Lompat ke isi

Skadron Udara 12

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 Juni 2019 08.35 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)
Skadron Udara 12
Lanud Roesmin Nurjadin
Lambang Skadud 12
Dibentuk12 September 1964
NegaraIndonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitKomando Tempur
Situs webwww.tni-au.mil.id

Skadron Udara 12 Panther Hitam atau (Skadud 12) adalah sebuah skuadron udara dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, yang berbasis di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Saat ini skadron ini dilengkapi dengan pesawat tempur jenis Hawk 109/209, seperti halnya Skuadron Udara 1 yang berbasis di Pontianak.[1]

Sejarah Pembentukan

Pada tahun 1963 tepatnya tanggal 12 September 1963 untuk pertama kali diresmikan pembentukan Skadron Udara 12, dengan Komandan Skadron Mayor Udara Hashari Hasanuddin yang berkedudukkan di Kemayoran, Jakarta Pusat. Adapun jenis pesawat yang dikelola sebagai kekuatan intinya adalah pesawat jenis MiG-19 dan MiG-21 Fishbed buatan Negara Timur. Berhubungan situasi pada saat itu dan karena usia pakai kedua jenis pesawat tersebut, maka pada akhir Tahun 1960-an atau awal Tahun 1970-an Skadron Udara 12 dengan kekuatan intinya dibekukan untuk sementara waktu dari tugasnya sebagai salah satu kekuatan tempur TNI AU.

Pada awal dasa warsa 1980-an TNI AU skadron ini diaktifkan kembali dan mendapat penambahan kekuatan tempurnya, satu diantaranya jenis Pesawat A-4 Skyhawk buatan Negara Barat (Amerika Serikat) oleh pabrik McDonnell Douglas. yang dibeli secara rahasia dari Angkatan Udara Israel dan berpangkalan di Lanud Iswahyudi Madiun. A-4 Skyhawk yang dimiliki TNI Angkatan Udara merupakan pesawat handal Battle Proven karena pernah dipakai dalam perang enam hari antara Israel melawan Negara-Negara Arab. Untuk menggantikan pesawat lama T-33 (T. BIRD) buatan Amerika yang telah habis masa pakainya. Tercatat beberapa kali Skadron Udara 12 mengalami perubahan Home Base (pangkalan) dan pesawat. Pada tahun 1963 Skadron Udara 12 pernah bertugas di Lanud Kemayoran dengan pesawat MiG-19 dan MiG-21. Karena perubahan haluan politik Indonesia dari Blok Timur ke Blok Barat, utamanya AS, maka semua pesawat buatan Uni Soviet terpaksa di grounded akibat ketiadaan suku cadang sehingga menyebabkan Skadron Udara 12 dibekukan untuk sementara. Pada tahun 1983 Skadron Udara 12 dipindahkan ke Kota Pekanbaru, Riau melalui “Ops Boyong” untuk mengisi kekosongan pertahanan negara di Wilayah Udara Sumatra sehingga tanggal 2 Mei 1983 dicatat sebagai hari jadi Skadron Udara 12.[2][3]

Komandan

  1. Mayor Udara Hashari Hasanuddin (1962-1963)
  2. Mayor Udara Musidjan (1963-1964)
  3. Mayor Udara R. Ibnu Subroto (1964-1965)
  4. Mayor Udara Wardoyo Kusumo (1965-1966)
  5. Kapten Udara MR. Telepta (1966-1967)
  6. Mayor Udara F.PH. Wilhelm Politon (1968-1970)
  7. Letkol Pnb Irawan Saleh (1983-1984)
  8. Letkol Pnb Hanafie Asnan (1984-1987)
  9. Letkol Pnb Jefrey Zainal Abidin (1987-1990)
  10. Letkol Pnb R. Suprianto W. Saputro (1990-1992)
  11. Letkol Pnb Ganjar Wiranegara (1992-1994)
  12. Letkol Pnb Eddy Suyanto (1994-1994)
  13. Letkol Pnb R. Hari Muljono (1994-1998)
  14. Letkol Pnb Harsono, S.Sos., (1998-1999)
  15. Letkol Pnb Abdul Muis (1999-2000)
  16. Letkol Pnb Barhim (2000-2002)
  17. Letkol Pnb Dody Trisunu (2002-2003)
  18. Letkol Pnb Henri Alfiandi (2003-2004)
  19. Letkol Pnb Nana Resmana (2008-2010)
  20. Letkol Pnb Azhar Aditama Djojosugito, S.Sos., M.M. (2010-2012)
  21. Letkol Pnb M. Yani Amirullah (2012-2013)
  22. Letkol Pnb Reka Budiarsa (2013-2014)
  23. Letkol Pnb Jajang Setiawan (2014-2015)
  24. Letkol Pnb Dedy Supriyanto (2015-2017)
  25. Letkol Pnb Adhi Safarul Akbar (2017-2018)
  26. Letkol Pnb Asri Efendi Rangkuti (2018-Sekarang)

Referensi