang menuturkan produksi film ini memerlukan dana sekitar Rp40 miliar.[4]

Akhirnya, Hanung Bramantyo terpilih menjadi sutradara untuk film ini. Hanung menyatakan kesempatan menyutradarai film yang diadaptasi dari novel yang digemarinya adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Hanung sendiri mengutarakan langsung keinginannya semasa melawat ke rumah Pramoedya. Pramoedya akhirnya menolak permintaan Hanung. Setelah itu, peluang itu datang kembali ketika Hanung baru saja merampungkan produksi film Ayat-ayat Cinta (2008), tetapi hilang begitu saja. Kesempatan itu datang sekali lagi ketika seorang kawannya yang tidak disebutkan namanya menawarkan novel Bumi Manusia untuk difilmkan. Hanung mengaku langsung bersujud syukur dan menghubungi kawannya, Salman Arito, saat itu juga untuk menawarkannya sebagai penulis skenario, tetapi Salman menolak. Beberapa tahun kemudian, ketika Hanung menawarkan lagi kepada Salman, Salman mengaku tak kuasa menolak tawaran dari Hanung.[5]

Dalam proses produksi, Iqbaal awalnya mengalami kesulitan dalam mendalami tokoh yang diperankannya karena film ini berlatarkan akhir abad ke-18. Iqbal mengaku tidak ada siapapun yang bisa diajak berbincang terkait gambaran kehidupan saat itu, yang akhirnya diakali dengan menonton video bertema berkaitan dan membaca Max Havelaar karangan Multatuli, nama pena Eduard Douwes Dekker yang disukai Pramoedya. Mawar mengaku gembira tatlala terlibat dalam produksi ini karena bisa mendapatkan pengalaman baru serta bisa beradu peran dengan Iqbaan dan Sha.[6] Hanung menyebut salah satu faktor produksi film yang lebih lama adalah karena pengerjaan efek pencitraan hasil komputer yang memakan waktu. Penggunaan efek ini diperlukan untuk menyatukan adegan-adegan yang diambil di lokasi yang berbeda-beda. Lokasi produksi film sendiri terpecah-pecah menjadi beberapa tempat karena lokasi produksi di Gamplong, Sleman, Yogyakarta dinilai Hanung tidak mencukupi bagi produksi film ini. Hanung sendiri menginginkan lokasi yang semirip mungkin dengan deskripsi Pramoedya dalam novelnya. Disebutkan sekitar 45 persen dari isi film itu sendiri melibatkan efek ini. Pengerjaan efek ini sendiri hanya melibatkan pekerja asal Indonesia. Hanung mengaku film ini adalah film tersulit dalam kariernya karena pengerjaan efek pencitraan hasil komputer itu.[7]

Poster film diungkap pada 19 Juni 2019.[8] Dalam konferensi pers peluncuran poster film, produser membandingkan durasi penayangan film dengan Avengers: Endgame (2019) yang berdurasi 181 menit. Hanung menambahkan sekitar lima adegan harus dihilangkan agar durasi tersebut tetap dapat dipertahankan, walaupun demikian tidak disebutkan adegan mana yang harus dihilangkan itu.[6]

Penayangan

Bumi Manusia ditayangkan di bioskop pada 15 Agustus 2019, bersamaan dengan Perburuan; sebelumnya film ini dijadwalkan akan ditayangkan pada Maret 2019, tetapi akhirnya diundur ke Agustus atau September 2019.

Walaupun belum lulus sensor Lembaga Sensor Film, film ini menyasar klasifikasi 13+.[6]

Referensi

  1. ^ "Garin Nugroho Pasarkan "Opera Jawa" ke Eropa". Antara. 25 Juni 2007. Diakses tanggal 19 Juni 2019. 
  2. ^ Astuti, Lutfi Dwi Puji (6 Mei 2016). "Sulit Dana, Mira Lesmana Batal Produksi Film 'Bumi Manusia'". Viva. Diakses tanggal 19 Juni 2019. 
  3. ^ Pangerang, Andi Muttya Keteng (14 September 2015). Maullana, Irfan, ed. "Anggy Umbara Bakal Sutradarai Film Adaptasi Novel "Bumi Manusia"". Kompas. Diakses tanggal 22 Juni 2019. 
  4. ^ Maharani, Esthi (red.) (13 Oktober 2014). "Ini Alasan "Bumi Manusia" Karya Pramoedya tak Kunjung Difilmkan". Republika. Diakses tanggal 22 Juni 2019.  templatestyles stripmarker di |first= pada posisi 7 (bantuan)
  5. ^ Rudiana, Pito Agustin. Nurhayati, Nunuy, ed. "Sutradarai Film Bumi Manusia, Hanung Bramantyo: Mimpi Jadi Nyata". Tempo. Diakses tanggal 22 Juni 2019. 
  6. ^ a b c "Berdurasi 3 Jam, 'Bumi Manusia' Tayang 15 Agustus 2019". CNN Indonesia. 20 Juni 2019. Diakses tanggal 22 Juni 2019. 
  7. ^ "Hampir 50 Persen 'Bumi Manusia' Garapan Hanung Pakai CGI". CNN Indonesia. 27 Februari 2019. Diakses tanggal 22 Juni 2019. 
  8. ^ Riandi, Ady Prawira (17 Juni 2019). "Hanung Bramantyo Bocorkan Jadwal Rilis Poster Film Bumi Manusia". Okezone. Diakses tanggal 19 Juni 2019. 

Pranala luar